Mendongeng: Memperkenalkan Ragam Cerita dan Nilai Moral





Seperti biasa, saya menghabiskan waktu menjelang tidur dengan membacakan buku bersama si bungsu. Bisa bergantian tapi yang paling sering adalah saya. Sementara si anak perlahan mengantuk lalu tidur dengan damai.


Sejak anak pertama lahir, saya sering memanfaatkan waktu di rumah dengan membaca buku. Berdua menikmati sore hingga ayahnya pulang. Kemudian dia mulai bisa membaca sendiri dan bercerita isi buku yang menarik kepada saya.

Kebiasaan membaca bersama ini berulang hingga anak ketiga. Sayang, yang namanya kebiasaan baik tetap ada unsur tak baik. Seperti ketika saya lebih suka dengan posisi tubuh suka-suka. Mau selonjoran hingga tengkurap. Pegal ya kalau membaca dengan satu posisi terus menerus. Oke, pasti ada jeda. Tapi seringkali ketika asyik membaca tidak lagi memperhatikan postur tubuh.

Tak masalah kalau saya sedang sendirian. Namun bagaimana ketika anak-anak memperhatikan saya. “Ibu juga membaca sambil tidur!”

Nah, saya salah. Saya tidak berkutik ketika kesalahan itu langsung ditancapkan tepat di wajah saya.



Bukan itu saja. Mata saya yang sudah lelah akhirnya bertambah lelahnya. Seringkali membaca tanpa kacamata. Padahal jelas-jelas mata saya minus.

Saya ingin mengubah sedikit kebiasaan buruk ini. Sebenarnya belum bisa total. Niatnya belum kuat. Kalau sedang sendirian saya masih seenaknya saja. Namun, membuka kesadaran dengan penuh kerelaan itu lebih penting. Tidak ingin berlarut-larut dalam keadaan seperti ini, seolah tidak memberikan hak untuk kedua mata.

Siapapun kita, pasti ingin tetap sehat. Seperti mata yang tetap ingin bekerja dengan baik, melihat yang baik dan optimal.

Beberapa waktu ini saya mulai berusaha mengurangi kegiatan membaca sambil tiduran. Apalagi membaca menjelang tidur. Memang asyik sih. Kalau merasa sulit tidur, lalu membacakan buku rasanya seperti sedang mendengarkan nyanyian pengantar tidur.

Agar kegiatan semacam ini tidak berubah, saya memilih mendongeng. Tidak ada buku. Tidak ada membaca sambil tiduran, sambil miring ke kanan, kiri ataupun tengkurap. Tidak ada komunikasi satu arah. Saya yang membaca dan si anak yang mendengarkan hingga tertidur. Tapi sebelumnya saya mengajak membaca doa sebelum tidur. Suka lupa kalau tidak diingatkan.

Awalnya saya seperti sedang memanggil memori yang entah berada di dunia mana. Ya, kalau menulis satu cerita, kurang cocok ganti tema, ganti alur, dsb. Tapi kalau mendongeng, rasanya berbeda. Saya mesti menyiapkan sejak awal mulai dari tema apa hingga nilai-nilai apa yang ingin ditanamkan kepada anak.

Saya memiliki beberapa koleksi buku cerita anak. Bisa saja saya membuat cerita yang sama dengan buku-buku tersebut. Tapi rasanya tidak kreatif. Khawatir jika membosankan.

Akhirnya saya memutuskan mengarang cerita. Meski yang namanya cerita itu tidak ada yang benar-benar orisinal. Sedikit atau banyak pasti dipengaruhi oleh bacaan, pengetahuan, pengalaman serta tujuan cerita itu sendiri.

Mengapa saya mendongeng? Apa tujuannya? Tidak ada yang sia-sia jika kita memiliki tujuan. Cerita itu akan dikenang anak. Bukan saja karena ceritanya lucu, asyik, dsb, namun karena kebersamaan kita. Seperti ketika saya memilih cerita fabel. Beberapa adegan dibuat bersama. Jadi saya diskusi, “Sebaiknya bagaimana ini?”

Kemudian si anak menyahut. Dia ikut berpikir dan menyelesaikan konflik tokoh-tokohnya. Saya melanjutkan dan membuat kesimpulan. Bagi kami, menyenangkan sekali. Bukan saja karena saya bisa berbagi cerita, namun saya bisa mendengar ide-ide segarnya. Saya juga bisa berdiskusi seperti apa kemauan kita dalam menyelesaikan setiap konflik tokohnya.

Atau ketika saya mengajak si anak untuk memilih cerita. Misalnya cerita klasik zaman kerajaan, atau robot, bahkan cerita sehari-hari. Saya juga mengajak anak untuk memilih latar. Entah itu di hutan, di kota, dimanapun, saya ingin dia menangkap suasana itu.

Kesimpulan

Kalau kita googling manfaat mendongeng pasti banyak. Namun dengan melakukannya bersama anak, kita ikut merasakan manfaatnya. Kita merasakan seolah larut dalam emosi yang terbentuk. Ketika si tokoh sedih, bahagia, kesal, dsb, timbul simpati.

Inilah manfaat mendongeng sebelum tidur:


  1. Melatih dan meningkatkan keterampilan berbahasa
  2. Melatih kreatifitas dan imajinasi orang tua dan anak
  3. Meningkatkan bonding orang tua dan anak
  4. Mengembangkan keterampilan berpikir dalam menyelesaikan masalah
  5. Memperkenalkan nilai-nilai moral


Demi memperkaya kosa kata, rasanya saya butuh setumpuk buku bacaan. Padahal masih ada beberapa buku yang belum selesai dibaca. Oh...

^_^

Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

16 Komentar untuk "Mendongeng: Memperkenalkan Ragam Cerita dan Nilai Moral"

  1. Aku gak pinter ngarang cerita mba. Jd klo ngedongeng ya harus dr buku. Tp kadang suka cape sendiri krn krucils slalu minta ulang ketika sampai di akhir cerita. Hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ketika anak masih kecil, satu buku sayabaca sampai bosen, tapi si anak masih suka minta dibacakan lagi.

      Hapus
  2. jadi inget waktu kecil .. dongeng sebelum tidur hehe

    BalasHapus
  3. Selain seru, dongeng punya bnyak pesan di dalmnya . . .

    BalasHapus
  4. Lakukanlah segala aktivitas yang bermanfaat termasuk mendongeng atau membacakan dongeng selagi anak-anak Emak masih kecil. Kelak ketika mereka sudah beranjak dewasa hingga dewasa para Emak akan merindukan momen itu, seperti bunda saat ini. Selalu ingin mengulang momen indah itu tetapi waktu tak mungkin kembali. Semangat yah adik-adik para Emak muda.

    BalasHapus
  5. waktu masih kecil seneng banget kalau pas mau tidur didongengi sama abah.. tiap hari pengen diceritain cerita yg baru, alhasil abah bikin cerita sendiri dadakan hihi..

    BalasHapus
  6. Aku biasa bercerita tentang masa kecilku pada anakku dan ini sering mengundang pertanyaan gadis kecilku meski sdh dijawab dan jawaban sama tetap saja ia ingin mendengar kembali cerita itu

    aku minus jg mbak mungkin kebiasaan membaca sambil tidur itu penyebabnya
    Dan ini jd senjataku utk mengingatkan gadis kecilku agar tdk membaca sambil tidur

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama ya mba. Kudu perhatian sama mata nih, biar nggak bertambah minusnya.

      Hapus
  7. Saya udah jarang banget bacain cerita untuk anak. Karena selesai tidurin si kecil udah ketiduran juga hiks
    Padahal dlu, si kakak paling suka dibacain cerita. Dia mudah menangkapnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku masih baru-baru ini setelah sebelumnya membaca sambil tiduran. Lalu ikut tidur juga.

      Hapus
  8. aku sering beginiiiii :D.. kadang kalo udah bosen baca semua buku dongeng di rumah, ya akhirnya ngarang2 sendiri mba ;p.. apa yg terpikir saat itu, itulah yang diucapin ke anak :D.. jd seringnya ceritanya melantur kemana2 ;p.. tapi buat anak2 mah ttp aja seru dan bikin mereka penasaran kan :D.. mungkin krn dr kecil aku suka membaca dan menghayalkan cerita, buatku ngarang dongeng anak2 tanpa buku gini gampang2 aja ;p.. tinggal tergantung mood nya.. krn kalo sdg capek banget, biasanya aku jg males ;p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seru sih. Kadang si anak yang bikin nama tokohnya, latar, tema. Tapi tak pancing-pancing supaya mau melanjutkan cerita nggak mau. Ngantuk. Lalu tidur.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel