Belajar dan Bermain, Bisakah Sama Asyiknya?





Anak – anak saya lagi musim ulangan. Kalau dulu UTS sekarang diganti PTS (Penilaian Akhir Semester). Mungkin biar tidak ada kesan ulangan. Padahal tetap ada ulangan. Bagaimana mau dinilai kalau tidak ada soal yang diujikan?
Entah tahun depan atau berapa tahun kemudian berganti nama lagi. Kalau saya tetap ngomongnya ulangan. Biar berganti nama sekian kalinya. Ah, saya memang tidak kekinian!


Balik lagi ke masalah ulangan.

Bagi anak-anak saya, ulangan atau tidak masih berhubungan erat dengan bermain. Tidak ada yang bisa merampas hak mereka di waktu kecil. Seperti ketika jadwal ulangan sudah siap di depan mata. Anak-anak tetap tenang. Orang tua saja yang terlihat sedikit cemas. Jangan-jangan anak saya lupa. Jangan-jangan nanti soalnya sulit. Jangan-jangan....

Hapus semua prasangka. Lebih baik berdoa saja. Semoga anak kita bisa mengerjakan soal-soal ujian dengan lancar....

Kalau teman-teman termasuk tim mana #belajardulubarubermain atau #bermaindulubarubelajar? Andaikan belajar itu seasyik bermain ya? Atau bermain itu seasyik belajar. Kok jadi membingungkan begini ya.

Pernah melihat suasana sekolah di Finlandia? Anak-anak yang bahagia dengan sekolahnya. Aduh, jauh sekali membandingkan dengan negara Finlandia.

Contohnya, anak saya yang SMP masih senang bermain. Setelah sekolah tidak langsung pulang, melainkan bermain bak benteng (Dalam bahasa Indonesia disebut permainan apa ya?).  Atau si bungsu yang bermain juga di sekolah dan di rumah. Selama masih ada anak-anak di depan pagar rumah, biasanya dia keluar dan bermain bersama. Sampai kapan? Sampai dia merasa puas.

Jadi, kepada anak-anak, saya menerapkan dua-duanya. Belajar adalah tentang sebuah proses yang panjang. Yang tak ada habisnya, meski urusan bangku sekolah sudah usai. Anak-anak bisa memilih untuk bermain dulu baru belajar. Atau bermain, belajar, bermain lagi.

Bagi saya, penting untuk memperhatikan mood mereka. Ketika mood sedang baik, belajar jadi mudah. Namun sebaliknya, sampai setengah jam belajar tidak berpindah tema. Ibu jadi stress. Anak mogok. Kacau!

Yuk, tidur saja....(gagal deh).

Bisa jadi anak memilih bermain dulu. Sudah puas? Yuk, belajar! Si anak jadi senang. Tapi saya tidak perlu membuat ekspektasi tinggi. Misalnya harus menguasai seluruh tema dengan baik dan benar. Saya kira itu berlebihan. Saya sendiri tidak pandai pada mata pelajaran tertentu. Jadi, mengapa harus memaksa anak-anak untuk menguasai semua pelajaran secara menyeluruh. Semacam self reminder juga, sih.

Namun, ada kalanya si anak memilih untuk belajar saja. Tapi saya yakin dia pasti sudah bermain, entah sebentar. Kalau sudah ada kesadaran untuk belajar sebenarnya orang tua jadi lebih gampang mengarahkannya.

Masalah kesadaran belajar itu bukan bergantung dari usia. Mungkin orang tua lain bisa berbeda pendapat. Karena kondisi masing-masing anak berbeda. Misal anak pertama sejak kecil gampang banget kita arahkan, sementara adiknya butuh perjuangan.

Beban belajar anak-anak (baca: SD) di zaman sekarang itu berat. Ini pengalaman saya ketika saya merasa hopeless mengajari anak. Kadang saya merasa apa perlu orang tua mengikuti semacam seminar atau pelatihan bagaimana mengajari anak.

Kalau suami sedang di rumah, urusan matematika adalah menjadi bagiannya. Sementara saya, pilih ilmu sosial saja. Kalau tidak ada bantuan, saya turun tangan. Semua mata pelajaran, ayo saja!  

Yang menarik adalah himbauan dari sekolah agar anak-anak riang gembira dan antusias dalam mengerjakan soal-soal UTS. Pada kata riang gembira dan antusias diberi huruf tebal. Jadi, memang ya, bermain itu penting. Bermain bisa jadi moodboster anak-anak sebelum belajar. Setelah itu barulah saya menyesuaikan dengan gaya belajarnya.

Kalau teman-teman pilih tim mana? Belajar dulu atau bermain dulu? Sharing, yuk!

^_^

Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

10 Komentar untuk "Belajar dan Bermain, Bisakah Sama Asyiknya?"

  1. Di gabung memang lebih asik. . Dpat ilmu plus happy

    BalasHapus
  2. Anakku biasanya bermain dulu baru belajar trus bermain lagi. Hahahaha

    BalasHapus
  3. Kalo aku waktu kecil lebih suka belajar dulu baru main. wkwkwk

    BalasHapus
  4. Hmmm... dulu aku main dulu baru belajar kayaknya hahaha, kalau ntar raya ngga tau gimana secara sekarang baru 4 tahun :D kalau denger temen2 yg anaknya pts aku jd ikutan keder, nanti pas raya sekolah ku ikutan stress jg ngga ya kalau ada ulangan hihihi #elapkeringet

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenapa aku jadi pengen ngakak baca komen mamih. Dek Raya bakal baik-baik saja. Mau main-main, belajar semoga sama asyiknya ya.

      Hapus
  5. Fun and Think merupakan metode bagus untuk mengolah daya ingat anak mbak nur, bermain dan belajar memang lebih asyik dan mudah memahami apa yang dipelajari

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel