Loe Lan Ing, Pelopor Wingko Babat Legendaris, Sejak 1898
Jumat, 17 April 2020
7 Komentar
Assalamualaikum,
Wingko merupakan makanan khas Indonesia yang terbuat dari parutan kelapa, tepung beras ketan dan gula. Rasa gurih dan manis beradu dalam kue ini. Wingko Babat berasal dari sebuah kecamatan di kabupaten Lamongan, tetangga kota saya. Saya lupa kapan pertama kali mengenal wingko ini. Yang jelas sejak saya kecil, legendaris bukan? Sejak orang tua saya sering bepergian ke Surabaya, pasti melewati Babat. Saat itulah, orang tua saya sering membawakan oleh-oleh wingko Babat. Merknya macam-macam, termasuk Loe Lan Ing yang disingkat LLI. Tapi seingat saya rasanya sama saja. Sama enak, maksudnya. Maklumlah lidah ini tidak peka dengan aneka kuliner.
Banyak pedagang asongan yang menawarkan wingko di dalam bus. Bisa lebih dari satu, loh. Kadang langsung ditaruh di pangkuan kami, tapi bisa menolak. Bahkan kadang terasa memaksa.
Karena asal wingko Babat dekat dengan daerah saya, jadi saya berpikir wingko Babat hanya ada di Babat. Dari pedagang asongan hingga rombong-rombong wingko mudah ditemukan di Babat. Semua menamakan wingko Babat. Tapi tetap ada bedanya. Setiap kemasan memiliki merk. Rasa, tekstur tiap merk juga beda. Meski kemasannya mirip satu dengan lainnya.
Saya ingat dulu, orang tua saya dengan bangga memamerkan wingko Babat merk Loe Lan Ing. Karena wingko ini terkenal enak. Jadi sudah lama keberadaan wingko Loe Lan Ing diperhitungkan. Terakhir ketika bapak saya hendak pergi ke Surabaya di awal tahun ini. Diburu penasaran karena pernah saya bawakan wingko ini, akhirnya bapak meminta sopir ke toko wingko. Coba kalau bilang dulu, pasti saya kirim maps agar tidak perlu pusing mencarinya.
Sayangnya, menginjak dewasa, saya justru merasa kehilangan jejak wingko ini. Saya mulai merantau dan justru menemukan wingko Babat dari daerah lain. Wingko Babat juga sudah banyak variasinya.
Wingko Babat Loe Lan Ing Sejak 1898
Suatu hari ketika sedang melintas Babat, saya berseru, “Wah, jadi ini toko wingko Babat favorit bapak ibu saya!” Dalam hati, saya pengen bisa mampir. Sayangnya tidak sempat. Karena bersama rombongan, malas berhenti saja. Oke, saya ingat-ingat saja. Barangkali nanti bisa kesini lagi, saya minta suami untuk sesekali mampir.
Tiba juga kesempatan untuk mampir ke toko wingko ini. Desain tokonya sudah modern. Ada tempat duduk pelanggan dengan dinding yang banyak hiasannya. Mungkin ya menyesuaikan dengan toko-toko kue kekinian. Buat yang mau mengambil foto, tempatnya cukup menarik dan bersih. Pelayanannya cepat. Karena waktu ini cuma kami sih yang mampir. Sudah malam dan gerimis pula.
Wingko Babat merupakan makanan yang dibuat oleh orang Tionghoa, yang terus berkembang hingga dikenal masyarakat secara luas. Kue ini awalnya dibuat oleh Loe Soe Siang. Dia berasal dari Tiongkok dan merantau ke Babat, Lamongan. Dari berjualan wingko, dia bisa menafkahi keluarganya. Dua anaknya yaitu Loe Lan Ing dan Loe Lan Hwa meneruskan usaha wingko Babat. Loe Lan Ing membuat pabrik wingko yang diberi nama sesuai dengan namanya. Sedangkan Loe Lan Hwa merantau ke Semarang dan membuka usaha wingko Babat.
Wingko Babat bertahan sejak tahun 1898. Sejak zaman Belanda, kue ini sudah dikenal. Lama juga, ya! Soal rasa adalah kunci. Tidak berubah meski tahun berganti.
Kue boleh jadul, tapi tempat, kemasan dan pelayanan tetap diperhatikan dengan baik. Wingko Babat terdiri dari dua ukuran, kecil dan besar. Dalam satu box, ada 10 wingko ukuran kecil. Tiap wingko dimasukkan ke dalam kertas pembungkus. Harga per boxnya adalah Rp 40.000. Sedangkan yang besar, saya lupa harganya.
Wingko Babat bertahan sejak tahun 1898. Sejak zaman Belanda, kue ini sudah dikenal. Lama juga, ya! Soal rasa adalah kunci. Tidak berubah meski tahun berganti.
