Barang Bekas Kita
Kamis, 25 Agustus 2016
23 Komentar
Barang
bekas adalah barang yang sudah tidak kita butuhkan tapi bisa dipakai ulang.
Contohnya, baju, botol, wadah, kardus, mainan, perlengkapan rumah tangga, dsb.
Kadang
saya merasa sayang kalau dibuang begitu saja. Tapi kalau suka membuat barang
daur ulang, barang-barang seperti ini cocok deh. Bisa googling cara
pembuatannya lalu utak atik, dan jadilah barang baru yang multifungsi. Jadinya
tidak perlu membeli barang baru, cukup dengan kreatifitas mengolah barang bekas.
Saya
salut kepada moms yang senang berkreasi dengan barang bekas. Aktivitas ini
tentu saja menjadi teladan generasi muda dan sekaligus berhemat: hemat
pengeluaran dan penyediaan barang baru. Bisa pula dijual sehingga menghasilkan
pundi-pundi rupiah. Ah, kegiatan apapun kalau dilakukan dengan tekun insyaAllah
akan mengalirkan rejeki.
Bumi
ini telah disesaki oleh sampah, ya termasuk barang-barang bekas kita. Artinya sedikit
atau banyak kita pasti menyumbang tumpukan sampah. Baik yang bisa diurai maupun
tidak.
Contohnya
saja plastik/kresek. Dalam sehari saja berapa banyak kresek yang dipakai
manusia. Padahal kresek ini termasuk barang yang sulit diurai. Ada juga yang
dibuat ramah lingkungan sehingga dalam jangka waktu tertentu sudah rusak/hancur.
Untuk
hematnya kalau belanja sebaiknya menggunakan tas belanjaan sendiri. Atau menggunakan
kresek yang kita miliki. Jadi hemat, tidak memperbanyak jumlah sampah yang
sudah ada.
Kalau
bicara tentang mainan, aduh mainan anak-anak kok banyak sekali. Mau dibuang
tidak boleh, tapi kondisinya sudah mengenaskan. Adakah yang pernah mengalami
seperti ini?
Kalau
mau membuang mainan harus ijin dulu sama pemiliknya. Jangan-jangan it adalah
mainan kesayangannya. Bisa gawat kalau mereka jadi marah. Biasanya kalau untuk
beres-beres mainan saya selalu melibatkan anak-anak. Memilah mana yang masih
bisa dipakai dan tidak. Selanjutnya mainan yang masih bisa dipakai itu ditaruh
di wadah mereka. Sedangkan yang sudah rusak parah langsung saja ditaruh di
tempat sampah. Tidak perlu bawa perasaan, ini mainan mahal, dsb. Karena rumah
kita bakal penuh lagi.
Untuk
mainan saya tidak pernah memberikan kepada orang lain. Masalahnya, mainan yang
sudah tidak dipakai adalah mainan yang sudah parah kondisinya. Hanya satu
tempatnya, sampah.
Tapi
kalau tidak suka bikin-bikin mesti gimana dong?
Dulu,
saya sering bikin-bikin, macam-macam, mulai dari bros dari kain perca, taplak
juga dari kain perca, wadah dari kardus. Lumayan buat menampung mainannya
anak-anak. Tapi saat-saat ini saya kok tidak ada waktu buat bikin-bikin seperti
itu lagi.
Sebelum
membuangnya saya pastikan barang-barang tersebut masih bisa dipakai orang lain.
Minimal saya tawarkan kepada orang-orang terdekat saya. Misalnya, baju
anak-anak yang sudah kekecilan tapi masih layak pakai, kalau ada yang mau ayo
diambil saja. Terus, untuk majalah-majalah, dulu pernah saya tawarkan ke
perpustakaan umum, tapi tidak ada jawaban. Ya sudah, saya jual saja ke tukang
loak.
Boks
bayi itu juga berakhir ke tukang sampah. Saya bilang saja, mau nggak saya kasih
boks ini. Orangnya bilang mau, ya dikasih saja. Bertahun-tahun saya simpan
dengan baik, barangkali mau hamil lagi (sepertinya sudah nggak mikir beginian
deh, buat yang muda-muda saja).
Kalau
untuk botol-botol kemasan, biasanya saya kumpulkan. Kalau ada orang-orang yang
biasa mengambil rongsokan (pemulung), biasanya diambil. Sedangkan kardus,
selama kondisinya masih bagus saya simpan untuk menampung buku-bukunya
anak-anak. Lumayan kan saya tidak perlu membeli wadah.
Saya
pernah ingin menjual saja barang tak terpakai. Kalau dapat uang kan lumayan.
Beginilah emak-emak mata duitan. Waktu itu saya ingin ganti lemari es. Selama
ini lemari es sudah bekerja ekstra keras buat keluarga kami. Sering diajak
berpindah-pindah rumah hingga terendam air banjir. Untungnya habis kebanjiran
itu segera kami bersihkan, dijemur, dirawat dengan baik dan bisa dipakai lagi.
Sorak-sorak bergembira deh.
Nah,
selama bertahun-tahun sejak kebanjiran itu, si lemari es masih bisa digunakan.
Tapi karena menurut saya sudah tidak maksimal bekerjanya saya tawarkan
kepada tukang sayur. Katanya dia bisa menjualkan lemari es saya. Tapi suami
buru-buru melarang saya. Katanya sih, berapa uang yang bakal saya dapat. Pasti
juga sedikit. Daripada dapatnya cuma sedikit lebih baik dikasihkan orang saja.
Sebagai
seroang istri yang patuh kepada suami, saya ngikut saja. Yang penting ada
gantinya. Si mbak ART, saya tawari, mau. Senang sekali dia menerima lemari es.
Kini, lemari es dari saya bisa untuk mencari keping-keping rupiah. Lumayan kan,
dia bisa jualan es batu dan es-es lainnya.
Terakhir
adalah kontainer berbahan dasar plastik. Barang ini sebenarnya masih bisa
dipakai. Masih berdiri dengan kokoh dan masih sanggup menampung peralatan
memasak saya dan barang-barang lain. Tapi kondisinya sudah parah. Maksudnya kulitnya sudah tidak
mulus, warna sudah pudar dan sedikit berlubang.
Suami
menginginkan barang ini segera berpindah tangan saja. Kayaknya dia sudah bosan
melihatnya. Tapi kok ya eman kalau saya kasihkan ke tukang sampah. Ya sudah
saya foto saja. Saya tunjukkan sama teman saya. Saya ceritakan kondisinya agar
dia tidak kecewa. Ternyata dia mau. Silakan diambil. Saya senang, dia juga.
Kesimpulan
Kalau memiliki minat, waktu dan kreatifitas bisa banget mengolah barang-barang bekas menjadi barang baru. Ini hanya untuk barang-barang bekas yang bisa diolah. Sekaligus untuk berhemat dan memberikan contoh kepada generasi muda.
Tapi kalau tidak, jangan buru-buru dibuang ya. Sebaiknya ditawarkan saja kepada orang-orang disekitar kita. Barangkali ada yang mau dan membutuhkan. Rumah menjadi lebih lega setelah barang kita berpindah tempat.
Tapi kalau tidak, jangan buru-buru dibuang ya. Sebaiknya ditawarkan saja kepada orang-orang disekitar kita. Barangkali ada yang mau dan membutuhkan. Rumah menjadi lebih lega setelah barang kita berpindah tempat.
Syaratnya barang-barang tersebut masih bisa digunakan. Kondisi masih layak dan memungkinkan untuk dibawa pulang orang lain. Namun, bila barang kita dalam kondisi yang rusak, mau apa lagi, dibuang saja.
Bagaimana
dengan Anda?
boleh jg nih idenya mbk,
BalasHapuskalau aku nih, kalau brgnya masih bagus dna layak pakai, biasanya aku kasih ke pak tukang langganan, kalau udh parah bgd dna gk bs didaur ulang lg aku kasih ke pak rongsokan deh,
Sip deh.
HapusTerima kasih sudah sharing.
Sering lihat banyak teman2 yg buat mainan anak dr kardus bekas. Tapi kok saya gak telaten ya....
BalasHapusSaya juga nggak telaten. Anak-anak pasti ikutan, trus bikin rumah makin heboh saja.
