Haji Adalah Panggilan Istimewa dari Allah
Assalamualaikum,
Ibadah haji
memiliki banyak keistimewaan. Setiap muslim berharap bisa menunaikan rukun
Islam kelima ini. Saya sangat bersyukur tahun 2022, saya dan suami bisa
menunaikan ibadah haji dengan lancar. Meski menjelang keberangkatan itu ada
saja dramanya. Sudah waktu persiapannya mepet ditambah dengan adanya beberapa
persyaratan yang kurang saya lengkapi. Pengen nangis dan marah karena galau,
segalau-galaunya. Tapi itu percuma kalau saya diam di tempat tanpa mencari
solusi.
Haji
berasal dari kata al Hajj yang artinya menyengaja. Menurut istilah syariat
Islam berati menyengaja mengunjungi Ka’bah untuk melakukan rukun dan syarat
haji seperti thawaf, wukuf di Arofah dengan pakaian ihram yang merupakan simbol
kembali ke asal, kepasrahan, ikhlas, tanpa identitas duniawi.
Bismillah,
kalau niat berhaji adalah ikhlas berserah diri maka saya harus ikhlas jika
terjadi hal buruk. Saya juga berusaha mencari kepastian keberangkatan. Bukan
cuma menunggu panggilan ini itu. Setelah mengurus kekurangan persyaratan dan
mencari kepastian dari KBIH, puskesmas hingga kemenang, saya bisa bernafas
lega.
Kapan Mendaftar Haji?
Kami
mendaftar pada tahun 2011. Sebenarnya sudah masuk calon jamaah haji 2020, tapi
karena pandemi, jadwal tersebut mundur. Pada tahun 2022 ada pengumuman dari
KBIH bahwa semua calon jamaah haji harap bersiap-siap meski pengumuman resmi
belum ada. Maksudnya bersiap-siap itu bagi saya masih ambigu, ya.
Tibalah pengumuman
resmi daftar jamaah haji 2022. Di situ nama saya dan suami rmasuk nomor 5 dan 6
dari bawah. Tapi bukan cadangan. Ya karena adanya pembatasan usia dan kuota dan
masih.
Tidak ada
aturan kapan seseorang sebaiknya mendaftar haji. Kalau himbauan dari bapak
Kemenag sebaiknya mendaftar selagi masih muda. Jadi tak heran kalau anak-anak
dihimbau untuk didaftarkan haji oleh orang tuanya. Karena daftar tunggunya
lama. Saat ini, di daerah saya (Tuban) bisa 30-35 tahun. Itupun bisa mundur.
Meskipun
demikian, daftar haji sejak dini bukan suatu keharusan. Karena sejatinya
mendaftar haji itu karena niat kita yang ingin berkunjung ke Baitullah. Tidak
bisa dipaksa juga. Misalnya kita memiliki harta yang cukup tapi tidak mau untuk
mendaftar haji. Ya, sudah itu adalah pilihan. Mungkin juga ada kebutuhan lain
yang lebih mendesak. Kembali lagi kepada diri kita. Karena haji adalah
panggilan istimewa dari Allah. Jika kita merasa terpanggil, insyaallah kita
akan melakukan segala cara baik untuk melaksanakan niat mulia ini. Tidak perlu
menunggu setelah kita berharta melimpah atau memiliki waktu luang yang banyak.
Beberapa
orang yang bertemu saya bercerita bahwa mereka merasa menyesal kenapa tidak dari
dulu saja mendaftar. Banyak yang memiliki pemikiran nanti dululah. Tunggu
anak-anak agak besar. Tunggu kerjaan agak longgar. Tunggu kalau sudah memiliki
ini itu, atau mungkin menunggu tabungannya sudah cukup banyak.
Kadang kita
hanya perlu berserah. Menyerahkan segala daya dan upaya untuk mewujudkannya. Dulu,
kami mendaftar haji dalam keadaan ekonomi masih belum stabil, punya hutang pula.
Kalau dipikir-pikir lagi saya maupun suami cuma modal nekat. Tapi kami bangga
ketika bisa menunjukkan kepada orang tua bahwa kami sudah memiliki tiket untuk
naik haji. Ya, daftar haji itulah tiketnya. Entah tahun kapan berangkatnya.
Yang penting bisa daftar dulu, masalah tabungan haji yang isinya menyedihkan
itu masalah nanti.
Persiapan Haji
Sewaktu
pihak KBIH mengatakan bahwa semua jamaah haji harus siap-siap, saya masih zonk.
Iya kalau benar mau berangkat. Kalau sebaliknya, lha gimana nasib perlengkapan
haji yang sudah dibeli. Iya sih, tidak bakal basi, tapi ya mending belanja
kalau memang sudah ada pengumuman resmi dari pemerintah. Sepertinya jiwa dan
raga saya bisa menerima keputusan seperti ini.
