Hukuman dari Sekolah
Selasa, 19 Desember 2017
13 Komentar
Dalam
suatu rapat orang tua dan guru, seorang ibu mengungkapkan keberatan ketika anaknya
mendapat hukuman dari sekolah. Menurutnya hukuman tersebut tidak cocok untuk
anaknya. Sebaliknya hukuman tersebut membuat si anak malu sehingga rasa percaya
dirinya menurun.
Hukumannya apa ya?
Hukuman
adalah suatu tindakan ketika siswa tidak mematuhi peraturan dari sekolah. Hukuman
bisa berupa nilai perilaku atau kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa
sebagai konsekuensi dari pelanggaran. Makanya sering juga hukuman ini disebut konsekuensi logis. Hukuman ini diberlakukan secara umum. Tidak
melihat usia dan rasa belas kasihan.
Misalnya
ketika ada siswa tidak menggunakan atribut sekolah, maka pihak sekolah berhak
memberikan hukuman. Karena hukuman sudah masuk dalam peraturan sekolah maka
siswa mau tidak mau harus melaksanakannya.
Tiap
sekolah mungkin memiliki peraturan masing-masing dalam memberikan hukuman kepada
siswanya. Semuanya tergantung dari seberapa parah pelanggaran yang dilakukan
oleh siswa di sekolah.
Kenyataannya
tidak semua hukuman bisa diterima wali murid. Ada yang merasa bahwa hukuman
tersebut tidak efektif. Ada juga yang tetap mendukung peraturan sekolah.
Saya
yakin sekolah pasti sudah mempertimbangkan banyak hal ketika akan memberikan
hukuman kepada siswa. Hukuman yang diberikan kepada siswa tiap jenjang sama,
tidak ada perbedaan antara satu siswa dengan siswa lain.
Misalnya
jika ada siswa yang tidak menggunakan atribut sekolah, maka saat upacara akan
berbaris sendirian. Mungkin terkesan sederhana, namun efek hukuman bagi satu
siswa dengan siswa lainnya berbeda. Ada yang merasa biasa saja, sudah kebal. Cuma
disuruh berdiri saja, kok. Sama-sama
berdiri seperti peserta upacara lainnya. Hanya berbeda tempat dan lebih terkena
sinar matahari pagi.
Namun
ada anak yang merasa sangat malu sehingga berakibat pada menurunnya konsentrasi
belajar. Lalu, saya merasa anak saya pernah dihukum seperti ini, kok cuek saja.
Sekedar cerita setelah itu lupa. Tidak merasa menyesal apalagi sedih.
Bila
pelanggaran demi pelanggaran dibiarkan saja, bisa jadi siswa tidak memiliki
kedisiplinan. Tidak memiliki rasa hormat kepada para guru. Peraturan tinggallah
peraturan. Hanya sebuah pajangan di dinding sekolah.
Sosialisasi peraturan sekolah
Ada
baiknya orang tua dan anak memahami peraturan dari sekolah. Jadi sebelum masuk
sekolah orang tua menyetujui peraturan dari sekolah. Termasuk jika ada kasus
pelanggaran yang dilakukan anaknya.
Tapi
mungkin tidak mudah. Ketika anak sudah dinyatakan sebagai siswa baru, orang tua
sudah tidak peduli lagi dengan deretan peraturan dari sekolah. Sekedar membaca
lalu lupa.
Beruntung
jika sekolah memiliki waktu untuk mengadakan pertemuan wali murid dan guru. Moment
seperti ini dirasa cocok untuk berbagi uneg-uneg terhadap kebijaksanaan dari
sekolah.
Sebagai
wali murid saya harus menyetujui kebijaksanaan dari sekolah. Termasuk pelaksanaan
peraturan sekolah. Tiap sekolah pasti menginginkan siswa-siswanya tertib dan
mematuhi peraturan sekolah. Karena peraturan itu dibuat untuk mengatur ketertiban
dan kebaikan siswa.
Melatih
kedisiplinan dimulai sejak dini. Jika tidak dibiasakan bisa jadi anak akan
semaunya. Apalagi jika orang tua mendukung apapun kemauan si anak. Benar dan
salah harus dibela karena dia adalah anaknya.
Saya
berharap anak-anak saya mampu belajar disiplin dari sekolah. Misalnya ketika
meraka lupa membawa buku dan harus dihukum ya silakan. Mereka pasti bisa
menjalani hukuman. Karena hukuman dibuat bukan untuk menyulitkan siswa.
Contoh
hukuman di sekolahnya anak adalah menyalin surat pendek dan artinya, menulis
huruf latin, berdiri, berlari. Saya rasa hukuman seperti itu meski ada yang
mengatakan tidak efektif tapi berkesan.
Saya
ingat dulu waktu sekolah lupa mengerjakan PR dihukum oleh guru kelas. Saya bahkan
pernah disuruh berdiri sampai pelajaran yang diampunya usai. Malu? Jelaslah.
Tapi
apa yang bisa saya lakukan selain mematuhi perintah dari guru. Saya dengan
sangat terpaksa berdiri di depan papan tulis. Sementara teman-teman lainnya
dengan damainya mengerjakan soal-soal latihan dan bertanya banyak hal dengan
guru.
