Berbagi Sajadah





Assalamualaikum. Bagaimana puasa kita hari ini? Semoga dimudahkan sampai akhir Ramadhan. Aamiin.

Teman-teman kalau ke masjid apakah selalu membawa sajadah? Kalau saya kadang iya, kadang tidak. Lihat situasinya saja. Misalnya kalau sedang di rumah, ya bawa saja. Lengkap!

Kita bisa memiilih mau sholat tarawih di masjid mana saja. Yang terdekat bisa jalan kaki. Kalau agak jauh sedikit, dengan naik motor.

Tapi kalau sedang di luar kota, saya harus memangkas barang bawaan agar tidak berat dan menyesakkan kendaraan. Bagaimana dengan sajadahnya? Cara menyiasatinya dengan membawa sajadah tipis dan ringan. Selain itu bisa memakai sajadah kecil, yang cukup untuk alas kepala ketika sujud.

Sayangnya masalah sajadah ini sering terlewatkan. Packing barang yang mau dibawa meskipun sudah dilist seringkali terlupakan. Bahkan tidak termasuk dalam list. Akhir-akhir ini karena sering berpergian, saya tidak terlalu memikirkan daftar bawang bawaan. Perginya masih dekat-dekat saja. Kurang-kurang sedikit tidak perlu dipermasalahkan. Yang penting sudah membawa mukena dan barang-barang yang sangat dibutuhkan keluarga.

Bagi saya keberadaan sajadah ini tidak terlalu penting. Karena lantai masjid-masjid (biasanya ya) sudah dibersihkan. Apalagi ini bulan Ramadhan, masjid-masjid semakin bersolek menyambut kedatangan para jamaah yang ingin memakmurkannya.

Saat ini semakin banyak masjid yang melengkapi dengan karpet baik yang tipis maupun tebal. Jadi keberadaan sajadah memang tergantikan.



Kemarin, saya melihat ada masjid yang memperbanyak mukena dan sajadah. Padahal di lantainya sudah ada karpet. Bahkan di teras sekelilingnya juga digelar karpet. Kalau hari-hari biasa tidak sampai seperti ini. Saya yakin, semuanya demi menyambut bulan mulia ini.

Bagi saya yang tidak mempermasalahkan sajadah, beribadah di masjid rasanya tetap saja. Kenikmatannya masih sama.

Sharing is caring

Sebagai musafir, berhenti di satu masjid ke masjid lainnya, membuat saya semakin menikmati the power of sharing. Ada banyak jamaah yang berbagi sajadah dengan saja. Tidak saling kenal tapi merasa sebagai satu umat yang kokoh. Ada saja yang tiba-tiba menggelar sajadah di depan saya. Semerbak Aroma pewangi, dan bunga kenanga menguar.

Bahkan saya menemukan di suatu masjid yang memang tidak terlalu peduli dengan sajadah yang sudah digelar. Jadi maksudnya begini, begitu jamaah datang, langsung menggelar sajadahnya. Ketika imam meminta untuk meluruskan shaf, tengok kanan kiri, barisannya sudah rapi belum. Lalu, bergegas mengisi kekosongan shaf. Tidak lagi peduli sajadahnya dimana, tasnyapun dimana. InsyaAllah aman.

Teman-teman memiliki cerita Ramadhan juga? Sharing yuk!

^_^


Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

10 Komentar untuk "Berbagi Sajadah"

  1. Iyaaa mbaak masjid" disinii jugaa gtuuu. . Berbagi sajadah seperti sudah naluri sesama muslim. Seneng liatnyaaa. .

    BalasHapus
  2. Berbagi sejadah iya sering juga, kalau yang disamping tdk bawa sejadah terbiasa menawarkan
    penting nggk penting ya sejadah, untuk berpergian betul biasa bawa sejadah yg tipis saja

    BalasHapus
  3. alhamdulillah berbagi sajadah masih jadi kebiasaan masyarakat kita sehari-hari ya..

    BalasHapus
  4. Kalo saya enggak bawa sejadah, soalnya berebut sama anak -__-
    di mesjid suka ada yang ngajakin barengan, hehe. so sweet

    BalasHapus
  5. Di tempat saya jg begitu mbak, setelah sholat baru deh sajadah diambil.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Senang ya kalau jamaahnya pada pengertian gitu.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel