Suatu Pagi di Pelabuhan Perikanan Bulu
Jumat, 22 September 2017
9 Komentar
Assalamualaikum,
Apa
yang terbayang ketika menyebut kabupaten Tuban? Deretan pantainya? Atau daerah
tandus seperti foto-foto saya beberapa waktu lalu?
Bagian
utara wilayah Tuban berbatasan dengan laut Jawa. Pantas saja jika saya sering
upload foto-foto pantai. Cukup mudah untuk sekedar memotret suasana pantai
disini. Mulai dari pantai kelapa, pantai mangrove atau pantai yang saya tidak tahu namanya.
Hari
itu saya maupun suami tidak ada rencana buat jalan-jalan. Sekedar melajukan
kendaraan ke arah barat, menyusuri deretan pantai. Semua pantai sudah pernah
kami singgahi. Setelah Pantai Sowan, kita akan pergi kemana lagi?
Mungkin
akan sampai perbatasan kabupaten Tuban dengan Jawa Tengah. Mungkin kembali lagi
ke rumah. Tapi mobil masih melaju sambil memikirkan di tempat mana sebaiknya
kita berhenti.
Waktu
tidak banyak. Ingin berburu sunrise,
tapi anak-anak masih belum siap. Akhirnya kita tetap berangkat. Sebelum siang
kita sudah harus tiba di rumah karena mobil akan dipakai adik.
Anak-anak
terlelap. Apa yang bisa saya janjikan kepada anak-anak dalam perjalanan ini?
Saya ragu. Tapi berhenti di pantai untuk bermain pasir adalah salah satu
pilihan cerdas.
***
Beberapa
tahun lalu, kami pernah mendapat undangan pernikahan di daerah Sarang. Rumah
kerabat tepat di tepi pantai. Pasirnya yang bersih dengan batu-batu sebagai
pembatas bibir pantai. Ah, orang-orang pantai memiliki cara untuk bertahan dari
gempuran ombak.
Sejenak
kami mengamati pantainya, rindu suasana yang tenang. Ehm...dikampung ini hanya
dihuni oleh sedikit penduduk. Semuanya seperti keluarga. Hangat, akrab dan sederhana.
Lalu,
saya berangan-angan, apakah perlu mampir kesana? Berhenti barang sejenak untuk
menikmati tiupan angin?
Rasanya
itu bukan pilihan yang tepat. Kita bakal menghabiskan banyak waktu. Tiba-tiba
suami mengajak berhenti saja di pelabuihan Bulu, di kecamatan Bancar. ‘Kita
mampir di pelabuhan ini saja.”
Oke.
Suami turun dari mobil dan bertanya kepada pak satpam, apakah mobil boleh
masuk. Ternyata boleh. Seumur-umur kami belum pernah berkunjung ke pelabuhan di
kabupaten Tuban.
Memasuki
kawasan Pelabuhan Perikanan Bulu dengan ikon kerangka kapal berwarna biru ini kita tidak
dipungut biaya. Hanya membayar uang parkir sebesar Rp 2.000. Selanjutnya kita
bebas. Ingin memancing, membeli ikan, atau sekedar hunting foto seperti saya.
Satu
hal yang membuat kami tertarik untuk berkunjung adalah bentuk perahu nelayan.
Jika di kota Tuban saya sering melihat perahu yang kecil, disini lebih besar.
Perahu kecil juga ada.
Sebagian besar perahu disini adalah perahu besar dengan bendera merah putih yang berkibar. Karena perahu ini sedang merapat, saya dan anak-anak bisa memperhatikan lukisan ornamen dan lampu-lampu yang menempel di badan perahu.
Sebagian besar perahu disini adalah perahu besar dengan bendera merah putih yang berkibar. Karena perahu ini sedang merapat, saya dan anak-anak bisa memperhatikan lukisan ornamen dan lampu-lampu yang menempel di badan perahu.
Perahu-perahu
nelayan berjajar rapat. Beberapa memiliki nama yang bisa saya baca dari
pelabuhan. Dengan perahu sebesar ini tentu hasil tangkapan ikan lebih banyak.
Pagi
itu pukul 07.10, suhu udara sudah terasa panas sekali. Dua anak saya sudah
siap dengan masing-masing topinya. Aroma khas ikan begitu menyengat membuat
anak-anak hendak kembali saja dan menunggu di mobil. But, that’s life!
