Menjalin Tali Silaturahim dengan Reuni Keluarga




Tahun ini giliran bapak saya yang menjadi tuan rumah acara reuni keluarga besar Bani Kromo Dal. Saya mengajukan diri untuk menggunakan rumah saya. Pertimbangan saya sederhana saja. Karena di dekat rumah tersedia area parkir yang lumayan luas. Sedangkan di rumah bapak, di tengah kota, sangat padat pemukiman penduduk.


Selama ini saya belum pernah mengadakan acara yang menurut saya cukup menguras energy dan tenaga. Sebagai persiapan, dua minggu sebelumnya saya sudah diskusi untuk pemilihan catering, snack, terop, banner, dsb.

Demi efektivitas, beberapa pekerjaan saya serahkan kepada orang lain. Di minggu terakhir bulan Ramadhan, perasaan saya semakin kacau. Di satu sisi, saya sebagaimana umat muslim di seluruh dunia pastilah ingin memanfaatkan hari-hari itu untuk beribadah sebaik-baiknya. Tapi apa daya, dering telepon, sms, wa dari panitia reuni keluarga mengobrak-abrik rencana saya.

Mengadakan kegiatan di saat lebaran itu sulit sekali. Masalahnya adalah banyak catering yang tidak bersedia karena masih dalam rangka libur lebaran. Untuk urusan makan besar beres, karena ditangani oleh tetangga. Sedangkan snack, aduh saya sampai keliling kota, telpon sana sini dan berakhir dengan penolakan.
Beruntung sekali adik saya mau membantu menangani masalah snack box ini. Pekerjaan saya menjadi lebih ringan. Sedangkan untuk urusan bersih-bersih halaman dan rumah ditangani oleh kerabat suami saya.

Reuni Keluarga dan Halal bi Halal

Setelah sholat shubuh saya, suami dan anak-anak harus bekerja keras untuk membersihkan rumah. Masalah beres-beres, bersih-bersih ini, bagi saya tidak ada habisnya.

Undangan ditulis pukul 07.30. Tapi seperti kita ketahui bersama, di negeri tercinta ini, semuanya sepakat untuk menggunakan jam karet. Pukul 09.00 tamu-tamu mulai berdatangan. Sebelumnya saya sempat deg-degan. Berkali-kali bertanya kepada panitia, apakah undangan sudah diterima dengan baik. Ataukah para tamu masih banyak kesibukan sehingga belum kunjung hadir.

Saya bahkan mondar-mandir hingga di depan gang yang jaraknya sekitar 80 meter dari rumah saya. Jangan-jangan tamu-tamu itu tidak tahu alamat rumah saya. Atau bisa jadi banyak yang tersesat. Selama ini keluarga besar hanya bertamu di rumah bapak. Setiap ada hajatan selalu di rumah bapak. Baru kali ini saja menempati rumah saya.

Untuk mengantisipasi keadaan ini, di depan gang sudah ada panitia yang menyambut kedatangan tamu. Tapi saya dengar banyak yang kebablasan mencari rumah saya. Padahal sudah berkali-kali saya katakan, saya tidak tinggal di perumahan. Tapi ya, itulah yang terkenal di kampung sini adalah perumahannya.

Acara segera dimulai dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an dilanjutkan dengan rangkaian acara berikutnya. Penceramah yang belum datang ketika acara sudah dimulai membuat saya deg-degan lagi. Apalagi beliaunya sempat mengatakan ada acara di tempat lain. Aduh, bagaimana ini! Jangan sampai beliau lupa. Bapak saya sempat mengirimkan sms agar beliau datang. Sekitar pukul 10.00, beliau datang, sesaat sebelum tiba waktunya memberikan tausiah.

Yang paling seru adalah acara foto-foto. Sebelumnya tidak terpikir untuk menyewa fotografer. Jadi suami dan saya yang gantian motret ala kadarnya. Tidak sempat merekam acara. Maklumlah kami masih tergolong amatir.

Sebagai tuan rumah, banyak yang harus saya kerjakan mulai dari menyambut tamu, mengantar ke tempat duduk dan menemani ngobrol hingga meminta orang-orang disekitar membantu urusan makan.

Masalah makanan ini, panitia acara menegaskan untuk membuat yang sederhana saja, tidak perlu prasmanan seperti tahun-tahun sebelumnya. Untuk menu terserah tuan rumah. Saya memilih lontong soto dan es buah.

Dengan melihat jumlah kedatangan tamu sekitar 80% saya rasa acara ini cukup berhasil. Sesepuh keluarga juga beranggapan demikian. Alhamdulillah. Saya merasa masih banyak kekurangan disana sini, tapi cukup dimaklumi saja.

Manfaat Reuni Keluarga

Tahun ini adalah keempat kalinya diadakan reuni keluarga. Meski ada beberapa keluarga yang tidak hadir, tapi saya yakin semuanya pasti ingin berkumpul dan merayakan hari lebaran.

Reuni keluarga ini sangat penting mengingat banyak diantara keluarga muda yang tinggal di luar kota. Karena kesibukan dan jarak yang membentang, kami jarang bertemu dan bertukar kabar. Biasanya libur lebaran seperti ini mereka pulang kampung, menjenguk orang tua, saudara dan kerabat lainnya.

Dengan adanya reuni ini masing-masing keluarga cukup dengan berkumpul di satu rumah, bermaaf-maafan dan bergembira. Ada kalanya saya atau lainnya tidak saling kenal karena hubungan kami tidak akrab. Jarang bertemu menjadikan kami tak saling kenal.  Nah, ketika tiba giliran foto-foto dipanggil namanya satu per satu. Kami jadi tahu, kenal dan akrab.

Jujur, saya sendiri merasa lebih akrab dengan sesepuh keluarga besar. Yang sudah menjadi eyang itu sudah lama saya kenal, sedangkan anak-anaknya yang hanya bertemu sekali dua kali seringkali lupa. Apalagi kalau ada anggota baru. Wah, sekalian saja didaftarkan disini.

Lebaran adalah momen yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga besar. Saling berbagi kisah, saling mengasihi, saling menghapus resah dan salah. Semoga di waktu mendatang acara seperti ini lebih mengakrabkan kami.
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

2 Komentar untuk "Menjalin Tali Silaturahim dengan Reuni Keluarga"

  1. Lebaran taun depan, mertua saya kbagian jd tuan rumah acara silaturahmi... Saya siap2 ikut repot :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi pengalaman bikin acara kayak gini.
      Semoga sukses acaranya.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel