Belajar dan Bermain, Bisakah Sama Asyiknya?
Selasa, 26 September 2017
10 Komentar
Anak
– anak saya lagi musim ulangan. Kalau dulu UTS sekarang diganti PTS (Penilaian
Akhir Semester). Mungkin biar tidak ada kesan ulangan. Padahal tetap ada
ulangan. Bagaimana mau dinilai kalau tidak ada soal yang diujikan?
Entah
tahun depan atau berapa tahun kemudian berganti nama lagi. Kalau saya tetap
ngomongnya ulangan. Biar berganti nama sekian kalinya. Ah, saya memang tidak
kekinian!
Balik
lagi ke masalah ulangan.
Bagi
anak-anak saya, ulangan atau tidak masih berhubungan erat dengan bermain. Tidak
ada yang bisa merampas hak mereka di waktu kecil. Seperti ketika jadwal ulangan
sudah siap di depan mata. Anak-anak tetap tenang. Orang tua saja yang terlihat
sedikit cemas. Jangan-jangan anak saya lupa. Jangan-jangan nanti soalnya sulit.
Jangan-jangan....
Hapus
semua prasangka. Lebih baik berdoa saja. Semoga anak kita bisa mengerjakan
soal-soal ujian dengan lancar....
Kalau
teman-teman termasuk tim mana #belajardulubarubermain atau
#bermaindulubarubelajar? Andaikan belajar itu seasyik bermain ya? Atau bermain
itu seasyik belajar. Kok jadi membingungkan begini ya.
Pernah
melihat suasana sekolah di Finlandia? Anak-anak yang bahagia dengan sekolahnya.
Aduh, jauh sekali membandingkan dengan negara Finlandia.
Contohnya,
anak saya yang SMP masih senang bermain. Setelah sekolah tidak langsung pulang,
melainkan bermain bak benteng (Dalam bahasa Indonesia disebut permainan apa ya?).
Atau si bungsu yang bermain juga di
sekolah dan di rumah. Selama masih ada anak-anak di depan pagar rumah, biasanya
dia keluar dan bermain bersama. Sampai kapan? Sampai dia merasa puas.
Jadi,
kepada anak-anak, saya menerapkan dua-duanya. Belajar adalah tentang sebuah
proses yang panjang. Yang tak ada habisnya, meski urusan bangku sekolah sudah
usai. Anak-anak bisa memilih untuk bermain dulu baru belajar. Atau bermain,
belajar, bermain lagi.
Bagi
saya, penting untuk memperhatikan mood mereka. Ketika mood sedang baik, belajar
jadi mudah. Namun sebaliknya, sampai setengah jam belajar tidak berpindah tema.
Ibu jadi stress. Anak mogok. Kacau!
Yuk,
tidur saja....(gagal deh).
Bisa
jadi anak memilih bermain dulu. Sudah puas? Yuk, belajar! Si anak jadi senang. Tapi
saya tidak perlu membuat ekspektasi tinggi. Misalnya harus menguasai seluruh
tema dengan baik dan benar. Saya kira itu berlebihan. Saya sendiri tidak pandai
pada mata pelajaran tertentu. Jadi, mengapa harus memaksa anak-anak untuk
menguasai semua pelajaran secara menyeluruh. Semacam self reminder juga, sih.
Namun,
ada kalanya si anak memilih untuk belajar saja. Tapi saya yakin dia pasti sudah
bermain, entah sebentar. Kalau sudah ada kesadaran untuk belajar sebenarnya
orang tua jadi lebih gampang mengarahkannya.
Masalah
kesadaran belajar itu bukan bergantung dari usia. Mungkin orang tua lain bisa
berbeda pendapat. Karena kondisi masing-masing anak berbeda. Misal anak pertama
sejak kecil gampang banget kita arahkan, sementara adiknya butuh perjuangan.
Beban
belajar anak-anak (baca: SD) di zaman sekarang itu berat. Ini pengalaman saya
ketika saya merasa hopeless mengajari
anak. Kadang saya merasa apa perlu orang tua mengikuti semacam seminar atau
pelatihan bagaimana mengajari anak.
Kalau
suami sedang di rumah, urusan matematika adalah menjadi bagiannya. Sementara saya,
pilih ilmu sosial saja. Kalau tidak ada bantuan, saya turun tangan. Semua mata
pelajaran, ayo saja!
Yang
menarik adalah himbauan dari sekolah agar anak-anak riang gembira dan antusias
dalam mengerjakan soal-soal UTS. Pada kata riang gembira dan antusias diberi
huruf tebal. Jadi, memang ya, bermain itu penting. Bermain bisa jadi moodboster anak-anak sebelum belajar.
Setelah itu barulah saya menyesuaikan dengan gaya belajarnya.
Kalau
teman-teman pilih tim mana? Belajar dulu atau bermain dulu? Sharing, yuk!
^_^
Di gabung memang lebih asik. . Dpat ilmu plus happy
BalasHapusYang penting senang ya.
HapusAnakku biasanya bermain dulu baru belajar trus bermain lagi. Hahahaha
BalasHapusAnak-anak tidak bisa melupakan bermain.
HapusKalo aku waktu kecil lebih suka belajar dulu baru main. wkwkwk
BalasHapusHarus senang dulu ya baru belajar.
HapusHmmm... dulu aku main dulu baru belajar kayaknya hahaha, kalau ntar raya ngga tau gimana secara sekarang baru 4 tahun :D kalau denger temen2 yg anaknya pts aku jd ikutan keder, nanti pas raya sekolah ku ikutan stress jg ngga ya kalau ada ulangan hihihi #elapkeringet
BalasHapusKenapa aku jadi pengen ngakak baca komen mamih. Dek Raya bakal baik-baik saja. Mau main-main, belajar semoga sama asyiknya ya.
HapusFun and Think merupakan metode bagus untuk mengolah daya ingat anak mbak nur, bermain dan belajar memang lebih asyik dan mudah memahami apa yang dipelajari
BalasHapusYang disukai anak-anak ya.
Hapus