Ramadhan Bersama Anak-Anak
Selasa, 15 Mei 2018
4 Komentar
Seperti
Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, insyaallah saya bakal menghabiskan Ramadhan
lebih banyak bersama anak-anak. Selama suami bekerja di luar kota, sayalah yang
bertanggung jawab atas semua urusan anak-anak.
Menjelang
Ramadhan biasanya saya sudah nyetok logistik agar Ramadhan tidak dipusingkan
dengan urusan dapur. Atau dengan pertimbangan lain seperti membeli makanan di
luar. Banyak warung dadakan ketika Ramadhan. Saya tetap ingin memiliki banyak cara untuk mendampingi
anak-anak selama Ramadhan.
Dengan
berbagai aktivitas di rumah maupun di tempat lain, saya mesti meluangkan banyak
waktu bersama anak-anak. Seperti biasa, Ramadhan tahun ini anak-anak memiliki
waktu libur yang lumayan panjang. Saya tidak ingin terlalu sibuk sehingga
anak-anak juga mencari kesibukan dengan banyak menonton teve dan mainan
handphone.
Untuk
mendampingi anak-anak di bulan Ramadhan sebenarnya tidak harus sepanjang hari.
Cukup dengan waktu berkualitas. Dua anak saya sudah remaja, sudah mandiri dalam
urusan ibadah. Tapi tetap ya, sebagai ibu tidak henti-hentinya mengingatkan. Seperti
puasa, saya harus bangun lebih awal, menyiapkan makan sahur, membangunkan
anak-anak. Kadang gampang, namun sering juga sulit.
Di
rumah, tinggal si bungsu yang masih proses belajar berpuasa. Tahun lalu, dia
sempat tidak puasa karena sakit. Setelah itu tidak mau mengganti puasa.
Anak-anak bisa juga membuat alasan. Tapi dia sadar jika puasa Ramadhan adalah
kewajiban umat muslim. Dia juga merasa malu jika puasanya masih bolong-bolong.
Apalagi di hadapan teman-teman sekelasnya. Maka saya harus berhati-hati ketika
membicarakan puasanya.
Yang
menjadi masalah bagi saya adalah ketika saya sedang haid. Benar-benar butuh
figur seorang ayah bahwa anak-anak tetaplah belajar melaksanakan kewajibannya
sebagai seorang muslim. Jika ayahnya sedang berada di rumah, saya santai saja.
Mau ke masjid, langsung deh berangkat. Mengaji dan puasa, ayo!
Tidak
ada alasan, “Kok enak sih, ibu libur! Aku juga mau libur.”
Di
saat seperti ini rasanya pengen banget segera menyusul suami. Tapi.... baiklah
saya masih menggunakan cara lain untuk mengatasinya. Komunikasi ayah dengan
anak kudu lebih banyak. Sehingga si anak merasa bahwa tetap ada figur ayah yang
menjadi contoh dalam menjalankan ibadah. Tidak perlu menengok ibu. Eh, ibu
sedang libur, hihi...
Agar
si bungsu gembira menyambut datangnya Ramadhan, saya rajin menceritakan
keutamaan bulan Ramadhan. Si anak pasti gembira mendengar cerita saya. Cerita
sederhana saja, mengambil dari buku-buku anak. Pasti menyenangkan memiliki
waktu untuk saling mendengar cerita. Disaat seperti itulah saya memiliki kesempatan
untuk berbagi cerita Ramadhan dan memberinya semangat.
Setiap
orang tua pasti ingin agar anak-anak gembira menjalani ibadah di bulan
Ramadhan. Maka untuk menjalani Ramadhan dengan lebih baik, orang tua harus
mempersiapkan anak-anak. Apa saja persiapannya? Yuk, baca tulisan mak Ophi Ziadah dengan judul Mendampingi Si Kecil Menyambut Ramadhan.
Ramadhan
tahun ini ada si sulung di rumah. Alhamdulillah urusan ibadah jadi ada yang
membantu mengingatkan, mengajak dan menjadi contoh ketika ibu sedang libur. Semua
anak saya laki-laki, sebenarnya gampang ya. Begitu kakaknya pergi ke masjid,
dua adiknya ikut. Demikian juga dengan puasa. Sayangnya berpuasa itu terasa
begitu berat buat anak kecil. Menahan diri dari makan dan minum dari terbitnya
fajar hingga tenggelamnya matahari membutuhkan proses.
Agar
si bungsu tidak merasa begitu lama menanti waktu berbuka, saya melibatkannya
dalam pekerjaan rumah. Tidak perlu membebani, namun cukup mengajaknya melakukan
pekerjaan rumah sederhana sesuai dengan kemampuannya. Membereskan kamar, buku
dan mainan adalah pekerjaan ringan yang bisa dilakukannya sendiri.
Setelah
urusan beres-beres selesai adalah bermain. Dengan bermain biasanya anak akan
lupa dengan rasa laparnya. Tapi bermain sendiri itu membosankan. Sebagai solusi,
saya memberikan kesempatan untuk bermain bersama anak-anak tetangga. Kalau lagi
ramai, ada dua anak yang bermain di halaman. Kalau sepi, saya yang bermain
dengan si bungsu. ibu harus serba bisa, ya!
Saya
yakin selalu ada cara untuk menemani anak berpuasa. Kegiatan yang bisa dilakukan bersama anak-anak antara lain:
- Membaca buku cerita
- Memasak, menyiapkan hidangan berbuka
- Berkebun
- Mewarnai
- Mencari jejak
- Olah raga (jalan kaki keliling kompleks, bersepeda)
- Membuat prakarya, diary Ramadhan, dsb.
Kegiatan-kegiatan diatas bisa dilakukan berselang-seling sehingga tidak bosan. Menemaninya berpuasa
dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan membuat anak sejenak melupakan rasa
lapar.
Karena si bungsu masih anak-anak, saya memberikan reward ketika dia berhasil melewati rasa
lapar, berbuat baik dan banyak beramal sholih. Ya, dalam beberapa kasus, reward
itu penting. Tapi bukan hal yang mutlak. Untuk reward saya sederhana saja,
seperti sentuhan, pelukan, memberinya buku bacaan dan membuatkan/membeli makanan kesukaannya. Memberikan
motivasi akan membuatnya lebih semangat menjalani puasa. Juga untuk tetap
menjaga kesehatannya, misalnya dengan mengkonsumsi vitamin, madu dan sari
kurma.
Selamat
menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Semoga diberikan kemudahan, dan
keberkahan. Aamiin.
^_^
#KEBloggingCollab
Alhamdulillah, semoga kita disampaikan di bulan Ramadhan yang tingfal sebentar lagi
BalasHapusmelatih anak berpuasa saya lakukan tahun lalu, alhamdulillah sudah bisa puasa satu bulan penuh
moment ngumpul keluarga di bulan puada kadang tidak bisa dijalani karena kondisi yang mengharuskan demikian
walau tidak bisa ngumpul ya semoga moment puasa lancar dan lebih baik dari tahun lalu
betul ya selalgi kecil perlu pendampingan ketat, remaja dan dewasa, bisa salaing cerita dan dari cerita bisa diselipkan nasehat
BalasHapusSeringnya aku masak makanan berbuka bersama anak, mbaa
BalasHapusyang remaja sama yg kecil beda ya treatmen dan persiapan jelang ramadannya mba
BalasHapus