Telaga Sarangan
Jumat, 28 Juli 2017
12 Komentar
Assalamualaikum,
Libur
lebaran selain dimanfaatkan untuk silaturahim juga cocok untuk traveling. Tahun
ini libur lebaran bertepatan dengan libur kenaikan kelas. Lumayan panjang. Seperti
sudah menjadi kesepakatan bersama, banyak orang traveling membuat
tempat wisata penuh. Termasuk Telaga Sarangan yang menjadi tujuan kami. Sudah
mainstream sih!
Memilih
waktu untuk liburan bersama keluarga kalau tidak seperti ini pasti sulit. Mumpung
anak-anak masih sekolah, belum ada yang kuliah. Libur sekolah dari SD hingga
SMA masih sama. Entah lagi kalau si sulung sudah kuliah...
Saya
pikir kalau masih pagi tidak terlalu ramai. Faktanya sama saja. Keramaian ini
sudah tampak ketika kendaraan memasuki pintu gerbang untuk membayar tiket
masuk. Petugasnya yang menghampiri kami lalu menghitung jumlah orang di mobil.
Kendaraan
yang diparkir berdesakan. Sepeda motor dan mobil saling himpit. Sudah tidak
diperhatikan lagi bagaimana kendaraan-kendaraan tersebut bisa keluar. Pokoknya bisa
masuk sebanyak-banyaknya saja.
Keluar
dari mobil, saya merasa berada diantara lautan manusia. Salah waktu dan tempat.
Tapi karena jarang mengunjungi Magetan, semua rencana dilanjutkan saja.
Dimulai dengan teriakan perut untuk segera diisi, kami mampir di Harmadha resto dan cafe. Ternyata menunggu makanan datang, cukup lama. Kami manfaatkan untuk melihat pemandangan alam sekitarnya. Foto-foto saja. Kadang bergantian dengan orang-orang disini.
Memasuki
area wisata Telaga Sarangan, saya sempat bertanya dalam hati. Sebenarnya apa
yang menarik sehingga orang-orang berduyun-duyun datang kesini. Pemandangannya
atau banyak wahana?
Banyak
wahana? Tidak. Disini kita disuguhi pemandangan sebuah telaga, yang
disekelilingnya adalah hutan, bukit dan gunung.
Atau
ingin sekedar staycation disini? Banyak
penginapan hingga villa di sekitar sini. Tinggal lihat budget kita.
Saya
membayangkan suasana telaga yang tenang dan damai. Tapi kemudian tidak mendapatinya. Saya masih mencari tempat untuk menemukan suasana yang nyaman untuk memandang telaga. Sayang, semua tempat penuh oleh pedagang maupun pengunjung.
Air Telaga
Sarangan sebenarnya tenang. Angin bertiup sepoi-sepoi. Pemandangan hijau
dari kejauhan membuat suasana alam yang damai.
Lalu
mengapa air di telaga jadi bergelombang? Penyebabnya karena ulah pemilik speed boat yang ugal-ugalan.
Begitu penjelasan seorang pemilik speed boat yang saya tumpangi. Deru speed
boat bersahut-sahutan. Bising dan memacu adrenalin.
Melihat deretan speed boat ini anak-anak semangat ingin segera naik dan merasakan berada di tengah telaga. Pemiliknya sejak tadi memanggil siapa saja agar mendekat. Kami bertanya harganya dahulu. Ops, ada papan harga sehingga harganya sama semua.
Anak-anak meyakinkan saya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Oke, saya ikut. Anak-anak bersorak. Ada sedikit keraguan karena tidak memakai pelampung. Si pemilik speed boat ini segera menginjakkan kakinya di bagian depan speed boat. Kami bergantian naik dan mencari tempat duduk. Saya duduk di belakang, bagian tengah.
Sejenak saya melupakan rasa ngeri berada di tengah
telaga. Kedua tangan berpegangan erat pada speed boat. Seperti sedang berlomba,
semua speed boat disini saling kejar.
Tubuh seolah diguncang-guncang ketika speed boat menerjang gelombang dan meliuk. Seperti berada di jalan
terjal, berbatu, tapi tetap melaju.
Berada di telaga ini saya bisa melihat ada semacam pulau kecil yang rimbun. Letaknya di tengah telaga. Jadi kami seperti diajak mengelilinginya.
Kemudian
lega setelah kembali di pangkalan...
Untuk
tarif satu putaran Rp 60.000. Tapi kalau mau keliling sampai 3 kali cukup
membayar Rp 150.000. Tarif ini juga berlaku untuk naik kuda.
Setelah
selesai naik speed boat kami masih jalan-jalan mengelilingi telaga. Antara
orang jalan kaki, kuda, sepeda motor, bahkan kadang mobil saling berebut jalan.
Di saat seperti itu saya merasa jalan disini semakin sempit saja. Namun kalau sepi, jalan kaki terasa nyaman saja. Anggap sebagai olah raga agar badan lebih sehat!
Sementara
di kanan dan kiri jalan banyak warung lesehan yang menjual sate kelinci dan
ayam. Kedua sate tersebut rasanya mirip. Hanya saja, daging kelinci lebih kenyal. Untuk harga, dimanapun warungnya tetap sama, Rp 15.000 untuk sate kelinci dan Rp 12.000 untuk
sate ayam. Masing-masing memperoleh 10 tusuk sate. Selain itu ada warung nasi,
bakso, ronde. Tapi jarang sih.
Udara
sejuk yang saya inginkan bercampur aroma sate dimana-mana. Perut sudah minta
diisi sejak turun dari speed boat. Kami memilih salah satu warung. Sambil menunggu
pesanan saya melihat penjual jagung manis. Sekalian saja membeli jagungnya.
