Coban Baung, Pasuruan
Jumat, 30 September 2016
22 Komentar
Assalamualaikum
travelers,
Membaca
namanya Coban Baung, saya merasa aneh saja. Tidak familiar meski lokasinya
berada tepat di belakang Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan. Kalau ke Kebun Raya,
saya sudah beberapa kali berkunjung. Karena lokasinya sangat strategis, terletak
dipinggir jalan besar, Jalan Raya Purwodadi, mudah ditemukan bagi siapapun yang
belum pernah berkunjung sekalipun. Sedangkan Coban Baung ini tidak ada papan
petunjuknya di sekitar jalan raya.
Akses masuk ke Coban Baung melalui jalan Baung. Disini ada gapura, persis sebelum Kebun Raya Purwodadi. Jadi dari arah Pasuruan, masuk ke jalan Baung. Lurus saja hingga ada tulisan di pintu masuk “Wisata Gunung Baung”.
Mendekati
lokasi ini jalan tidak beraspal. Awalnya saya pikir jalanan desa atau apalah.
Sementara jalan yang beraspal itu berbelok menuju desa. Ketika ragu saya
bertanya kepada seorang warga. Benar saja, jalan yang berbatu inilah yang
menuju Coban Baung.
Mengapa
tidak ada tulisan air terjun? Padahal saya ingin melihat air terjun, kok wisata
gunung Baung sih. Setelah bertanya kepada ibu petugasnya, ternyata gunung yang
menjulang di depan itulah gunung Baung. Sedangkan air terjunnya berada tak jauh
dari pintu masuk.
Lokasi
wisata ini milik Kementerian Kehutanan. Keadaannya masih natural. Kalau boleh
saya katakan kurang terawat. Fasilitas umum sangat minim dan sangat tidak
terawat. Untuk beristirahat, disediakan bangku-bangku panjang sebelum jalan
masuk ke air terjun.
Saat
kami datang, pengunjung tidak ramai karena bukan weekend. Hanya ada
beberapa anak muda yang sudah selesai melihat air terjun. Petugas yang saya
temui hanya satu, yaitu si ibu yang berada di loket pintu masuk. Tidak ada
pengawas disini. Jadi setiap pengunjung hendaknya memperhatikan keselamatannya.
Coban
Baung ini berdekatan dengan pemukiman warga. Berbatasan dengan kebun-kebun
milik warga. Jadi sebelum masuk tadi saya melewati orang-orang desa yang sedang
panen jagung. Lalu menjemurnya di pinggir jalan. Karena kami naik mobil, maka
mereka menyingkirkan jagung-jagung tadi.
Warga
setempat dengan leluasa keluar masuk area wisata ini. Seperti saat kedatangan
saya, ada beberapa warga yang asyik duduk-duduk di bangku. Sepertinya banyak
jalan tembusnya. Hanya di pintu masuk saja yang diberi pagar.
Harga
tiket masuk:
Rp
5.000,00 per orang.
Disini
tidak ada denah lokasi karena hanya ada satu tempat yang dituju: air terjun. Tidak ada tempat bermain anak-anak, tidak ada
warung. Menurut saya sih benar-benar wisata alam.
Jarak
menuju air terjun cukup dekat, hanya 500 meter. Hati mulai tenang. Saya berharap
perjalanan lebih ringan alias tidak menguras tenaga.
Well,
perjalanan menuju air terjun dimulai. Anak-anak bersemangat untuk segera
menuruni anak tangga bebatuan. Kami bergerak cepat-cepat seolah air terjun
sudah di depan mata. Disini, ada jalan buatan dari bebatuan menuju air terjun.
Jangan khawatir tersesat. Hanya ada satu jalan yang aman untuk naik turun.
