Menjaga Kewarasan di Tengah Pandemi Covid-19



Assalamualaikum,

Sudah lebih dari sebulan kami berkegiatan di rumah. Keluar sebentar untuk keperluan yang mendesak seperti belanja kebutuhan sehari-hari. Teman-teman juga kan? Rasanya? Saya sih campur aduk antara senang, galau, bosan dan khawatir. Senang karena bisa berkumpul dengan keluarga lengkap. Jarang-jarang bisa seperti ini. Galau dan bosan karena ruang lingkup hanya di rumah dengan aktivitas yang itu-itu saja. Lalu khawatir ketika teror media tentang Covid-19 ini semakin gencar. Namun menjaga kewarasan saat pandemi ini adalah hal yang sangat penting!

Minggu lalu saya berjumpa dengan beberapa ibu wali murid yang sedang ada jadwal pengambilan buku Ramadan anak di sekolah. Jadwal ini satu hari satu kelas. Itupun dibatasi waktunya. Saya sempat ngobrol dengan ibu-ibu dan wali kelas. Semua mengalami kejenuhan dan ketidakpastian. Namun orang tua dituntut untuk tenang, sabar dan cepat beradaptasi dengan situasi ini.

Dari pertemuan singkat dan terbatas ini saya senang sekali. Aduh, ini sesuatu yang langka. Jadi kangen teman-teman yang rajin mondar-mandir antar jemput anak.

Di saat itulah saya berkesempatan ngobrol dan berkeluh kesah. Meski tak ada solusi, saya tetap suka. Lega rasanya ketika uneg-uneg kita didengar orang. Ibu-ibu memang tak bisa lepas dari curhat, ya! Ketika kita dihimbau untuk di rumah saja, ketika teror virus masuk ke semua tempat, kita tetap harus waras dengan cara apapun.

Pentingnya menjaga kewarasan diri dan keluarga

Orang tua berperan penting dalam mendidik anak. Saat ini anak 24 jam penuh berada dalam pengawasan orang tua. Karena di rumah saja, mau berantem dengan saudara, mogok, marah, takut, senang dan sedih pasti orang tua tahu. Kalau orang tuanya stress dulu, bagaimana bisa memberikan suasana yang tenang kepada keluarganya? Bagaimana memotivasi anak untuk survive dalam situasi tak pasti ini?

Kepada anak-anak saya selalu ingatkan untuk tidak takut. Tapi tidak juga menyepelekan si virus ini. Tetaplah menaati aturan pemerintah. Membiasakan diri untuk hidup bersih. Bahkan lebih bersih dari biasanya. Kalau kemarin-kemarin cuci tangan cuma kalau mau makan atau habis main kotor sekali, sekarang habis keluar rumah membiasakan cuci tangan. Di halaman saya sediakan sabun dan kran, jadi tidak ada alasan lagi untuk menolak lagi.



Pada awal munculnya kasus Covid-19, grup whatsapp ramai dengan kecemasan orang tua. Saya mengusulkan untuk berbagi informasi yang benar. Karena ada wali murid yang berprofesi sebagai dokter, saya minta untuk mengedukasi wali murid lainnya di grup. Perlahan situasi mulai tenang, grup mulai sepi.

Nah, ketika saya bertemu dengan wali murid di sekolah, kami saling menguatkan, memotivasi dan mendoakan. Cerita yang baik-baik saja, bikin hati adem. Iya kan? Coba kalau kita ngobrolnya tentang ketakutan-ketakutan pandemi ini. Bukannya senang, saya malah pengen cepat pulang saja. Faktanya, kami sempat tertawa juga. Bertemu teman di saat seperti ini adalah sebuah kemewahan. Susah dijangkau.

Tips menjaga kewarasan di tengah pandemi Covid-19

Beberapa teman memiliki trik untuk tetap tenang. Ada yang mencari  video-video lucu sebagai hiburan. Ada yang merasa tidak perlu melihat angka-angka penderita virus karena menyebabkan kecemasan yang berlebihan. Ada yang memilih lebih mendekatkan diri kepada Yang Kuasa. Ada lagi yang lebih menikmati hobinya. Mumpung lagi di rumah, lebih ada waktu untuk me time.

Sementara saya?

Saya cerita dulu ya...

Awal ramainya pandemi ini, jujur saya khawatir. Suami bekerja di luar kota. Bagaimana keadaaan disana, makannya, kerjanya, interaksi dengan teman kantor, dsb. Stuck banget membayangkan ini. Belum lagi kalau membaca berita di portal online. Orang-orang yang pernah atau sedang LDM (Long Distance Marriage) pasti pernah merasakan keruwetan macam ini. Ditambah suami kondisi suami, dsb yang tak bisa saya ceritakan lengkap.

Akhirnya saya bertanya kepada teman-teman yang suami atau dia sendiri bekerja di luar kota. Ada yang bisa bekerja di rumah ada yang tidak. Yang bisa bekerja di rumah tak ada masalah. Justru yang seperti ini yang mempermasalahkan orang-orang yang masih bekerja di luar sana. Memangnya kantor milik kita, bisa seenaknya minta kerja di rumah! Permasalahannya sungguh kompleks, teman! Oke, saya skip saja.



Sedangkan yang masih bekerja di luar sana pasti ada keraguan. Tapi mau bagaimana lagi. Hanya bisa pasrah dan menjaga diri. Dengan pasrah sepasrah-pasrahnya kepada Yang Kuasa, hati ini lebih tenang dan damai. Melakukan aktivitas lebih santai.

Dengan berbagai pertimbangan yang aslinya tidak ada yang bagus apalagi menyenangkan, akhirnya saya putuskan untuk ikut suami. Saya  sudah ijin dan curhat kepada wali kelas anak-anak saya. Untuk menjaga diri, saya diskusi dengan teman yang berprofesi sebagai tenaga medis. Jadi kami berlima saat ini tinggal di rumah dinas untuk jangka waktu yang belum pasti karena PNS dilarang mudik.

Sementara itu, bapak saya masih di kampung, masih menjalankan usaha dan hobinya. Saya pasrahkan semuanya kepadaNya. Namun saya tetap berkomunikasi dengan bapak dan orang-orang di sekitarnya, sambil titip bapak. 
Sejak balik ke kampung halaman, saya tidak pernah meninggalkan bapak lama. Paling lama kalau lagi liburan semesteran. Itupun tidak full, saya masih pulang lalu balik lagi entah liburan atau sekedar ikut suami.

Meski bapak memahami situasi ini, jujur saja saya tetap memikirkannya. Saya sedih Ramadan hingga hari raya nanti bakal sepi. Tapi kembali lagi, semua ini demi kebaikan bersama dan demi mematuhi peraturan pemerintah.

Beberapa tips dari saya ini atas pergulatan batin yang tidak ada titik temunya. Tidak ada solusi yang benar-benar akhir. Ya, manusia hanya berusaha, semampunya...

Tips menjaga kewarasan ala saya:

  1. Menjaga diri dengan mengatur pola makan dan menjaga kebersihan
  2. Mematuhi aturan pemerintah
  3. Bersyukur, ikhlas menjalani kehidupan
  4. Pasrah kepadaNya
  5. Menikmati hobi selama di rumah saja
  6. Bersosialisasi dengan keluarga dan teman-teman melalui media online
  7. Berpikir positif dan berdoa 
  8. Tidak berlebihan membaca berita

Untuk menjaga kesehatan, sehari-hari saya lebih suka mengkonsumsi minuman rempah-rempah. Tidak makan berlebihan, ya seperlunya saja. Apalagi ini bulan puasa ya, menu makanan lebih diperhatikan. Kalau capek istirahat, tidak peduli dengan urusan rumah tangga yang tiada habis. Saya buat pembagian tugas agar urusan ini bukan saya saja yang mengerjakan. Pagi hari bagian suami yang mencuci baju, siang anak yang menyapu dan mengepel lantai, semua anak mencuci piring setelah makan dan minum. Saya bagian memasak dan beberes rumah. Lumayanlah meringankan beban.

Sehat jiwa dan raga itu penting, tidak bisa dipisahkan. Kalau kita cemas berlebihan akan berakibat buruk terhadap imun tubuh. Akhirnya mudah  sakit. Juga ketika kita capek dan memaksakan diri akan tidak baik bagi kesehatan. Namun jika kita bisa menjaga tubuh dan pikiran tetap waras insyaallah ada jalan keluar dan survive. Semoga badai segera berlalu. Aamiin.

^_^





Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

Belum ada Komentar untuk "Menjaga Kewarasan di Tengah Pandemi Covid-19"

Posting Komentar

Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel