Tradisi Tilik Haji
Minggu, 16 September 2018
6 Komentar
Alhamdulillah,
teman-teman saya banyak yang mendapatkan panggilan ke Baitullah di musim haji
tahun ini. Seperti sudah menjadi kebiasaan di daerah saya, yang merasa mengenal
dan berteman dengan mereka, biasanya bersilaturahim menjelang keberangkatan dan
sesudah kepulangan mereka.
Ada
pula yang sengaja menyebar undangan syukuran menjelang keberangkatan haji. Tapi
meski tidak diundangpun, kalau kenal, langsung datang ke rumahnya. Karena sudah
menjadi kebiasaan , hal seperti ini sudah lumrah.
Pengertian tilik haji
Tilik haji adalah berkunjung ke rumah orang yang akan berangkat atau pulang haji. Bisa memilih waktu salah satunya misal berangkat saja atau pulang saja. Atau bisa kedua-duanya. Kunjungan ini adalah untuk mengungkapkan rasa syukur, senang, memberikan doa. Ada juga yang berkunjung dalam rangka menitipkan doa selama di Makkah. Tapi sebaiknya jangan berkunjung dengan maksud titip belanja ya!
Sebelum keberangkatan ke tanah suci, calon jamaah haji ada yang mengadakan tasyakuran. Tujuannya untuk mengumpulkan kerabat dan memohon doa restu. Selain itu untuk berpamitan dan memohon maaf. Sehingga pergolakan batin dan lainnya sebelum berangkat sudah tuntas. Istilahnya menata hati, niat yang tulus dan ikhlas.
Sementara
si tuan rumah yang kedatangan rombongan tamu, sudah siap dengan berbagai
hidangan. Baik yang makanan berat maupun ringan. Baik dengan menu prasmanan maupun satu menu makan. Paling ramai, tamu-tamu datang
sekitar seminggu menjelang keberangkatan. Rombongan tamu ini berasal dari
keluarga dekat hingga jauh, pertemanan dan tetangga.
Ketika
silaturahim ini biasanya kami membawa barang. Orang Tuban menyebutnya “gawan”
yaitu hadiah untuk tuan rumah. Membawa hadiah ini bukan suatu yang mutlak atau
keharusan. Saya pernah mendapat undangan tasyakuran menjelang berangkat haji
dan tidak membawa hadiah. Kedatangan dan doa kita yang utama.
Namun,
jika tasyakuran (walimatul hajj) dengan mengundang bapak-bapak biasanya tidak ada yang membawa
hadiah. Cukup datang tepat waktu untuk mengikuti pengajian. Biasanya
dilanjutkan dengan acara makan-makan.
Nah,
kalau ibu-ibu ingin membawa hadiah bisa mempertimbangkan untuk membawa
barang-barang berikut:
- Sembako
- Pakaian: gamis, baju koko, sarung, hijab
- Snack
- Buah-buahan
Barang-barang
diatas sudah umum dibawa untuk tilik haji. Bahkan kadang kita yang mau tilik
sepakat untuk membawa sembako saja, yang lebih umum. Kita bisa membawanya atas
nama sendiri maupun secara kolektif, misalnya rombongan ibu-ibu sekolah,
ibu-ibu dasawisma, ibu-ibu pengajian, dsb.
Jika
membeli barang secara kolektif, kita bisa urunan. Hasilnya untuk membeli barang
yang agak banyak atau lebih besar. Contohnya membeli karpet. Tergantung jumlah
orang yang ikut urunan dan nominal urunan. Kalau hasilnya banyak tentu
hadiahnya lebih mahal.
Ada
yang mengatakan kalau kita tilikya setelah orangnya pulang haji sepertinya kok
mau minta hadiah ya. Benar atau tidak adalah urusan hati kita. Karena ini sudah
menjadi sebuah kebiasaan, setiap pulang haji, orang-orang yang tilik pasti
mendapatkan oleh-oleh haji. Sementara kalau menjelang berangkat haji ada yang memberikan
hadiah dan ada yang tidak. Jadi ini mirip tukar-menukar kado. Kita datang
membawa hadiah, pulang mendapatkan hadiah dari tuan rumah.