Harapan
saya segera pupus ketika melihat anak tangga menurun yang makin curam. Untuk
turun saja, kaki saya sampai bergetar menahan berat tubuh ini. kemudian saya
berpikir apakah saya terlalu gemuk? Tidak! Itu hanya pikiran buruk ketika lelah
saja. Sementara disampingnya adalah jurang yang menganga lebar. Melangkah
perlahan saja sudah ngos-ngosan. Untuk melihat air terjun dibutuhkan perjuangan
cukup berat bagi orang yang tak terbiasa seperti saya.
Jalan
yang landai tidak panjang. Jika lelah saya menepi di pinggir tebing. Sesekali
duduk di anak tangga. Karena memang tidak ada tempat duduk dan tidak
memungkinkan untuk dibuatkan bangku-bangku sepanjang jalan ini.
Asal
ada tempat atau bebatuan yang cukup datar, disitulah saya bisa duduk dan
bersandar. Lalu mengatur nafas. Setelah cukup kuat saya mulai melangkah lagi. Saya
akui saya kalah dibandingkan kedua anak saya. Tapi kami saling menyemangati
untuk segera tiba di bawah aliran air terjun.
Seperti
kawasan hutan pada umumnya, disini banyak hewan liar. Suara mereka bagaikan
musik pengiring langkah kami. Tapi kemudian saya terbelalak kaget ketika anak
saya berteriak, “monyet!”
“Huss,
jangan berteriak, nanti monyetnya lihat kita!” kata saya.
Mata
saya segera mengitari seluruh area. Monyet-monyet kecil berlarian, sesekali
berhenti dan memandang kami. Jumlahnya tidak banyak. Sekitar 3 sampai 5 ekor. Tidak
tahu jika ada yang lainnya, yang bersembunyi atau yang berkeliaran di tempat
lain.
Jelas
mereka sudah mengetahui kehadiran kami. Sepertinya kami yang telah mengganggu
kedamaian mereka. Saya pegang tas ini erat-erat. Ih, saya tidak yang tidak
membawa makanan merasa cukup deg-degan. Khawatir ada saja monyet yang tiba-tiba
mendekat. Lalu...aduh pikiran buruk tiba-tiba menghantui saya.
Maka,
demi ketenangan hati kami saling berpegangan. Paling suami yang nyengir, begitu
saja takut. Saya butuh rasa aman. Ditambah anak-anak yang memandangi wajah
saya. Please!
Ketinggian
Coban Baung adalah 60 meter.
Dibawahnya
mengalir sungai dengan batu-batu hitam yang besar. Seperti biasa, kami mengijinkan
air bermain air sebentar.
Banyak
jejak para pengunjung yang terserak disini. Sampah! Iya, sampah makanan,
minuman, sandal, kain, entah apa lagi disana. Tidak hanya di pinggir sungai,
namun ada juga di tengah-tengah yang menyangkut di bebatuan.
Biasanya
air sungai selalu jernih. Karena dekat dengan sumber air. Namun disini tidak
demikian. Air disini keruh, warnanya kecoklatan. Jadi saya meminta anak-anak
bermain air sebentar saja. Hanya di pinggir sungai, tidak perlu jauh dari
jangkauan saya.
Sementara
itu, saya memilih duduk di salah satu batu besar sambil menikmati derasnya air
terjun. Memandang langit yang cerah. Saya merasa beruntung karena datang di
lokasi ini di siang hari. Suasana juga sangat mendukung. Suhu
udara di sini terasa sejuk, meski tidak sedingin di pegunungan.
Yang
menarik disini adalah kami bisa berada dekat dengan air terjunnya. Tidak ada
pembatas apapun, hanya batu-batu besar disekitarnya. Tapi tetap harus waspada
ya!
Perjalanan mendaki selalu saja lebih berat. Tangga yang curam membuat kedua kaki saya
bergetar lagi. Saya membuka botol air minum. Meneguknya perlahan. Lumayan untuk
menambah tenaga.
Note:
- Karena anak tangga disini sangat curam, maka harus hati-hati ketika melangkah.