Namun
saya tetap mengajak mereka. Toh, dengan begini mereka akan tahu seperti apa
pekerjaan para nelayan. Ada gambaran tentang aktivitas nelayan secara nyata.
Tidak mudah melaut, mencari ikan dan bertahan dari gelombang laut.
Saya ingin anak-anak melihat perjuangan nelayan. Sehingga mereka bisa lebih menghargai profesi nelayan. Tentu saja menghargai hasil tangkapan mereka dengan tidak menyia-yiakan hasil laut.
Saya ingin anak-anak melihat perjuangan nelayan. Sehingga mereka bisa lebih menghargai profesi nelayan. Tentu saja menghargai hasil tangkapan mereka dengan tidak menyia-yiakan hasil laut.
Genangan
air ada di beberapa tempat sehingga saya mesti hati-hati. Beginilah suasana
pelabuhan. Beberapa laki-laki membentuk suatu kerumunan entah sedang menunggu
pekerjaan apa di pelabuhan. Lainnya bergerombol dekat hasil tangkapan laut. Beberapa wanita menunggu di tempat teduh.
Tak
ada yang peduli dengan teriknya matahari. Orang pesisir sudah berkawan akrab
keadaan ini. Tak ada yang perlu dirisaukan ketika warna kulit lebih gelap.
Urusan sunblock dan aneka cream hanyalah ilusi.
Menurut
pengakuan seorang di pelabuhan, saat ini sedang musim ikan layang. Ikan
kecil-kecil yang berhasil ditangkap nelayan.
Sepanjang yang saya lihat di perahu kecil ini, hampir semua hasil
tangkapan nelayan adalah ikan kecil-kecil. Lainnya, ada tiga atau empat box
ikan besar.
Sementara
itu beberapa mobil pick up setia menunggu orang-orang membongkar muatan ikan
dan menaikkan ke dalam mobil. Ikan-ikan ini akan dijual ke daerah-daerah
sekitar Tuban.
Satu
mobil pick telah meninggalkan pelabuhan. Segenap harap menemani perjalanannya.
Melihat saya menenteng kamera, si sopir menghentikan mobil. Dia berteriak
meminta saya segera memotretnya. Oke, siap, Pak! Sayang, karena terburu-buru,
hasilnya kurang jelas.
^_^
Hidup dan mencari nafkah di pelabuhan emang butuh mental kuat, itu yang selalu kulihat mb. Mungkin mereka memang dibentuk dari kerasnya alam
BalasHapusSetuju mba. Para nelayan yang tangguh.
HapusPengin ngajak anak ke tempat begini, Mbak..kalo di pelabuhan di Jakarta udah hitam banget airnya..jalan mau kesitu juga parahnya..Ah!
BalasHapusKapan-kapan kalau lewat pantura bisa mampir ke pelabuhan perikanan Buru..
Monggo mampir ke Bulu.
HapusMenurut satpamnya, kalau sudah ada aktivitas di pagi hari, siang sudah sepi.
Saya baru sekali ini kesana dan melihat dari dekat aktivitas nelayan.
Pagi hari itu aktivitas kapal purse seine yang besar itu mbak, jika diatas jam 1 kapal payang. cuma jenis ikan yang didapat kadang lebih banyak dari kapal purse seine.
HapusKetik saja di google "P2SKP BULU" pasti akan mendapatkan informasi dari kegiatan di Pelabuhan Perikanan Bulu, atau bisa search di IG "ppbulutuban". atau kontak saya juga bisa. hehe
Hapuswah tempat kerja saya masuk sini, mantap mbak nurrochma.. kebetulan saya tidak piket hari itu, jadi gak ngerti lao mbak nur berkunjung. hehe
BalasHapusMakasih banyak penjelasannya mas Andhika. Sebenarnya gak ada rencana kesana. Cuma main-main saja. Tapi saya dan anak-anak senang bisa melihat suasana pelabuhan perikanan Bulu.
HapusPertama kali liat nelayan gini di kampungku, sibolga. Kota pesisir. Awal2 dulu sempet emoh tiap diajak papa ksana mba, krn bau :p. Tp lama2 kok ya hidung jd biasa hahahah. Apalagi setelahnya papa ngajakin makan seafood Yg lgs dibeli dr nelayan. Udh murah banget, segeeer lagi mba. Sjk itu jd suka lah ke pelabuhan gini :D
BalasHapus