Ketika Belajar di Rumah Tak Seindah yang Dibayangkan
Selasa, 14 April 2020
4 Komentar
Assalamualaikum
Sudah
sekitar sebulan ini ya anak-anak belajar di rumah. Bagaimana rasanya? Yang
jelas mereka sudah mulai bosan. Sudah sejak kemarin-kemarin. Sudah berbagai
cara saya lakukan namun tetap saja rasa bosan itu menyusup pelan-pelan. Mengajak
mereka bersenang-senang di rumah ternyata tidak mudah.
Anak
kecil rata-rata sama, bosan. Begitu kata ibu-ibu di grup sekolah anak-anak. Merasa
“hari libur” yang tak seharusnya ini begitu lama. Kangen sekolah, teman-teman
dan kegiatan normal lainnya. Wajar, karena kita makluk sosial yang suka
berkumpul dan berbagi cerita.
Selama
belajar di rumah, ada saja masalahnya. Banyak tugas hingga penilaian harian yang diberikan oleh
wali kelas. Awalnya orang tua semacam saya terkejut, mengeluh dan merasa berat.
Seiring dengan berjalannya waktu, saya mulai terbiasa dengan tugas-tugas yang
dibebankan anak-anak. Terbiasa menyambut tugas sih, kalau untuk pelaksanaannya
tetap ada banyak tanya, kritik, saran dan lelah.
Mungkin
terlihat sepele tugas anak, seperti membuat video kegiatan anak. Iya cuma video
itu kan gampang. Masalah pertama
adalah kapan anak siap untuk difoto atau direkam aktivitasnya? Kapan? Apakah
begitu dia membaca perintah langsung mau? Oh, no! Tidak semudah itu Fergusso!
Saya
harus tahu kapan mood anak sedang baik
sehingga bisa diajak kerjasama. Kalau tidak, hasilnya pasti kacau. Wajah tidak
sesuai pencitraan. Pasti tidak nyaman juga jika yang seperti ini. Sebagai
solusi, pagi hari menjelang pukul 07.00 saya ingatkan anak kalau hari ini “sekolah”
di rumah. Jadi kalau misalnya mau main ya silakan. Nanti dia pasti bilang kapan
siap mengerjakan tugasnya.
Masalah kedua,
orang tua tinggal merekam aktivitas anak, misalnya sedang membuat snack, membersihkan
barangnya sendiri. Terlihat mudah, tapi tunggu dulu. Orang tua sedang ada
kesibukan di rumah atau tidak, misalnya mau memasak atau mencuci baju, dsb. Kalau
orang tua sudah bisa mengosongkan waktu, tinggal urusan “merayu” anak saja.
Beberapa
orang tua sampai pada level ketika harus “merayu” anak. anak tidak mood tapi
dikejar-kejar terus. Jadwal pengumpulan tugas sampai pukul sekian. Nah, kalau
tidak ada tenggat waktu, bisa dibayangkan saja, anak saya bakal berleha-leha. Kemudian
ujug-ujug ditagih wali kelasnya. Ini kok mirip saya ditagih orang!
Kembali
ke tugas foto atau video...
Tugas
berupa foto atau video memiliki tantangan tersendiri. Tidak semua anak suka
pamer foto. Dengan wajah anak yang terlihat sedang melakukan perintah (baca:
tugas sekolah). Bukan kegiatan sehari-hari yang dijalani dengan suka cita. Bakal
dilihat orang, minimal wali kelas. Minimal loh. Faktanya jika hasil video atau
foto tersebut dikirim ke WAG kelas, bakal banyak orang tua dan anak atau
mungkin anggota keluarga lainnya yang ikut melihat.
Yang
terbaru, tiba-tiba saja wali kelas upload video anak ke channel youtube. See!
Buat
anak introvert, ini adalah fase yang menyiksa. Tampil di depan banyak orang
yang tak kasat mata. Memang ketika sedang direkam tidak ada orang. Tapi dalam
benak si anak, sudah terbayang wali kelas atau guru pengampu yang bakal
memberikan penilaian.
Lalu,
apakah sekali jepret, sekali rekam langsung beres? Tidak! Kalau tugas membuat
snack beres tapi foto kurang memuaskan sedangkan snack sudah habis, sepertinya
saya tidak beruntung. Mengulang lagi dong? Tenang, kalau bisa ya tidak perlu. Tinggal
bagaimana ngomong sama gurunya. Lebih baik berkata jujur daripada keluar budget
yang tidak perlu. Tapi kalau mau mengulang dengan sukarela ya monggo.
Seorang
ibu memamerkan foto hasil masakan anaknya (untuk tugas), tanpa ada sekilaspun
wajah anaknya. Wali kelas mengusulkan agar wajah anak diperlihatkan. Apa kata
si ibu? Anaknya malu.
Oke,
itu baru upload foto atau video. Lainnya, sinyal yang kadang tidak bersahabat, form
ulangan anak yang mendadak error, orang tua yang gagap menjadi guru anak,
pembagian waktu untuk urusan rumah, sekolah dan keluarga. Iya kalau cuma satu
anak. Kalau lebih dari satu. Belum lagi semua kumpul di rumah. Termasuk yang sedang
kerja di rumah.
Itu
baru dari sisi saya sebagai orang tua. Bagaimana kalau gurunya lupa memberikan
tugas? Bagaimana kalau lupa menagih tugas?
“Ini
tugas zaman apa? Kenapa baru ditagih sekarang?”
Ternyata
oh ternyata itu tugas akhir bulan lalu. Sedangkan sekarang tanggal 14 April
2020. Cuma buat reminder saja sih. Jadi, ngeblank semua. Lha, untungnya sudah
dikerjakan. Coba kalau orang tua dan anak suka lupa, plus gurunya lupa....
Sekian
curhat ibu yang gagap perubahan...
Semoga
teman-teman selalu diberikan kesehatan dan kekuatan untuk menjalani hari-hari berat
seperti ini. Juga mampu mengatasi masalah-masalah yang timbul selama anak belajar di rumah. Selamat menemani keluarga di rumah. Semoga waktu yang tersisa
selalu berharga dan menyenangkan.
^_^
Keponakan malah biasa tuh mbak, be happy kalo sebelum ikut bimbel RG sejak dialihkan ke TVRI malah seru juga tuh, nyimak sambil diketik soalnya di laptop, terus di jawab
BalasHapusah begitulah, anak2 memang butuh suasana yang baru lagi untuk menyegarkan
BalasHapusBener mbak, mesti kasih semangat terus..
Hapuspada dasarnya memang manusia makhluk sosial, tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh hidup orang lain untuk bersosialisasi. kalo masih anak anak harus di banyakin kegiatan, tapi sekarang ini bingung juga ya karena lockdown
BalasHapus