Ada Bakpia Enak di Kawasan Tamansari Yogyakarta

 

tamansari


Assalamualaikum

Sewaktu ke Tamansari, saya tidak banyak keinginan, cuma ingin foto-foto cakep seperti di instagram orang-orang gitu. Terutama di tepi kolam yang airnya kehijauan. Salah satu fungsi kolam ini merupakan tempat pemandian permaisuri dan selir-selir raja.  

 

Saya cuma berdua saja dengan suami. Kami sudah siap di depan pintu masuk Tamansari sebelum jam buka. Itu yang ngantre juga banyak. Aduh! Rasanya pengen ke hotel dan packing saja. Karena hari itu terakhir di Yogyakarta.

Saya memang tidak niat mencari jam buka. Langsung saja mampir kesini setelah sarapan gudeg Wijilan. Iya, di hari terakhir itu lebih baik dihabiskan untuk santai. Kalaupun mau jalan-jalan, pilih yang lokasinya dekat. Sehingga tidak terburu-buru ketika hendak packing barang-barang.  

Keliling kawasan Tamansari. Ternyata luas banget!

kolam pemandian di tamansari
 

Begitu pintu masuk dibuka oleh petugasnya, pengunjung langsung menyerbu tempat pembelian tiket. Sementara yang lainnya menunggu dengan tak sabar.

Kalau ramai seperti ini, mau foto-foto juga malas karena muka orang bisa masuk ke frame foto kita. Jadinya saya mondar-mandir sampai di kolam tujuan saya. Eh, suami saya cuma pesan setelah dari kolam pulang saja. Takut tidak cukup waktunya.

Masalahnya di kolam itu ternyata spot favorit. Tapi kalau tidak foto disini, sayang juga. Sekalinya ke Tamansari tidak ada foto kolamnya. Baiklah, sambil menunggu orang-orang selesai foto, yang ternyata tidak ada selesai-selesainya, saya mencari tempat yang kosong. Minimal tidak ramai saja.

Lihat hasil foto saya, tidak seperti ekspektasi. Maklum bukan model!

Selesai dari taman, suami mengajak segera pulang. Ah masak langsung pulang sih? Lirik jam, masih ada waktu kalau sejam lagi cukup jalan-jalan. Kemudian bertemu dengan seorang pria yang merupakan guide disini. Saya ngobrol sebentar dan si bapak ini menawarkan diri untuk memandu kami keliling lokasi.

Tamansari ini ternyata luas banget. Kawasan ini memiliki luas kurang lebih 10 ha dengan 57 bangunan terdiri dari gedung, kolam, jembatan gantung, kanal air, danau buatan beserta pulau buatan, masjid dan lorong bawah air. Dibangun pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono I. Jadi bukan sekedar kolam-kolam saja seperti di instagram. Atau kalau kata anak saya, cuma batu-batu yang eksotis. Maaf ya, kalau tidak tahu sejarah bisa runyam.

Saya senang jika mengunjungi tempat bersejarah seperti ini ditemani oleh pemandu wisata. Mengapa? Karena saya buta sejarah. Pengetahuan minim, hanya terdorong nafsu untuk foto-foto. Nah, bersama si bapak ini (saya kok lupa namanya) saya jadi tahu banyak hal. Saya diajak menuju dapur selir-selir raja yang sangat sederhana. Jadi kebayang zaman dulu, peralatan memasak tidak serumit sekarang.

Mencicipi bakpia enak di kawasan Tamansari

bakpia tamansari
 

Menyusuri jalanan sempit, gang bersama bapak pemandu jadi lebih menyenangkan. Ketika menyebut satu tempat, si bapak menjelaskan secara detail sejarahnya. Demikian juga ketika melewati rumah-rumah warga yang dipakai untuk berjualan. Ada minuman, batik, baju dan makanan. Salah satunya adalah bakpia.

Setiap ke Yogyakarta saya selalu menyempatkan diri untuk membeli bakpia. Sebelum kesini sudah mampir di toko oleh-oleh. Kok, sekarang ada bakpia. Beli lagi tidak ya?

Proses pembuatan bakpia dilakukan di depan rumah. Yang artinya menghadap ke jalan eh gang. Terlihat jelas di depan mata saya. Begitu juga aromanya. Maka dengan sadar saya menghampiri bakpia yang sedang dipanggang itu.

Si ibu penjualnya mengijinkan saya untuk mencicipi bakpia yang baru matang. Masih panas. Saya butuh waktu untuk makan. Mengingat waktu yang mepet, saya tiup berkali-kali. Tetap saja dalamnya masih panas. Menunggu sebentar hingga bagian isian itu hangat. Kemudian hap..hap.  

bakpia tamansari
 

Makan bakpia yang baru matang memiliki sensasi yang berbeda. Mirip ketika saya menunggu kue yang baru keluar dari oven. Aroma yang menguar memaksa kita untuk mendekat, mengambil dan mencicipi. Juga  tekstur kue yang masih kokoh, pastilah menggoda.

Enak! Ya, bakpia homemade ini mirip bakpia premium. Ukurannya juga segitu-gitu saja. Soal rasa, sama saja. Sudah pasaran kalau bakpia Yogyakarta ya seperti ini. Yang original dengan isian kacang hijau yang sudah halus.

Bakpia isi kacang hijau ini sama-sama enak seperti bakpia yang diproduksi pabrik. Isian kacang hijau memiliki rasa gurih dan manis yang pas. Yang berbeda adalah karena ini masih baru matang, secara tekstur lebih bagus. Di luar crispi namun dalamnya lembut. Duh, satu bakpia rasanya tidak cukup. Maka saya menambah oleh-oleh bakpia lagi.

Si bapak pemandu tadi juga ikut mencicipi. Mungkin tiap hari ya. Mungkin loh! Lha penjualnya itu tetangganya. Setiap hari dia melintasi gang ini. Mengantar pengunjung-pengunjung yang penasaran dengan kawasan Tamansari. Tak heran jika si bapak sudah akrab dengan aneka usaha tetangganya.

Membeli bakpia ini di luar rencana. Sebelumnya saya melewati warung-warung warga yang menjual makanan dan minuman. Namun bakpia ini sungguh sayang kalau saya lewatkan begitu saja. Apalagi bakpia yang dijajakan masih fresh seperti ini.

bakpia tamansari
 

Oh ya, untuk harga bakpia ini maaf saya lupa. Bakpia yang saya beli disini itu dimasukkan ke dalam box hitam, isinya lebih sedikit daripada bakpia pathok 25 yang baru saja saya beli. Nah, jika teman-teman sedang di Yogyakarta, tak ada salahnya jika sekaligus mampir dan mencicipi bakpia enak di kawasan Tamansari.

Tiket masuk Tamansari:

Domestik: Rp 5.000

Mancanegara : Rp 15.000

Jam buka:

Pukul 09.00 – 15.00

^_^

Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

Belum ada Komentar untuk "Ada Bakpia Enak di Kawasan Tamansari Yogyakarta"

Posting Komentar

Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel