Coban Prawan Tak Lagi Perawan
Jumat, 25 Agustus 2017
13 Komentar
Membaca
namanya, sempat terpikir mengapa harus menggunakan kata “prawan”. Bukankah di
tempat wisata seperti ini tidak ada yang benar-benar belum terjamah manusia.
Sayang, tak ada penjelasan.
Lokasinya di Ngantang, Malang
tak jauh dari Coban Kethak. Satu jalur. Jadi saya dan keluarga bisa sekalian
mampir saja. Ceritanya memang mendadak piknik.
“Kok
ada ramai-ramai. Kayaknya ada tempat wisata baru. Mampir ya?” ajak suami.
Tanpa
berpikir panjang, kita berhenti disini. Bisa dikatakan wisata ini semacam rest area. Karena lokasinya di pinggir jalan sehingga mudah bagi siapapun.
Tempat
wisata ini masuk wilayah Perhutani dan tergolong masih baru. Kami berkunjung di bulan Juli. Baru dibuka
setelah lebaran itu. Mungkin saat ini tanaman sudah tumbuh lebih baik. Juga
beberapa tempat yang dipakai untuk berfoto.
Area
parkir cukup luas. Mas-mas yang menjaga adalah dari karang taruna setempat. Saya
selalu salut terhadap upaya penyerapan tenaga kerja. Dengan adanya wisata ini,
beberapa warga setempat menjadi bagian di dalamnya. Termasuk para pemilik
warung.
Memasuki
wisata Coban Prawan, terlihat sekali kalau proses pembangunan belum selesai. Di
beberapa tempat masih ada tukang bangunan yang mengerjakan bangunan toilet.
Bolang
Boyak Petualangan
Melihat
papan yang berisi wahana petualangan ini, saya sempat berpikir, dimana
tempatnya?
Maklumlah
kalau baru sekali jadi masih clingak-clinguk
mencari tempatnya. Seperti ketika ada tulisan tubing. Memang disini ya tempatnya. Petugasnya mana? Tapi arus
sungainya kok kecil seperti ini. Kurang seru. Padahal saya belum pernah
sekalipun mencoba.
Jalanan
disini ternyata menghubungkan dengan desa. Pantas saja warga hilir mudik naik
motor. Jalannya masih berupa tanah dan kerikil. Di kanan dan kiri jalan kita
bisa melihat papan petunjuk wahananya. Seperti tubing, flying fox dan panahan.
Anak-anak
mencoba panahan. Kelihatannya sih mudah. Tinggal tarik busur lalu lepaskan anak
panah. Namun beberapa kali meleset juga. Si mas petugasnya dengan sabar
mengajari.
Ah,
anak-anak kalah dengan ayahnya. Keberhasilan mengumpulkan poin ini membuat si
mas berbaik hati memberi beberapa gratisan anak panah.
Yee...
memanah itu asyik. Satu tiket untuk memanah Rp 10.000, dapat 5 anak panah. Satu
putaran habis, beli tiket lagi, dan lagi.
Saya
bagian menonton bersama si bungsu. Duduk
di bawah pohon yang rindang sambil sorak-sorak bergembira. Ih, disini masih
sepi, jadi puas berkeliling.
Coban Prawan
Jalan
menuju air terjun ternyata dekat dan tak susah. Setelah melewati jembatan
bambu, naik tangga dari tanah sebentar sudah terlihat air terjunnya. Anak-anak justru
berlama-lama di jembatan ini. Penasaran dengan air sungai. Tapi tenang,
sepertinya tidak dalam dan arusnya tidak deras.
Saat
ini semakin banyak hutan yang dikembangkan menjadi tempat wisata. Babat alas. Seperti
itu kira-kira yang saya lihat disini. Jadi area dekat air terjun itu diubah
menjadi taman. Tidak ada hutan lagi.
Di
beberapa tempat ada yang tetap mempertahankan hutan. Mempertahankan flora dan
fauna disana. Meski tetap ya ada penambahan fasilitas umum. Namun
perbandingannya tetap lebih banyak hutannya.
Hutan
disini telah diubah menjadi sebuah taman yang menghadap ke air terjun. Tidak
ada pohon besar kecuali di sekeliling lokasihutan lebat. Kesannya tampak
gersang. Waktu itu proses penanaman masih berlangsung. Semoga saja sudah tumbuh
subur dan taman sudah terbentuk rapi.
Karena
tidak ada pohon besar jadinya panas juga. Entah mengapa tidak mempertahankan
beberapa pohon di tengah-tengah lokasi Coban Prawan. Kalau di depan tadi banyak
pohon. Kita bisa berteduh di bangku-bangku.
Coban
Prawan ini tidaklah tinggi, debit air juga tidak besar. Di sampingnya ada air
yang merembes melalui dinding tebing. Cukup buat mencuci tangan dan wajah.
Oh
ya, tempat ini cukup aman buat anak-anak. Ada taman yang instagramable dan
tempat bermain anak-anak seperti mandi bola di pasir dan istana kelinci.
Sambil
momong anak, orang tua bisa duduk santai. Ada kursi, bangku buat melepas lelah
sambil mengawasi anak-anak yang sedang bermain.
Setelah
puas berkeliling Coban Prawan saya mampir di warung. Saya pilih yang menjual
degan. Sepertinya enak. Jadi saya pesan 3 degan. Saya pikir bakal dikasih 3
gelas degan. Ternyata saya dikasih 3 degan utuh.
Kami
berlima ngos-ngosan menghabiskannya. Mungkin kurang capek, kurang haus, jadi
perut kami tidak mampu menampung 3 degan tadi. Sisanya saya minta si penjual
memasukkan ke dalam plastik saja.
Di
etalase itu saya melihat ada setumpuk wader. Ehm...karena saya baru piknik di
Coban Kethak, baru makan-makan. Saya pilih dibungkus saja bersama lalapan dan
sambalnya.
Wadernya
gurih dan renyah. Selain wader ada udang kecil hingga sedang gurami, dsb. Untuk
harga termasuk murah. Degan per bijinya Rp 5.000. Wader Rp 10.000.
Warung
seperti ini bisa dijadikan jujugan. Maksudnya
kalau kesini lagi, mampir ke warungnya. Harga merakyat. Kadang kalau di tempat
wisata suka ada yang suka-suka mempermainkan harga.
Untuk
fasilitas umum, karena saya kesini masih proses pembangunan jadi ya belum
lengkap.
Tiket
masuk:
Rp
5.000 per orang.
Tapi
si bungsu tidak membayar tiket. Entahlah, saya sering kok, dapat gratisan satu.
Apa karena anak saya yang masih kelihatan mungil, ya. Petugasnya hanya menghitung kami
berempat saja.
Happy
traveling!
^_^
Kupikir tadine cm ada coban rondo aja mb nur, ternyata coban prawan pun ada ya...keren perbendaharaan destinasi aer terjun nsmbah lagi ini
BalasHapusByk tempat mkn murah pula lg
Btw wader itu klo tempatku disebute lunjar
Banyak mba Nita.
HapusTernyata wader punya nama lain ya, hihi...
Malang dan sekitarnya memang tak habis-habisnya bisa dieksplor ya Mbak..
BalasHapusSelalu suka wisata air begini..bikin damai hati #eaa
Sayangnya ya itu tadi, hutan alaminya rata-rata jadi hilan diganti taman buatan. Padahal sebenarnya bisa disiasati dengan tetap mempertahankan yaaa...:)
Btw, suka infonya, kalo pas mudik bisa jadi referensi main ke sana...:)
Bener mba, selalu ada yang baru di Malang Raya.
Hapuskayaknya kalu pembangunan sudah ajdi akan lebih bagus lagi ya, terliaht masih banyak yang kosong ya
BalasHapusIya, taman-tamannya mungkin sudah lebih bagus lagi.
HapusKalo dengar destinasi namanya 'coban' di Jawa Timur, berarti andalannya air terjun ya. Kalo kita di Jawa Barat namanya 'curug'.
BalasHapusIya, bener.
HapusMb, coban tuh artinya apa siy? Air terjun ya. Bahasa Jawa Timur kah? Soalnya ada juga kan Coban Rondo
BalasHapusAir terjun.
HapusCoban Rondo sudah mainstream mba. Aku sering kesitu tapi belum pernah nulis, hihi...
Ada coban rondo, ada pula coban prawan ya mba. Hahaha.. Baru tau malah aku.. Btw, aku juga suka belajar memanah. Seruuuu.. Hehe
BalasHapusTernyata banyak coban disana. Belum semua aku kunjungi. Yang jarak tempuhnya jauh, belum.
HapusTempatnya asri banget, saya menduga kalau pagi sepertinya enak berdiam diri di sini. Sembari mencari serangga yang bisa dijeprat-jepret.
BalasHapus