Kampung Jodipan (Kampung Warna-Warni)
Jumat, 20 Januari 2017
39 Komentar
Assalamualaikum,
Sudah
beberapa bulan lalu ingin menulis kampung Jodipan. Sejak sering berkunjung ke
Malang akhirnya tulisan traveling saya banyak yang membahas seputar Malang
Raya.
Baca juga Meniti Jembatan Kaca di Kampung Jodipan...
Kampung Jodipan ini terlihat mencolok sekali dari jalan raya. Maka, tak heran jika banyak pengendara motor maupun mobil yang berhenti sejenak di tepi jembatan. Lalu cekrek!
Kampung Jodipan ini terlihat mencolok sekali dari jalan raya. Maka, tak heran jika banyak pengendara motor maupun mobil yang berhenti sejenak di tepi jembatan. Lalu cekrek!
Nah,
gambar diatas menunjukkan pentingnya untuk mengabadikan warna warni rumah warga
di kampung Jodipan. Spot yang satu ini makin ngehits saja. Sekedar lewat,
foto-foto sebentar dan jalan lagi. Termasuk yang sedang jalan kaki, biasanya
melirik sejenak ke kampung yang dicat dengan warna-warna yang cerah.
Sejarah
terbentuknya kampung Jodipan ini tak lepas dari ide kreatif sekelompok mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Malang yang sedang melakukan praktikum Public Relations Ilmu Komunikasi. Kelompok mahasiswa yang tergabung dalam kelompok Guys of Public Relations (bisa dilihat di IG @guyspro) ingin agar kampung kumuh yang terletak di bantaran sungai Brantas ini menjadi menjadi bersih. Nah, mereka
memilih untuk membuat sesuatu yang beda. Dengan menggandeng Decofresh, sebuah produsen cat di Malang, akhirnya tercipta
sebuah kampung warna-warni.
Diresmikan
pada tanggal 4 September 2016, kampung ini selalu ramai pengunjung lokal maupun mancanegara. Terutama
weekend dan musim liburan.
Kampung
Warna–Warni vs Kampung Tridi
Sebagai
seorang pengunjung, saya pikir bahwa semua rumah yang berwarna-warni termasuk ke dalam Kampung Warna.
Ternyata tidak teman-teman! Jadi begini, yang kampung warna-warni adalah
kampung yang berada di 3 RT yaitu 6,7,9 di wilayah RW 02 Kelurahan Jodipan,
Malang. Lokasinya dapat terlihat dari jembatan embong Brantas (Jl. Gatot Subroto) sekitar 500 meter dari stasiun kota Malang.
Nah,
saya kira sama saja dengan di kampung di sebelahnya, yaitu kampung tridi (3D). Di Kampung tridi ini rumah-rumah warga dicat warna-warni dan dihiasi gambar 3 dimensi (lukisan mural). Ada
brand Decofresh juga. Jika jeli, kita bisa melihat atap Kampung Tridi yang dicat dengan warna lebih teratur per barisnya. Sedangkan di Kampung Warna, atap waga dicat secara acak.
Jujur,
saya baru tahu dari warga yang bertugas menjadi penjaga tiket masuk bahwa di kampung tridi adalah ide dari
Walikota yang ingin agar kampung ini sama warna-warninya. Jadi dana untuk
pengecatan dan lain sebagainya menjadi tanggung jawab Pemkot. Dan saya pernah
masuk kesini tanpa dipungut biaya.
Sedangkan
kampung warna-warni ini sudah tidak mendapatkan kucuran dana dari
brand cat lagi. Jadi kalau kita membayar tiket sudah termasuk untuk biaya perawatan,
inovasi gambar, kebersihan, dll.
Foto-foto dari Kampung Tridi
Di kampung tridi ini kita bisa menemukan gambar-gambar tiga dimensi yang tampak hidup, menghiasi dinding-dinding rumah warga. Mulai dari gang masuk perkampungan, gambar-gambar tridi layak dijadikan spot foto selfie.
So, itulah sekelumit
perbedaan kampung warna-warni dan kampung tridi.
Untuk
menjaga kebersihan di area rumah warga menjadi tanggung jawab pemilik rumah,
sedangkan di jalanan merupakan tanggung jawab bersama. Seperti ketika pagi itu
saya melihat beberapa laki-laki yang sedang bergotong-royong membersihkan dan
melakukan perawatan kampung. Untuk pengecatan biasa dilakukan oleh warga
(karang taruna). Sedangkan untuk gambar, mereka menyewa tukang gambar.
Kabarnya, Kampung Warna ini menggunakan 17 macam warna dengan gambar yang dilukis oleh komunitas mural. Saya
melihat catnya sudah mulai luntur. Sudah waktunya dilakukan pengecatan ulang.
Karena kampung ini menjadi tanggung jawab bersama, maka tak ada yang keberatan
untuk melakukan perawatan.
Ada apa
di Kampung Warna?
Memasuki
kampung ini, teman-teman akan disambut oleh payung-payung yang tergantung di
atas jalan. Iya, jalannya sempit, kadang landai kadang naik turun. Ada tangga
dan jalan untuk sepeda motor.
