Menjaga Kewarasan di Tengah Pandemi Covid-19
Rabu, 29 April 2020
Tulis Komentar
Assalamualaikum,
Sudah
lebih dari sebulan kami berkegiatan di rumah. Keluar sebentar untuk keperluan
yang mendesak seperti belanja kebutuhan sehari-hari. Teman-teman juga kan?
Rasanya? Saya sih campur aduk antara senang, galau, bosan dan khawatir. Senang
karena bisa berkumpul dengan keluarga lengkap. Jarang-jarang bisa seperti ini.
Galau dan bosan karena ruang lingkup hanya di rumah dengan aktivitas yang
itu-itu saja. Lalu khawatir ketika teror media tentang Covid-19 ini semakin
gencar. Namun menjaga kewarasan saat pandemi ini adalah hal yang sangat
penting!
Minggu
lalu saya berjumpa dengan beberapa ibu wali murid yang sedang ada jadwal
pengambilan buku Ramadan anak di sekolah. Jadwal ini satu hari satu kelas.
Itupun dibatasi waktunya. Saya sempat ngobrol dengan ibu-ibu dan wali kelas.
Semua mengalami kejenuhan dan ketidakpastian. Namun orang tua dituntut untuk
tenang, sabar dan cepat beradaptasi dengan situasi ini.
Dari
pertemuan singkat dan terbatas ini saya senang sekali. Aduh, ini sesuatu yang
langka. Jadi kangen teman-teman yang rajin mondar-mandir antar jemput anak.
Di
saat itulah saya berkesempatan ngobrol dan berkeluh kesah. Meski tak ada solusi,
saya tetap suka. Lega rasanya ketika uneg-uneg kita didengar orang. Ibu-ibu
memang tak bisa lepas dari curhat, ya! Ketika kita dihimbau untuk di rumah
saja, ketika teror virus masuk ke semua tempat, kita tetap harus waras dengan
cara apapun.
Pentingnya menjaga
kewarasan diri dan keluarga
Orang
tua berperan penting dalam mendidik anak. Saat ini anak 24 jam penuh berada
dalam pengawasan orang tua. Karena di rumah saja, mau berantem dengan saudara, mogok,
marah, takut, senang dan sedih pasti orang tua tahu. Kalau orang tuanya stress
dulu, bagaimana bisa memberikan suasana yang tenang kepada keluarganya? Bagaimana
memotivasi anak untuk survive dalam situasi tak pasti ini?
Kepada
anak-anak saya selalu ingatkan untuk tidak takut. Tapi tidak juga menyepelekan
si virus ini. Tetaplah menaati aturan pemerintah. Membiasakan diri untuk hidup
bersih. Bahkan lebih bersih dari biasanya. Kalau kemarin-kemarin cuci tangan
cuma kalau mau makan atau habis main kotor sekali, sekarang habis keluar rumah
membiasakan cuci tangan. Di halaman saya sediakan sabun dan kran, jadi tidak
ada alasan lagi untuk menolak lagi.
Pada
awal munculnya kasus Covid-19, grup whatsapp ramai dengan kecemasan orang tua. Saya
mengusulkan untuk berbagi informasi yang benar. Karena ada wali murid yang
berprofesi sebagai dokter, saya minta untuk mengedukasi wali murid lainnya di
grup. Perlahan situasi mulai tenang, grup mulai sepi.
Nah,
ketika saya bertemu dengan wali murid di sekolah, kami saling menguatkan,
memotivasi dan mendoakan. Cerita yang baik-baik saja, bikin hati adem. Iya kan?
Coba kalau kita ngobrolnya tentang ketakutan-ketakutan pandemi ini. Bukannya
senang, saya malah pengen cepat pulang saja. Faktanya, kami sempat tertawa
juga. Bertemu teman di saat seperti ini adalah sebuah kemewahan. Susah
dijangkau.
Tips menjaga kewarasan
di tengah pandemi Covid-19
Beberapa
teman memiliki trik untuk tetap tenang. Ada yang mencari video-video lucu sebagai hiburan. Ada yang merasa tidak perlu melihat angka-angka penderita virus karena menyebabkan kecemasan yang berlebihan. Ada yang memilih lebih mendekatkan diri kepada Yang Kuasa. Ada lagi yang lebih menikmati
hobinya. Mumpung lagi di rumah, lebih ada waktu untuk me time.
Sementara
saya?
Saya
cerita dulu ya...
Awal
ramainya pandemi ini, jujur saya khawatir. Suami bekerja di luar kota.