Kue boleh jadul, tapi tempat, kemasan dan pelayanan tetap diperhatikan dengan baik. Wingko Babat terdiri dari dua ukuran, kecil dan besar. Dalam satu box, ada 10 wingko ukuran kecil. Tiap wingko dimasukkan ke dalam kertas pembungkus. Harga per boxnya adalah Rp 40.000. Sedangkan yang besar, saya lupa harganya.
Berhubung saya menyukai kue ukuran kecil, maka saya cenderung memilih yang kecil. Bisa langsung dimakan tanpa perlu memotong dulu. Coba kalau yang besar, butuh pisau untuk memotong. Apalagi kalau seperti ini, sedang dijalan dan penasaran pengen segera makan wingko. Lebih baik memilih yang ukuran kecil lebih efektif saja.
Saya suka wingko Loe Lan Ing karena teksturnya yang lembut. Meskipun wingko ini menggunakan tepung beras dan kelapa, tetap empuk ketika dikunyah. Kelapa yang dipakai tentu saja kelapa muda. Apalagi yang baru matang, yang masih hangat, duh tidak tahan pengen segera mencicipi saja.
Ini tentu saja berbeda dengan wingko-wingko yang dijajakan di jalan, di sepanjang perjalanan bus. Harga tidak pernah bohong. Dengan harga segitu mungkin terasa mahal. Ukuran wingko kecil, segenggaman tangan, tapi saya puas setiap menggigitnya.
Untuk memastikan tanggal kadaluarsa, saya bertanya kepada pelayannya. Wingko yang saya beli itu hanya bisa bertahan selama 5 hari. di kemasannya ada tanggalnya juga. Jadi memang tidak bisa lama.
Karena kue ini manis, satu box tidak langsung habis hari itu. Kami membeli malam pula. Sampai keesokan hari bahkan dua hari berikutnya masih empuk. Entah kalau sampai berhari-hari lagi. Yang pasti sudah habis sebelum tanggal kadaluarsa.
Malam itu saya membeli wingko Loe Lan Ing rasa original. Rasanya masih sama seperti dulu. Masih memanjakan lidah. Tapi entah kenapa pemiliknya tidak melakukan inovasi seperti toko wingko lainnya. Sudah banyak yang menyediakan rasa keju, cokelat, rasa buah, dsb. Oh ya, buat yang ingin mencari snack lainnya, ada loh. Juga sirup botol.
Bagi saya, rasa original ini seperti mengenang masa lalu. Tetap dengan kejadulannya, tetap dengan rasa yang tak berubah dan tentu saja tetap bikin kangen. So, buat teman-teman yang ingin mencari oleh-oleh Babat, Lamongan bisa mampir disini.
^_^
Oh, berarti asal usul kata babat itu nama suatu kecamatan ...
BalasHapusDi Semarang juga ada wingko babat tapi kemasannya bergambar lokomotif.
selama ini taunya wingko dari semarang. ternyata awal mulanya dari orang tionghoa yang merantau ke lamongan toh,, trs anaknya baru deh buka di semarang..
BalasHapuskalau keluarga ada yg ke semarang, pasti ada yg bawain wingko hehe..
-Traveler Paruh Waktu
Baru tahu sejarahnya mbak. Dulu ada teman dari Semarang, tenaga edukatif di UNNES, setiap datang ke kita, selalu bawa wingko, katanya ini wingko yang terbaik dan terenak, tapi sekarang saya lupa nama dan merek wingkonya..
BalasHapusIpeh pernah dibawain sama Mamah pas baru balik dari Surabaya. Winko ini nih dan baru tau lagi kalo winko ini namanya Loe Lan Ing. Soalnya pernah kan dibawain lagi tapi beda nama, eh keras bentuknya. Bener ya, rasa ngga bohong
BalasHapuswah jadi pengen nyoba nih mbak nur rochma, kirim buat takjil dong.. kesini kirim ke Tuban
BalasHapusWingko babat yg merk ini aku blm pernah coba, jd ga bisa bilang bakal suka ato ga. Yg biasa aku coba yg wingko babat Semarang mba, Krn temenku ada yg org sana, jd tiap mudik, pasti bawain wingko. Tp jujurnya yg Semarang punya itu aku ga doyan. Bisa sih makan, tp bukan fav Ku.jd palingan cuma icip 1.
BalasHapusGa tau deh kalo yg loe lan ing ini.
Duluuu ya, aku pikir wingko babat itu makanan yg terbuat dr babat sapi dan rasanya gurih. Tp ternyata kelapa dan manis ya :D
wah yang ini belum nyoba , lebih besar ukurannya
BalasHapus