Gunung Kapur Tuban
Jumat, 03 Februari 2017
16 Komentar
Assalamualaikum,
Sesuai
dengan judulnya saya ingin sedikit mengulas pegunungan kapur di Tuban. Ada spot
foto cantik dan ganteng loh disini. Ya, begitulah karena saya melihat kebanyakan
orang yang memajang foto di medsos dengan latar disini adalah mbak-mbak dan
mas-mas. Kalau emak-emak seperti saya kan jarang. Uhuk!
Setelah
memendam rasa penasaran akhirnya saya berburu spot foto di gunung kapur, gunung
pasir, pegunungan kapur, bukit kapur. Pokoknya yang berbau kapur, deh. Bukankah
sekarang sedang ngehits latar
penambangan kapur seperti ini. Di Bangkalan, Madura ada bukit Jaddih (semoga
bisa kesana ya). Nah, kalau di Tuban ada pegunungan kapur. Tidak perlu keluar
kota, karena masih banyak spot foto yang instagramable
di sini.
Tuban
memiliki banyak pegunungan kapur dan penambangan kapur. Tapi tempatnya dimana,
ya? Saya kok ya jarang jalan-jalan ke lokasi seperti ini. Padahal tempatnya dekat saja. Dan saya sering pergi ke Rengel juga. Akhirnya saya bertanya kepada orang-orang yang memang tahu
lokasinya. Cuma ada satu keyword “Rengel”. Yah, kecamatan Rengel itu luas masak
harus ngubek-ngubek. Jalan saja deh sekaligus bertanya kepada warga lokal.
Lokasi
pegunungan kapur bisa ditempuh sekitar 45 menit dari kota Tuban. Terletak ini
di antara perbatasan kecamatan Plumpang dan Rengel kabupaten Tuban. Kalau masuk lewat
jalan sebelum batas kecamatan Plumpang dan Rengel. Atau sebelum SMA Rengel. Lewat
manapun nantinya akan menuju ke pegunungan kapur. Jangan heran jika jalanan
makin menyempit karena masuk ke perkampungan warga.
Untuk
menuju lokasi ini saya sudah melewati beberapa jalan desa. Karena saya tidak
tahu tempat pastinya sebelah mana, jadi masuk saja. Keluar dan masuk melewati
jalan yang berbeda. Subhanallah. Melihat deretan pegunungan kapur yang
membentang seolah mengingatkan kita betapa diri ini sungguh lemah, kecil. Tak
ada apa-apanya!
Pegunungan
itu masih berdiri kokoh meski tangan-tangan manusia mengeruknya. Semuanya demi
kepentingan umat manusia. Betapa saya terkagum memandang ciptaannya. “Maka,
nikmat manakah yang kamu dustakan!” (QS Ar Rahman: 16 )
Sekilas
memang tidak tampak dari jalan raya. Lha, setahu saya cuma deretan pegunungan
kapur yang sudah bolong-bolong karena penambangan warga lokal. Katanya sih,
pemiliknya adalah warga sana juga. Para pekerjanya juga dari warga sekitar. Tidak
hanya laki-laki, wanitapun banyak.
Ketika
berada di tempat ini saya sempat ngobrol bersama beberapa warga sekitar. Ada
yang sudah sepuh tapi masih kuat berjalan kaki mengais rezeki di penambangan batu
kapur ini. Yang masih muda banyak yang membawa sepeda motor naik turun gunung.
Truk-truk hilir mudik mengangkut kapur. Suara mesin-mesin pengeruk kapur tiada
henti. Seolah tempat ini hidup sepanjang hari. Katanya sih sampai lembur juga.
Nah, kalau malam bagaimana caranya mengambil batu-batu kapur ini? Kalau hujan?
Wah, saya jadi malu. Disini saya cuma mencari foto dan menuliskannya di blog.
Sementara mereka, bekerja keras untuk hidup.
Note!