Bagaimana keadaaan disana, makannya, kerjanya, interaksi dengan teman kantor, dsb.
Stuck banget membayangkan ini. Belum lagi kalau membaca berita di portal
online. Orang-orang yang pernah atau sedang LDM (Long Distance Marriage) pasti
pernah merasakan keruwetan macam ini. Ditambah suami kondisi suami, dsb yang
tak bisa saya ceritakan lengkap.
Akhirnya
saya bertanya kepada teman-teman yang suami atau dia sendiri bekerja di luar
kota. Ada yang bisa bekerja di rumah ada yang tidak. Yang bisa bekerja di rumah
tak ada masalah. Justru yang seperti ini yang mempermasalahkan orang-orang yang
masih bekerja di luar sana. Memangnya kantor milik kita, bisa seenaknya minta
kerja di rumah! Permasalahannya sungguh kompleks, teman! Oke, saya skip saja.
Sedangkan
yang masih bekerja di luar sana pasti ada keraguan. Tapi mau bagaimana lagi.
Hanya bisa pasrah dan menjaga diri. Dengan pasrah sepasrah-pasrahnya kepada
Yang Kuasa, hati ini lebih tenang dan damai. Melakukan aktivitas lebih santai.
Dengan
berbagai pertimbangan yang aslinya tidak ada yang bagus apalagi menyenangkan,
akhirnya saya putuskan untuk ikut suami. Saya sudah ijin dan curhat kepada wali kelas
anak-anak saya. Untuk menjaga diri, saya diskusi dengan teman yang berprofesi
sebagai tenaga medis. Jadi kami berlima saat ini tinggal di rumah dinas untuk
jangka waktu yang belum pasti karena PNS dilarang mudik.
Sementara
itu, bapak saya masih di kampung, masih menjalankan usaha dan hobinya. Saya
pasrahkan semuanya kepadaNya. Namun saya tetap berkomunikasi dengan bapak dan
orang-orang di sekitarnya, sambil titip bapak.
Sejak
balik ke kampung halaman, saya tidak pernah meninggalkan bapak lama. Paling
lama kalau lagi liburan semesteran. Itupun tidak full, saya masih pulang lalu
balik lagi entah liburan atau sekedar ikut suami.
Meski
bapak memahami situasi ini, jujur saja saya tetap memikirkannya. Saya sedih
Ramadan hingga hari raya nanti bakal sepi. Tapi kembali lagi, semua ini demi
kebaikan bersama dan demi mematuhi peraturan pemerintah.
Beberapa
tips dari saya ini atas pergulatan batin yang tidak ada titik temunya. Tidak ada
solusi yang benar-benar akhir. Ya, manusia hanya berusaha, semampunya...
Tips
menjaga kewarasan ala saya:
- Menjaga diri dengan mengatur pola makan dan menjaga kebersihan
- Mematuhi aturan pemerintah
- Bersyukur, ikhlas menjalani kehidupan
- Pasrah kepadaNya
- Menikmati hobi selama di rumah saja
- Bersosialisasi dengan keluarga dan teman-teman melalui media online
- Berpikir positif dan berdoa
- Tidak berlebihan membaca berita
Untuk
menjaga kesehatan, sehari-hari saya lebih suka mengkonsumsi minuman
rempah-rempah. Tidak makan berlebihan, ya seperlunya saja. Apalagi ini bulan puasa ya, menu makanan lebih diperhatikan. Kalau capek istirahat, tidak peduli dengan urusan rumah tangga
yang tiada habis. Saya buat pembagian tugas agar urusan ini bukan saya saja
yang mengerjakan. Pagi hari bagian suami yang mencuci baju, siang anak yang menyapu
dan mengepel lantai, semua anak mencuci piring setelah makan dan minum. Saya
bagian memasak dan beberes rumah. Lumayanlah meringankan beban.
Sehat
jiwa dan raga itu penting, tidak bisa dipisahkan. Kalau kita cemas berlebihan
akan berakibat buruk terhadap imun tubuh. Akhirnya mudah sakit. Juga ketika kita capek dan memaksakan
diri akan tidak baik bagi kesehatan. Namun jika kita bisa menjaga tubuh dan
pikiran tetap waras insyaallah ada jalan keluar dan survive. Semoga badai
segera berlalu. Aamiin.
^_^
Belum ada Komentar untuk "Menjaga Kewarasan di Tengah Pandemi Covid-19"
Posting Komentar
Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!