Kalau
mau tilik haji bisa dua kali, menjelang maupun sepulang naik haji. Tapi sekali
lagi itu tidak mutlak. Seperti saya ini, kemarin tidak sempat tilik teman
sebelum berangkat haji karena orangnya sibuk keluar kota, mengunjungi
keluarganya dan berpamitan. Rencananya setelah pulang saja. Orang lebih tenang,
karena urusan haji sudah kelar.
Selama tilik haji (setelah pulang haji) itu orang-orang ingin mendengarkan cerita atau pengalaman spiritual selama di tanah suci. Sambil guyon diselipi nasihat dan tips menunaikan ibadah haji. Dilanjutkan dengan doa dari orang yang sudah berhaji. Semoga yang belum, dimotivasi dan dimudahkan untuk berangkat memenuhi panggilanNya. Aamiin.
Nah, biasanya nih kalau mendapat hadiah (oleh-oleh haji) diterima dengan ikhlas. Tidak perlu lirik teman-temannya, "Eh, kamu dapat apa?" Lirik teman lainnya lagi, "Kok, aku dapat beginian."
Sudah ucap alhmadulillah belum? Luruskan niat bukan saja buat calon jamaah haji, namun orang-orang yang niat mau tilik haji. Niat yang ikhlas mau silaturahim, bukan buat mencari oleh-oleh haji. Oleh-oleh haji itu anggap saja sbagai bonus. Bagaimana? Sudah ikhlas belum?
Nah, biasanya nih kalau mendapat hadiah (oleh-oleh haji) diterima dengan ikhlas. Tidak perlu lirik teman-temannya, "Eh, kamu dapat apa?" Lirik teman lainnya lagi, "Kok, aku dapat beginian."
Sudah ucap alhmadulillah belum? Luruskan niat bukan saja buat calon jamaah haji, namun orang-orang yang niat mau tilik haji. Niat yang ikhlas mau silaturahim, bukan buat mencari oleh-oleh haji. Oleh-oleh haji itu anggap saja sbagai bonus. Bagaimana? Sudah ikhlas belum?
Sumber: Bukalapak |
Waktu yang tepat untuk tilik haji:
- Sebaiknya jangan langsung tilik ketika orangnya baru datang. Kecuali jika itu adalah keluarga dekat. Justru kita bisa membantu. Karena ketika orang baru datang, butuh istirahat setelah perjalanan jauh. Butuh persiapan juga untuk menerima tamu, dan tamunya itu loh banyak banget.
- Pastikan orangnya ada di rumah.Siapa tahu ketika kita kesana orangnya tidak memliki waktu libur kerja. Begitu datang eh besoknya sudah masuk kerja. Jadi sebaiknya kita janjian dulu agar bisa bertemu langsung dan bercerita.
- Sebaiknya jangan terlalu pagi atau malam. Kalau masih pagi, khawatirnya tuan rumah masih belum siap menerima tamu. Sementara kalau kita datang malam dan asyik ngobrol sampai lupa waktu, kasihan juga. Tuan rumah butuh istirahat.
Nah,
kalau di daerah teman-teman adakah kebiasaan tilik haji seperti saya? Cerita dong!
^_^
Ditempat saya yg ramai saat mau berangkatnya aja. Biasanya yg hajat ngundang tetangga untuk pamitan
BalasHapusBerarti hampir mirip dengan daerah saya ya.
HapusWah pas banget mau tilik haji temanku..
BalasHapusKalo di kampung papa, iya sih, kebiasaannya jg gini. Syukuran sebelum dan sesudah haki. Tp pas papa haji dulu, berhubung kita udh tinggal di kota lain, ga ada tradisi kyk gini mba. Palinganpun tetangga doang yg mampir .krn dlm 1 cluster itu cuma ada 4 rumah, ya 4 itu doang yg dtg :p.
BalasHapusGatau deh, kalo aku berangkat nanti bakal begitu juga ato ga, krn lingkungan rumah juga tertutup banget. Kalopun bikin syukuran, mnding aku ke rumah papa mama di medan, jd syukuran di sana :)
Kalau di kota sepi mba. Kebanyakan yang ramai itu tamu dari desa. Yang datang rombongan-rombongan.
HapusHi mbak, terima kasih sdh post ttg ini. Selain bermanfaat, enjoy sekali saya membacanya :)
BalasHapus