Setelah
kejadian itu saya takut saja. Takut kalau lupa mengerjakan PR. Takut kalau
pernah mendapat hukuman yang memalukan. Rasanya ingin mengubur cerita itu. Selanjutnya
saya benar-benar berusaha mengerjakan PR meskipun jawabannya salah.
Jika
anak kita melakukan kesalahan misalnya datang terlambat, lupa membawa buku
apakah sebaiknya dibiarkan saja? Apakah perilaku seperti ini tidak mengganggu
teman-temannya? Yang tidak membawa buku otomatis akan menggunakan buku bersama
teman-temannya. Ada yang berebut atau bahkan tidak bisa konsentrasi ketika
berbagi buku. Bergantian membaca dan mengerjakan soal-soal latihan.
Jadi,
menurut teman-teman, jika si anak bersalah, setuju dihukum atau dibiarkan saja?
Sharing yuk!
^_^
kalau di sekolah saya dulu hukumannya bikin tugas lebih banyak atau nggak boleh ikut pelajaran sama sekali. Saya tim yang setuju memberi hukuman (yang mendidik) kalau anak bersalah. Biar dia bisa paham konsep yang salah - benar sedari kecil. Salam kenal ya mba :D
BalasHapusSalam kenal juga,
HapusSaya pikir juga begitu, tetap ada aturannya ketika sekolah menerapkan hukuman bagi anak yang melanggar.
Hukuman yang diberikan gurunya apa ya sampai anaknya jadi malu begitu? Mnurutku semua itu harus dbhas sejak awal dengan orangtua dan guru. Nah tapi untuk urusan kelas biasanya juga disepakati antara guru dan murid dan dibahas ke orangtua juga
BalasHapusSebenarnya nggak ada hukuman fisik yang sampai gimana gitu. Hanya saja si anak sensitif. Apalagi setiap ada hukuman pasti diketahui teman-temannya. Misalnya saja disuruh menulis, pasti teman sekelas tahu juga. Serba salah ya.
HapusSaat sekolah hukuman saya mah lebih keras , kadang di geplak pipinya tapi gk marah karena emang salah.
BalasHapusWaduh... kok pakai kekerasan. Tapi pendidikan zaman dahulu banyak berbeda dengan sekarang.
Hapusya harsulah kalau gak anak gak tahu kl salah tentunya ada hukumannya tgt kesalahannya, sekolah juga ada aturan, kl sekali, gmn, kl sdh dua kalai, kalau sering dipanggil ortunya. Masalahnya banyak ortu yang suka gak terima anaknya salah. Sy pernah didamprat ortu anak krn menurutnya anaknya penurut di rumah, pdhl mbak dia gak tahu kl anaknya sanaknya bandel sekali, sy beri bikti2 dan dr guru yang lain juga memberikan bukti tp tetep saja ortunya gak terima. Sering begitu mbak, kadang jd guru itu ya hrs sabar menghadapi ortu model begini
BalasHapusWah pengalaman mendidik anak-anak sekolah memang luar biasa ya. Banyak ujiannya.
Hapuskan kita kenal reward n punishment kalo salah jelas punishment yang didapat ntar anak ga belajar jadi klo ada hukuman di sekolah saya rasa sih ga masalah agar membuat anak belajar mengenal ttg kesalahan dan belajar menyadari untuk tidak mengulangi lagi si mba :)
BalasHapusbtw itu anaknya diapain mba?sampe ibunya keberatan ehhehe
Memang harusnya sosialisasi dulu ya mba tentang peraturan sekolah pada saat penerimaan murid baru, apa peraturan yang harus ditaati, dan apa konsekuensi yang akan diterima jika melanggar, kalau perlu sih (mengingat zaman sekarang orang tua mudah tersulut emosi saat mendengar anaknya dihukum oleh guru) buat perjanjian sebelum masuk sekolah disitu, kalau setuju dan mau anaknya bersekolah disitu ya harus menerima peraturan nya kan ^_^ jadi ga ada lagi aksi saling tuntut, selama guru tersebut menghukum dengan tujuan mendidik, bukan kekerasan ^_^ saya setuju aja hehe
BalasHapusMEnurut aku, justru hukuman bisa jd pelajaran berharga utk anak2. Dimana mereka akan sada klo hal itu adl salah.
BalasHapusAkupun setuju mba kalo anak2 yg memang ga mengikuti aturan sekolah, dihukum sesuai hukuman yg berlaku. Dulupun aku prnh ngerasain bbrp hukuman sekolah yg berkesan banget. Mulai dr dijemur hormat bendera, di setrap depan kelas , disuruh hapal juz amma hahahaha.. Hapalan juz amma itu sih yg paling keinget. Mnrutku malah bgs hukuman begini. Anak2 jg jd lbh disiplin, dan ada ilmu baru yg didapat
BalasHapusHukuman siy menurut aku perlu kalau memang anak salah, tapi harus ada batasnya. Supaya anak tahu mana yang salah dan benar
BalasHapusJaman SD aku pernah loh ditampar guruku, karena aku gak ngerjain PR prakarya. Aku emang paling gak suka pelajaran itu sama basa Jawa. Pasti stress tiap ketemu dua pelajaran itu. Gimana rasanya saat itu ? Malu siy. Tapi tetep aja gak berani bilang ke ortu. Takut makin dimarahin. Baik diam kan