Selanjutnya
ada pertemuan dari KBIH dan saya merasa harus mengamankan budget. Biarpun masih
“abu-abu” tapi semua calon jamaah haji menyambut pengumuman ini dengan suka
cita. Bahkan ada loh, yang sudah menyiapkan perlengkapan haji dari tahun 2020.
Saya menebak barang-barang tersebut tidak ada expired date-nya.
Kalau
dipikir-pikir persiapan haji itu apa saja sih? Banyak loh! Bukan saja soal
materi tapi ada hal-hal lain yang bahkan bisa mengganggu kita kalau tidak
disiasati dulu.
Persiapan
jamaah haji antara lain fisik, mental, spiritual dan materi. Sebaik-baik
persiapan adalah ketaqwaan kita sebagai bekal menjalankan ibadah haji. Kalau
materi sudah pasti sejak mendaftar kita harus menyetor sejumlah 25 juta.
Kemudian belanja barang-barang selama berhaji, misalnya kain ihram, skincare,
obat-obatan, dan lainnya. Kemudian mental kita sudah siap belum, sudah mengerti
ilmu untuk melakukan ibadah haji. Minimal sudah pernah mengikuti manasik haji.
Oh ya manasik ini biasa diadakan oleh KBIH, Kemenag dan KUA. Dari sinilah kita
bisa menambah wawasan dan tanya jawab seputar haji. Terakhir adalah menyiapkan
keluarga. Adakah dana untuk keluarga yang ditinggalkan juga bagaimana saat mereka
kita tinggal? Yang memiliki anak kecil pasti ribet memikirkan ini.
Ada satu
kasus teman saya, yang ketika haji bertepatan dengan masuk SMP, SMA. Jadi
kepikiran anaknya bagaimana nanti. Seperti itu kalau tidak sejak awal
dipersiapkan, orang tua maupun anak tidak tenang. Harus ada orang lain yang
dilibatkan untuk mengurus si anak tadi. Dengan demikian masalah sedikit banyak
terurai dan tentu saja kita tetap harus memasrahkan semua keputusan kepada
Allah.
Haji, Pantaskah
Saya Menunaikan PanggilanNya
Kadang saya
masih merasa seperti mimpi, seperti baru bangun tidur. Bahkan ketika naik
pesawat Saudi Arabian Airlines saya masih tidak percaya kalau saya bisa menjadi
tamu Allah. Saya masih takjub bahkan ketika sudah tiba di Madinah. Ya, rasanya
terharu banget. Masih tidak percaya dengan semua kekuasaanNya, kemurahanNya,
kebaikanNya. Saya masih merasa, “Kok, bisa ya saya kesini. Kok bisa…kok bisa…”
Betapa saya
tak berrhenti takjub mengingat diri ini yang tidak ada apa-apanya, masih
bergelimang dosa, dan banyak hal buruk lainnya. Kalau bukan karena kebaikanNya
yang menutupi aib-aib saya, pastilah saya tidak punya muka di bumi ini. Tapi
sungguh Allah Maha Segalanya. Tak ada yang tak mungkin. Lalu, mengapa saya
meragukan panggilanNya. Meragukan diri sendiri? Masih pantaskah saya berkunjung
ke Baitullah?
Tidak ada
yang tidak pantas! Setiap kita yang dipanggil, jangan ragu! Kalaupun terselip
ragu, luruskan niat. Kita berhaji untuk apa? Mau piknik, belanja, sosial media
atau mencari gelar haji/hajjah?
Setelah
pengumuman resmi dari pemerintah itu saya seperti orang panik. Pertama karena
waktu memang mepet dan selebihnya saya tidak ada pengalaman sama sekali. Saya
belum pernah umroh sekalipun, jadi tentang persiapan perlengkapan haji itu
kosong. Info-info yang saya terima simpang siur. Tapi satu hal yang saya
yakini, saya harus menyiapkan segala sesuatunya dengan cepat, menyiapkan mental
anak-anak dan keluarga terdekat dan melimpahkan bisnis kepada orang
kepercayaan. Setelah ikhtiar yang sungguh-sungguh, maka hati lebih tenang,
lebih memasrahkan diri kepadaNya.
Jadi,
bagaimana teman-teman? Masih ragu, masih tidak pantas menjadi tamu Allah.
Lupakan pikiran buruk tersebut. Ingatkan diri ini bahwa, haji adalah panggilan
istimewa dari Allah, mimpi kita, doa terbaik kita dan ikhtiar kita yang tak
henti. Maka, tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah memanggil kita.
Labbaik
Allahumma labbaik. Labbaik laa syarika laka labbaik. Innal hamda wanni’mata laka wal mulk. Laa syarika lak.
(Aku datang memenuhi panggilanMu. Tidak ada sekutu bagiMu. Aku datang memenuhi penggilanMu.
Sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan bagiMu. Tidak ada sekutu bagiMu).
^_^
Barakalllah mb sudah bisa berhaji. Smg kami bisa menyusul juga ya. Aamiin
BalasHapusSemoga dimudahkan. Aamiin.
Hapus