- Jika ingin berfoto ria, baik selfi maupun ramai-ramai tetap harus melihat keadaan disekitar.
Ibu
petugasnya bercerita bahwa pernah ada kecelakaan yang menelan korban jiwa
akibat foto selfi di pinggir jurang. Ya, di daerah seperti ini memang rawan
longsor. Bisa saja sewaktu-waktu tanah yang kita pijak runtuh. Pastikan jangan
berjalan di pinggir jurang. Namun di dekat tebing saja.
Sebenarnya
ada banyak papan peringatan berwarna kuning di dalam lokasi wisata. Beberapa
kali saya menemukannya dan meminta anak-anak untuk membaca. Tapi semuanya
kembali kepada kita, para pengunjung. Lebih bijak menggunakan tempat ini atau
tidak. Untuk eksis tak harus melakukan
aktivitas yang berbahaya apalagi hingga merenggut nyawa.
Sebagai
bentuk pencegahan terhadap kecelakaan di tempat wisata, jika hujan, petugas langsung
menutup lokasi ini. Sangat berbahaya! Jalanan menjadi sangat licin dan tanah
longsor.
So,
bagaimana weekend ini, travelers?
^_^
Sebelumnya saya sulit banget lhoo mb membedakan antara coban dengan air terjun atau curug :-)
BalasHapusohh iya coban maung serem juga ya air nya deras banget, gak berani deh saya ada di bawah pancurannya :-)
Yang penting fisik harus sehat. Jalan lancar.
HapusTapi kalau dari sini sangat jauh kalau harus mengunjungi coba maung yang ada di pasuruan itu mba ;-)
HapusIni coban baungnya pas bagus lho mbak.. dulu pernah ke sini pas kuliah.. air terjunnya pas warna coklat butek.. gak sepadan sama perjuangan naik turunnya yang aduhai bikin betis lebih perkasa, wkwkwk
BalasHapusNggak pakai ngos-ngosan mbak?
HapusHabis itu aku langsung tiduran di bangku. Mumpung nggak ada orang.
500 meter klo datar mah ringan ya, berhubung turunan (dan pulangnya tanjakan) pasti cape bgt ya...
BalasHapusNgos-ngosan super berat.
Hapuswah selain coban rondo, ada juga coban baung ternyata ya mb rochma
BalasHapusiya aku juga suka heran kenapa di kawasan aer terjun suka tinggal kawanan monyet
Sama dong mba.
HapusItu kan hutan tempat tinggal mereka (monyet).
Ih asyiknya bisa jalan-jalan...*butuhpiknik :D
BalasHapusMari mba, piknik.
Hapustangganya lebih saya khawatirkan daripada monyetnya -__-
BalasHapusTapi saya tahu, sejauh dan sesukar apapun kalau view nya indah gitu, rasanya terbayarkan
Bener deh tangganya bibin kaki pegel.
HapusBisa digunakan berwisata sambil olahraga. Apalagi wisata alam ini begitu alami dan murah meriah. Pasti tidak rugi mengunjungi Coban Baung.
BalasHapusSaya, ibu yang suka berhemat... uhuy!
Hapusair terjunnya indah banget Mba :)
BalasHapuspasti segar banget tuh saat berada di sekitarnya :)
Meski sudah berkeringat tapi berada disekitar air jadi segar kembali.
Hapusair terjunnya bikin ngiler mbaaak. indaah. jadi pengen kesanaaa
BalasHapusAyolah mbak. Pas musim kemarau ya.
HapusAku suka deg2an kalo jalan2 trus ketemu monyet.. hehe.. Tapi monyet di sana gak iseng ya mba.. :D Air terjunnya cakep jg mba..
BalasHapusTip buat yang takut sama monyet (aku juga sih): jangan bawa makanan, tetap tenang, jangan mengganggunya.
HapusWuiiih liat pemandangannya asri banget, apalagi ada makhluk lainnya hehe..
BalasHapusMantaff