Hapuskarena saya orangnya gak kreatif, biasanya barangnya saya buang Mba :(
BalasHapustapi kalo baju bekas yang masih layak pakai namun sudah kekecilan biasanya saya kasih ke tetangga yang lebih membutuhkan :)
Oke mba Ira.
HapusYang penting rumah nggak berantakan gara-gara barang bekas.
Kalo saya suka numpuk brg bekas, kadang sayang kalo dibuang. Kalo dikasih, bingung kasih siapa.
BalasHapusMau di ubah jd lebh menarik, kreatifitas tumpul XD.
But thanks for sharing mba :)
Buleipotan.com
Ya, begitulah, dibuang sayang. Dibikin barang baru, googling aja.
HapusHihi, saya juga orangnya nggak kreatif. Cuman kadang nekat aja manfaatin barang bekas buat mainan anak. Tapi ya itu tadi, alesan nggak sempetnya terlalu dominan, mbak. :D kalo botol bekas minuman, btk shampo dsb, kardus, saya kumpulin, lalu dijual. Agak mata duitan.:D
BalasHapusSalut buat mbak Rochma yang nggak jual kulkasnya tapi dikasihkan sama ART-nya, lebih bermanfaat malah. Kalo dijual harganya bakal nyungsep soalnya. :D
Bikin mainan anak itu termasuk kreatif loh.
HapusBarang bekas di tangan orang-orang yang kreatif, hasilnya jadi indah dan bisa bermanfaat. Barang bekas di tangan orang slebor, payah, lemot seperti aku, jadinya malah sampah :-/ Duh, kadang-kadang iri gitu liat orang-orang yang kreatif, bisa muncul ide-ide bagus untuk olah barang bekas jadi barang baru yang bahkan bisa dijual. Makannya apa sih mbak? Kok kreatif bener...
BalasHapusAyolah, ikutan kreatif.
HapusTos mba, saya sering manggil tetangga, saya tawarin barang2 bekas milik saya, seperti baju, sepatu, tas dsb... Alhamdulillah mau. Emang hrs begitu ya kalau punya brg sdh tak terpakai lebih baik ditawarkan atau diberikan kepada yang mau. Kalau hanya disimpan malah rusak, jadi sarang tikus dan bikin penuh rumah hehehe
BalasHapusYang penting rumah jadi lega, bersih dan rapi setelah barang bekas kita berpindah tempat.
HapusTos mba, saya sering manggil tetangga, saya tawarin barang2 bekas milik saya, seperti baju, sepatu, tas dsb... Alhamdulillah mau. Emang hrs begitu ya kalau punya brg sdh tak terpakai lebih baik ditawarkan atau diberikan kepada yang mau. Kalau hanya disimpan malah rusak, jadi sarang tikus dan bikin penuh rumah hehehe
BalasHapusBaju2 yg masih kondisi bagus tp mungkin krn sdh kekecilan oleh ibu saya dikasikan ke orang Mbak, biasanya ke teteh sayur. Termasuk jilbab baru (hadiah dari muridnya) yg kdg warnanya ga cocok di kulit. Barang2 spt kulkas bekas atau apapun yg mw dibuang gitu aja sayang, dijual manggung jg kasihkan ke orang. Mainan2 anak biasanya sdh rusak krn srg dimainkan, jadi dibuang :D
BalasHapusSepakat mbak.
HapusKalau buat DIY aku biasain jd kegiatan yg gak mendesak tp cukup penting, makanya suka diselipin aja kalau lg jenuh gitu, hehe. Eiya Mbak, aku lagi bikin giveaway soal DIY lho, ikutan yuk ^^ http://www.asysyifaahs.com/2016/08/tutorial-diy-mini-notebook-giveaway.html
BalasHapusWah, pasti seru dong bikin DIY.
HapusSukses GA nya ya.
Suami sy tuh mba yg suka bikin2..makanya sering numpuk barang jg, katanya siapa tau nanti bisa berguna
BalasHapusSeneng ya, mba. Kalau suami kreatif bisa hemat belanja...
HapusKalau yg me iliki kreatifitas tinggi sixh bisa memanfaatkan barang bekas. Kalau saya mah udah dikasihinya aja ke tetangga atau orang yg butuh biar kosong ruangan.
BalasHapusIya deh, pilih yang gampang saja, biar rumah lebih rapi.
Hapus