Jalan-jalan
di lokasi ini mesti hati-hati ya. Tidak perlu ikutan para pekerja turun ke
bawah atau naik ke atas bukit. Apalagi tanpa ada yang mendampingi. Saya sempat
juga mau turun melihat cekungan yang mirip danau berwarna hijau. Ada yang
menyebutnya green lake! Keren, bukan!
Tampaknya cantik kalau difoto. Ops...baru beberapa langkah menurun tiba-tiba
ada orang yang berteriak melarang.
Baiklah,
sebagai pengunjung (eh, apa sih namanya, kita cuma jalan-jalan) saya hanya
mengambil gambar saja. Takut juga kalau batu-batu yang kita pijak tiba-tiba
longsor.
Terbentuknya
gunung pasir (gunung kapur)
Ketika
saya berkata gunung pasir kepada warga lokal, eh malah ditertawakan. Ada juga
yang menyanggahnya. Lalu namanya apa, dong?
“Ini
bukan gunung pasir,” kata si mbah yang hendak pergi ke kebun jagung, dan kacang
hijaunya diatas bukit. Ih, si mbah ini kuat banget. Di usianya yang sudah
senja, masih kuat melangkah, naik turun bukit demi mengurus ladangnya. Sehat-sehat selalu ya mbah.
Menurut
orang-orang disini, gunung pasir yang ngehits ini berasal dari batu kapur yang
digiling hingga halus. Kapur ini merupakan permintaan dari Kalimantan. Sudah
lama (mungkin berpuluh tahun ya) namun sayangnya tidak laku. Apa daya, kapur
inipun teronggok dengan sempurna. Tumpukan kapur halus inipun mengeras (tapi
tidak keras banget) lalu membentuk semacam gunung, ada kelok-keloknya yang
indah. Seperti alur air, dari atas turun ke bawah.
Tips:
Untuk
mengunjungi lokasi ini sebaiknya di pagi atau sore hari. Panaaas! Saya datang pagi saja sudah terasa seperti siang hari. Kecuali mau
duduk-duduk di bawah pohon atau kongkow di warung. Ada warung di tengah hutan!
Ajaib, tapi ramai juga. Pelanggannya orang-orang disini. Ada pula warung kosong.
Semua
foto yang saya ambil sekitar pukul 07.30 sd 09.00. Asli tanpa menggunakan aplikasi ataupun editan. Alhamdulillah langit cerah
sehingga pemandangannya tampak menawan. Sebentar saja berada di dekat
pegunungan kapur ini rasanya seperti berada di siang hari, dengan terik yang
menyengat. Tapi kemudian saya duduk di dekat warung kosong rasanya adem banget.
Terasa semilir angin membelai pagi.
Dari
kejauhan saya bisa melihat truk-truk dan alat berat yang bergerak, mengeruk dan
mengangkut batu-batu kapur. Semua tampak kecil seperti mainan anak saya. Ya
Allah, ini di Tuban, yang bahkan saya kadang merasa apa sih yang indah dari
daerah saya. Semoga masih ada kesempatan untuk mengeksplore daerah sendiri.
Oh
ya, cekungan disini yang berwarna kehijauan itu sebenarnya adalah bekas galian tambang
kapur yang kemudian tergenang air hujan. Nah, air disini dimanfaatkan para
sopir untuk mencuci truknya setelah mengangkut batu kapur. Melihat dari atas,
truk-truk ini tampak kecil dan lucu.
Saya
tidak tahu apa yang menyebabkan airnya berwarna hijau dan keruh. Bisa
jadi
karena lumut. Karena disekitarnya banyak lumut. Apalagi ini musim hujan! Saya
ingin melihat dari dekat, tapi keburu disuruh pergi oleh pekerja disini.
Berbahaya!
Di
sekitar pegunungan kapur ini adalah ladang-ladang milik warga. Mulai dari
jagung, kacang tanah dan kacang hijau ditanam. Ada juga pohon-pohon jati. Cukup
kontras dengan pegunungan kapur yang gersang. Bahkan diatas bukit sana juga
masih banyak ladang. Tanamannya bisa tumbuh subur.
Well,
kebanyakan orang-orang yang datang kesini hanya untuk mencari spot foto selfie disekitar gunung kapur. Kalau
dilihat dari foto mirip gunung asli. Bener, deh! Yang terbayang dalam pikiran
saya, gunung itu begitu cantik, berwarna putih, bersih dan layak didaki. Kelihatan
tinggi menjulang. Tapi begitu mengunjunginya, hahaha ... memang luar biasa!
Gunung
kapur ini tidaklah tinggi. Tidak seperti pegunungan kapur di sebelahnya. Cukup
mudah bagi siapa saja yang ingin mendakinya. Tak heran jika banyak beredar
foto-foto orang mendaki hingga diatas gunung.
Awalnya
saya pikir gunung pasirnya (gunung kapur) sudah mengeras dan kokoh seperti batu
kapur yang biasa dijadikan bahan bangunan. Eh... ternyata tidak juga. Sangat
terasa ketika saya mulai menginjakkan kaki, mendaki. Melewati kelok-keloknya. Banyak bekas
jejak kaki disini. Terpeleset sedikit saja bisa
mengakibatkan gundukan kapur itu runtuh. Jadi yang putih itu bekas dinjak-injak orang. Sedangkan di
sekitarnya berwarna warna keabu-abuan. Padahal saya berharap menemukan gunung yang berwarna putih bersih seperti yang beredar di medsos.
Untuk
berkunjung disini tidak ada biaya apapun. Termasuk untuk parkir. Langsung parkir
saja di samping gunung kapurnya. Semuanya gratis. Karena ini bukan tempat
wisata, melainkan penambangan batu kapur! Pekerja disini akan dengan senang
hati menunjukkan tempat yang biasa dipakai berfoto.
Rute:
- Untuk menuju ke lokasi ini tidaklah sulit. Kalau membawa kendaraan sendiri, dari Tuban (kota) langsung menuju ke arah Surabaya. Tiba di pertigaan Pakah, belok ke kanan. Nanti bisa berhenti di perbatasan Plumpang – Rengel.
- Sedangkan jika menggunakan angkutan umum bisa memilih jurusan Tuban - Rengel. Atau dengan bus jurusan Bojonegoro.
- Kalau dari arah Surabaya, langsung berhenti di pertigaan Pakah. Jika menggunakan angkutan umum, silakan dilanjut point kedua.
Happy
traveling!
^_^
Pantas aja byk pabrik semen di daerah jatim. Tuban ternyata ada gunug kapurnya
BalasHapusIya, banyak pabrik semen.
HapusPanas banget gk mba nurrochma,, penasaran blum pernah k daerah gunung kapur, noted mba,, Insyaallah mdh2an bisa k sana,,,
BalasHapusMeski masih pagi lumayan panas.
Hapuswahh asli lengkap fotonya mb hehehe, mantap
BalasHapusSaya asal jepret saja. Pegunungan kapur ini panjang.
HapusAmazing ya mbak, panas udah pasti dong ya. Masyaalah deh buat semangat si mbah yang kuat naik turun bukit kapur yang panas. Membaca ini jadi membuat betapa saya harus bersyukur terhadap hidup ini
BalasHapusPanas banget karena lokasi penambangan tidak ada pohon-pohon. Kecuali dipinggir (sekitarnya) masih banyak kebun.
HapusPemandangan bukit kapurnya bagus banget mbaa :)
BalasHapusSmoga terjaga dengan baik ya.
Aamiin, mba Al.
Hapussetelah tambang kapur di gresik habis, pabrik semen pindah ke tuban sejak bbrp tahun yg lalu :3
BalasHapuskapur juga bahan baku utama untuk memproduksi semen
Iya, jadi banyak pabrik semen disini.
Hapuskalau siang selain panas juga berdebu kayaknya :D
BalasHapusKalau debu...mungkin kalau berada di kawasan penambangan ya. Saya sih nggak sampai kesana. Medannya berat.
HapusGunung pasir eh gunung kpurnya cantik ya, Mak. AKu ngebayangin pa nginjeknya berasa gimana gitu :). Cakep deh foto-fotonya.
BalasHapusHarus hati-hati ya.
Hapus