Di
sekeliling Telaga Sarangan disediakan bangku-bangku untuk melepas lelah. Tapi
karena pengunjung ramai, semua bangku penuh sesak. Bahkan emperan telaga juga
dipenuhi orang. Sepertinya over
banget waktu itu. Entah kalau hari-hari biasa...
Selama disini, kami menikmati udara sejuknya. Meski sampai siang dan kami mulai berkeringat, rasanya masih sejuk. Jalanan landai sehingga tidak terasa capek kecuali kalau menggendong si bungsu.
Selama disini, kami menikmati udara sejuknya. Meski sampai siang dan kami mulai berkeringat, rasanya masih sejuk. Jalanan landai sehingga tidak terasa capek kecuali kalau menggendong si bungsu.
Bumi Perkemahan
Sarangan
Lokasinya
di dalam arena wisata Telaga Sarangan. Tiket masuknya Rp 7.500. Naik tangga
sebentar kemudian kami mulai mendaki bukit. Kalau di telaga sarangan, fokus ke
telaganya, sementara disini adalah bukitnya. Jadi kita bisa menggelar tikar lalu
duduk-duduk cantik memandang pohon-pohon puspa yang menjulang dan telaga dengan segala keriuhannya
Ada
beberapa warung dengan menu andalannya sate kelinci dan ayam. Sayangnya perut
saya dibuat mulas ketika melihat monyet-monyet yang bergegas menjilati
piring-piring bekas makanan hingga bersih.
“Sudah,
kita turun saja,” pinta saya.
Saya
tidak tertarik lagi untuk sekedar menghidup udara segar. Iya, disini lebih
segar dan dingin daripada di bawah tadi. Meski kami baru saja mendaki, akhirnya
memutuskan untuk turun lagi.
Bagaimana
ya rasanya makan-makan sambil “ditunggu” monyet. Sekilas, penjual
maupun pembeli sudah tak asing dengan pemandangan seperti ini. Penjual mengusir
monyet yang langsung lari menjauh. Lalu sampahnya...semoga lebih diperhatikan lagi.
-------
Oh
ya, sayuran dan buah-buahan di kios-kios disini menggoda. Ketika masuk tadi
saya sudah pengen membeli buah. Kemudian ingat kalau kami mesti berjalan kaki. Tidak
ingin menambah barang bawaan saja. Ternyata ketika berjalan pulang, saya sudah
lupa. Si bungsu sudah merengek karena ngantuk.
Masalah
parkir kendaraan seperti saya duga, oh benar-benar memprihatinkan. Butuh waktu
yang tidak sebentar untuk mengatur banyaknya sepeda motor di depan mobil. Bukan
itu saja, kami mesti membayar biaya parkir lagi. Padahal di depan tadi sudah
membayar. Percuma dong, dikasih tiket. Saya tunjukkan juga tidak ada gunanya.
Dua
orang tukang parkir memaksa kami membayar Rp 10.000. Tidak ada tiketnya!
Alasannya karena tiket masuk itu berbeda dengan di parkiran ini. Mungkin jatah
parkir kurang atau bagaimana, kok saya jadi berprasangka buruk. Ehm...biasanya
kalau sudah membayar di depan kita sudah boleh keluar begitu saja. Kalaupun memberikan
lagi kepada tukang parkirnya adalah karena dia membantu kami keluar dari
parkiran. Entahlah...
Happy
traveling!
^_^
Aku 1 tahun tinggal di Kediri belum pernah ke Telaga Sarangan ih. Gak terlalu jauh juga kan padahal
BalasHapusLangsung membayangkan lagi makan sate kelinci eh di depannya ada kawan kecil berbulu itu ... hihihi ������
Ayo kesana lagi. Nggak usah naik ke bukitnya. Lihat telaga aja.
Hapusmungkin karena banyak pengunjung ya, kalau gak pasti asyik nikmati suasaan danau dengan banyak pepohonan dana ngin semilir
BalasHapusKayaknya gitu. Tapi udara tetap seger kok.
HapusKayaknya asik nh staycation di Telaga Sarangan. Piknik di tengah tengah pepohonan. Bisa nyobain sate kelinci juga. Seumur-umur belum pernah nyobain sate kelinci. Tapi kok inget hewan lucu gitu jadi ga tega huahaha
BalasHapusKalau membayangkan hewan imut ini pasti nggak tega mba...hiks..hiks..
HapusNice share nih. Bagus banget tempatnya, hanya saja masih ada yang perlu diperbaiki, kayak akses jalan yang terlalu sempit, kekurangan lahan parkir hingga pengelolaan parkir yang kurang menyenangkan, kok kesannya kayak malak ya tukang parkirnya....
BalasHapusMemaklumi karena libur lebaran, mas, parkiran penuh.
HapusTempatnya masih terlihat asri ya, Teh. Pasti teras segar sekalipun banyak para pengunjung yang datang.
BalasHapusApalagi bisa maen perahu gitu, ngebut-ngebutan di air..he
Cocok ajak keluarga kesini ya..
Hawa pegunungan mas, jadi tetep aja seger.
HapusNaik speed boatnya ngeri2 sedap, hihi...
Perlu di coba kalau kesana ya, Teh..he
HapusBetul, hawa pegunungan cocok untuk refres otak..
Telaga Sarangan ini mendunia banget ya, saya ngiri pengen kesini :D
BalasHapusBTw gosah takut keleus buk naik speed boat, saya loh pernah naik kapal cepat di tengah lautan luas selama 3 jam, hampir tenggelam pulak
:D