Jika
sedang menjelajah kampung dan lapar, jangan khawatir, banyak warung disini.
Murah banget! Saya sempat bertanya
kepada mbak-mabak penjaganya, “Apakah tidak dibuatkan tempat buat nongkrong
saja agar para pengunjung bisa duduk santai sambil menikmati segelas kopi?”
“Belum
ada rencana. Begini saja sudah capek,” kata mereka.
Setiap
harinya pengunjung bisa mencapai ratusan. Tidak ada jam buka maupun tutup. Jam
berapapun, tetap boleh masuk. Tapi sebaiknya jangan malam-malam, kasihan yang
jaga tiket. Kalau pagi sebaiknya mulai pukul 06.00. Di waktu tersebut, warga
sudah mulai bersiap menyambut pengunjung. Tapi untuk warung, sepertinya belum
ada yang buka.
Dan masih banyak lagi gambar-gambar menarik disini.
Urusan
tiket ini dipegang oleh ibu-ibu secara bergantian. Ketika saya datang, pagi itu
belum ada penjaganya. Tak lama, seorang wanita menyapa dan meminta untuk membayar
tiket masuk.
Harga
tiket
Cuma
Rp 2.000
Murah
bukan. Dengan uang itu kita (para pengunjung) bisa ikut membantu memajukan
perkonomian warga. Beberapa warga membuka warung makan, minuman dan mengelola tempat parkir.
Parkir
Tempat
parkirnya agak susah ya. Karena memang tidak disediakan lahan yang luas. Tapi
jangan khawatir, nanti ada warga yang akan mengarahkan kita.
Sepeda motor Rp 2.000
Mobil Rp 5.000
Saya
pikir lokasi parkirnya sama saja dengan Kampung Tridi. Jadi dua kali ke lokasi
dengan memarkir mobil di pinggir jalan yang merupakan wilayah kekuasaan Kampung
Tridi. Belum ada penjaganya. Tapi tiba-tiba ada seorang laki-laki yang meminta
uang parkir Rp 10.000. Jelas saja saya tolak. Saya pernah kesini dengan
membayar Rp 5.000. Jadi tidak ada alasan untuk menarik biaya seenaknya.
Di
kampung warna ini ada tiga pintu masuk. Mulai dari RT 09 yang dekat jembatan,
selanjutnya RT 07. Satu lagi RT 06 yang biasa disebut kampung lampion. Ini sih
karena banyak lampion yang tergantung di atas jalan. Mungkin kalau malam
kelihatan cantik ya.
Kampung Lampion
Perpustakaan Mini
Ada
perpustakaan mini yang terletak di RT 09. Hari masih pagi tak ada warga
disekitar, padahal saya mau melihat koleksinya. Pintu kotak saya tarik
barangkali saja bisa terbuka. Ternyata tidak. Ya sudahlah. Cari fotonya saja.
Masih sepi.
Kita
bisa berfoto-foto dengan latar gambar-gambar dinding. Ada banyak gambar
menarik, seperti tokoh kartun, wayang, pahlawan, binatang, dsb. Sedangkan di
Kampun Tridi, gambar-gambarnya lebih banyak lagi. Cakep-cakep juga.
Bersih
Kampung
warna-warni ini benar-benar berbenah. Sudah banyak perubahan yang dilakukan
warga sehingga kampungnya layak untuk dikunjungi. Seperti sampah, seringkali
saya temukan di berbagai sudut tempat wisata. Namun atas kesadaran sendiri
warga disini memperhatikan dan menjaga kebersihan lingkungan. Pagi-pagi sudah
bersih-bersih halaman. Genangan air disapu sehingga tidak mengganggu pejalan
kaki. Para pengunjung dihimbau tidak membuang sampah sembarangan. Disediakan
tempat sampah di beberapa sudut kampung.
Sejak kedatangan para pengunjung, warga tidak lagi membuang sampah ke sungai. Masalah sanitasi diperbaiki. Semoga saja semakin baik di masa mendatang.
Daerah
sepanjang sungai di kampung ini rutin dibersihkan. Jadi meskipun air sungainya
berwarna coklat dan keruh, yang penting tidak menimbulkan aroma menyengat.
Tentunya ini butuh perjuangan dan tidak bisa instan.
Harapan
Sebagai
salah satu tujuan wisata, tak heran jika warga Kampung Warna Warni ini menaruh
harapan besar agar kampung ini makin maju, bersih dan aman. Aamiin.
Happy
traveling!
^_^
Kampung warna warni ini emang bagus banget mba. Sering baca juganih tentang ini. Asyik buat dijadiin tempat foto-foto. Hihihi
BalasHapusIya, mba. Gambarnya bagus-bagus di kampung Tridi dan Kampung Warna.
HapusKampungnya bersih ddan penuh warna 😊
BalasHapusSejak dijadikan lokasi wisata, perilaku warga berubah menjadi lebih baik.
HapusUnik dan kreatif. Acung 4 jempol. Sukaaa sama idenya..walaupun perkampungan padat tapi menarik dikunjungi. Beda sama stereotip selama ini. Padat biasanya identik dengan kumuh.
BalasHapusIni ceritanya yang muda yang berkarya. Tentu sangat bermanfaat terutama untuk warga.
HapusPernah lihat d tv. Jika dikelola dgn baik jd nyaman bwt dikunjungi. Apalagi bersih dan warganya ramah
BalasHapusSemoga lingkungan tetap terjaga.
Hapusandai semua kampung kampung di Indonesia mau berbenah seperti kampung ini insyallah Indonesia penuh dengan warna warni keindahan.
BalasHapusIde bagus.
HapusPernah nonton tentang kampung ini di kick andy. Kreatif bgt ya ide nya sekarang kayanya makin keren
BalasHapusLagi ngehits lokasi wisata ini.
HapusAda tiket masuknya buat biaya perawatan,inovasi gambar dan kebersihan.
kota yang lagi ngehits, saya liat teman saya yang di Malang ngepost ini di IG nya dan saya penasaran perasaan sering ke Malang tapi kok nggak tau ini ya
BalasHapusInsya Allah bulan depan kami mudik, mudahan sempat kemari deh
Semoga bisa jalan-jalan kesini ya mba Lidha.
HapusWaah kampungnya lucuuu. Kapan -kapan pengin ke sana.Asyik ya mbak buat foto-foto.
BalasHapusYuk, foto-foto disini!
HapusIni warbiyasaaaaak!! Keren dan patut dikunjungi! Duh jadi pengin ke Malang :( Idenya sukak banget, akhirnya para warga juga punya penghasilan lebih ya mak..
BalasHapusKayak di Rio de Jeneiro kalo lihat ini :D
Kayak bukan di Indonesia....padahal di Malang. hihihi...
Hapuswaah idenya keren, kreatif banget. terus kampungnya jadi hidup dan bersih banget ya... semoga ide ini menular ke tempat yg lain juga. warga pun jadi selalu penuh semangat ya...
BalasHapusSemoga semakin banyak kampung-kampung yang bersih.
HapusTahun lalu ke Malang belum ada Kampung Jodipan Mba, aah aku harus balik lagi ke Malang biar bisa kesini nih.. Kayaknya bahagia banget ya tinggal disini hihi
BalasHapusMesti datang lagi ke Malang dong.
Hapusini spertinya malang punya ya... saya tau waktu ke malang dulu. bagus banget... sungainya juga bersih banget..
BalasHapusIya di Malang. Sungainya keruh, tapi di sekitar sungai mulai rajin dibersihkan.
HapusSumpah cakep bangetttttt. Malah kliatan bgs di cat warna warni gini ya mba.. Sukur kalo warganya udh pada sadar utk ga buang sampah k sungai, biar ttp terjaga kampungnya
BalasHapusPerubahan yang lebih baik ya.
HapusWoooow luar biasa. Harusnya di tiap indo ada kampung spt ini. Bkn cuma untuk menarik minat wisatawan tp budaya hdp bersih & tertib hrs digalakkan
BalasHapusHarusnya ya...
HapusIni seperti tempat wisata ikonik mancanegara di Santorini, Itali yang femes itu ya.
BalasHapusIdenya sungguh luar biasa!
Mendatangkan manfaat bagi warga di sana.
Kampung warna-warni, bagus yah, namanya.
Yuk mampir ke Kampung Warna-Warni!
Hapusjadi terlihat indah, ya, mbak. Mirip seperti salah satu kota di Brazil kalo gak salah. Lupa lagi.
BalasHapusSalam kenal Mbak Nur :)
Yup. Dari jalan raya tampak ngejreng. Secara tak langsung mengundang siapapun penasaran pengen mampir.
HapusDuhh mantaf juga yah tempatnya nih mba..jadi pengen kesana nih penasaran kaya gimana liat kampung yang berwarna-warni mba
BalasHapusCuss aja ke Malang.
Hapusbaguuuussss bangeeeet !!!!
BalasHapusYuk, mampir!
HapusAku asli Malang, tapi pas dulu jadi warga Malang, belum ada mbak. Ehh udah banyak baca dan sempat masuk TV juga sih daerah Jodipan ini. Pengen deh kalau mudik nyempetin diri dan ajak keluarga mampir. Ahh semoga bisa keturutan ya
BalasHapusOh ya. Malang memang keren ya. Banyak tempat wisatanya. Semoga bisa mampir ke kampung Jodipan.
HapusKampung warna warni ini sangat menarik. ada 2 kampung yang dipisahkan oleh sungai.
BalasHapusMasuk ke kampung-kampung ini dikenakan biaya. Wajar sih ga mahal cuma RP. 3000 perkampung. selain bisa masuk kita juga dapet souvenir gantungan kunci.
Kampung pertama lebih banyak didominasi rumah warna warni, kampung kedua "Kampung tridi" sangat menarik, walau rumah penduduk saling berdempetan penduduk disana ramah-ramah malah ngarahin gaya dan bantu untuk foto-foto.
Semoga kampung ini masih terjaga kebersihannya dan keramahan penduduknya.