Hukuman dari Sekolah



Hukuman dari Sekolah


Dalam suatu rapat orang tua dan guru, seorang ibu mengungkapkan keberatan ketika anaknya mendapat hukuman dari sekolah. Menurutnya hukuman tersebut tidak cocok untuk anaknya. Sebaliknya hukuman tersebut membuat si anak malu sehingga rasa percaya dirinya menurun.


Hukumannya apa ya?

Hukuman adalah suatu tindakan ketika siswa tidak mematuhi peraturan dari sekolah. Hukuman bisa berupa nilai perilaku atau kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa sebagai konsekuensi dari pelanggaran. Makanya sering juga hukuman ini disebut konsekuensi logis. Hukuman ini diberlakukan secara umum. Tidak melihat usia dan rasa belas kasihan.

Misalnya ketika ada siswa tidak menggunakan atribut sekolah, maka pihak sekolah berhak memberikan hukuman. Karena hukuman sudah masuk dalam peraturan sekolah maka siswa mau tidak mau harus melaksanakannya.

Tiap sekolah mungkin memiliki peraturan masing-masing dalam memberikan hukuman kepada siswanya. Semuanya tergantung dari seberapa parah pelanggaran yang dilakukan oleh siswa di sekolah.

Kenyataannya tidak semua hukuman bisa diterima wali murid. Ada yang merasa bahwa hukuman tersebut tidak efektif. Ada juga yang tetap mendukung peraturan sekolah.

Saya yakin sekolah pasti sudah mempertimbangkan banyak hal ketika akan memberikan hukuman kepada siswa. Hukuman yang diberikan kepada siswa tiap jenjang sama, tidak ada perbedaan antara satu siswa dengan siswa lain.

Misalnya jika ada siswa yang tidak menggunakan atribut sekolah, maka saat upacara akan berbaris sendirian. Mungkin terkesan sederhana, namun efek hukuman bagi satu siswa dengan siswa lainnya berbeda. Ada yang merasa biasa saja, sudah kebal. Cuma disuruh berdiri saja, kok.  Sama-sama berdiri seperti peserta upacara lainnya. Hanya berbeda tempat dan lebih terkena sinar matahari pagi.

Namun ada anak yang merasa sangat malu sehingga berakibat pada menurunnya konsentrasi belajar. Lalu, saya merasa anak saya pernah dihukum seperti ini, kok cuek saja. Sekedar cerita setelah itu lupa. Tidak merasa menyesal apalagi sedih.

Bila pelanggaran demi pelanggaran dibiarkan saja, bisa jadi siswa tidak memiliki kedisiplinan. Tidak memiliki rasa hormat kepada para guru. Peraturan tinggallah peraturan. Hanya sebuah pajangan di dinding sekolah.

Sosialisasi peraturan sekolah

Ada baiknya orang tua dan anak memahami peraturan dari sekolah. Jadi sebelum masuk sekolah orang tua menyetujui peraturan dari sekolah. Termasuk jika ada kasus pelanggaran yang dilakukan anaknya.

Tapi mungkin tidak mudah. Ketika anak sudah dinyatakan sebagai siswa baru, orang tua sudah tidak peduli lagi dengan deretan peraturan dari sekolah. Sekedar membaca lalu lupa.

Beruntung jika sekolah memiliki waktu untuk mengadakan pertemuan wali murid dan guru. Moment seperti ini dirasa cocok untuk berbagi uneg-uneg terhadap kebijaksanaan dari sekolah.

Sebagai wali murid saya harus menyetujui kebijaksanaan dari sekolah. Termasuk pelaksanaan peraturan sekolah. Tiap sekolah pasti menginginkan siswa-siswanya tertib dan mematuhi peraturan sekolah. Karena peraturan itu dibuat untuk mengatur ketertiban dan kebaikan siswa.

Melatih kedisiplinan dimulai sejak dini. Jika tidak dibiasakan bisa jadi anak akan semaunya. Apalagi jika orang tua mendukung apapun kemauan si anak. Benar dan salah harus dibela karena dia adalah anaknya.

Saya berharap anak-anak saya mampu belajar disiplin dari sekolah. Misalnya ketika meraka lupa membawa buku dan harus dihukum ya silakan. Mereka pasti bisa menjalani hukuman. Karena hukuman dibuat bukan untuk menyulitkan siswa.

Contoh hukuman di sekolahnya anak adalah menyalin surat pendek dan artinya, menulis huruf latin, berdiri, berlari. Saya rasa hukuman seperti itu meski ada yang mengatakan tidak efektif tapi berkesan.

Saya ingat dulu waktu sekolah lupa mengerjakan PR dihukum oleh guru kelas. Saya bahkan pernah disuruh berdiri sampai pelajaran yang diampunya usai. Malu? Jelaslah.

Tapi apa yang bisa saya lakukan selain mematuhi perintah dari guru. Saya dengan sangat terpaksa berdiri di depan papan tulis. Sementara teman-teman lainnya dengan damainya mengerjakan soal-soal latihan dan bertanya banyak hal dengan guru.

Setelah kejadian itu saya takut saja. Takut kalau lupa mengerjakan PR. Takut kalau pernah mendapat hukuman yang memalukan. Rasanya ingin mengubur cerita itu. Selanjutnya saya benar-benar berusaha mengerjakan PR meskipun jawabannya salah.

Jika anak kita melakukan kesalahan misalnya datang terlambat, lupa membawa buku apakah sebaiknya dibiarkan saja? Apakah perilaku seperti ini tidak mengganggu teman-temannya? Yang tidak membawa buku otomatis akan menggunakan buku bersama teman-temannya. Ada yang berebut atau bahkan tidak bisa konsentrasi ketika berbagi buku. Bergantian membaca dan mengerjakan soal-soal latihan.

Jadi, menurut teman-teman, jika si anak bersalah, setuju dihukum atau dibiarkan saja? Sharing yuk!

^_^

Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

13 Komentar untuk "Hukuman dari Sekolah"

  1. kalau di sekolah saya dulu hukumannya bikin tugas lebih banyak atau nggak boleh ikut pelajaran sama sekali. Saya tim yang setuju memberi hukuman (yang mendidik) kalau anak bersalah. Biar dia bisa paham konsep yang salah - benar sedari kecil. Salam kenal ya mba :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga,
      Saya pikir juga begitu, tetap ada aturannya ketika sekolah menerapkan hukuman bagi anak yang melanggar.

      Hapus
  2. Hukuman yang diberikan gurunya apa ya sampai anaknya jadi malu begitu? Mnurutku semua itu harus dbhas sejak awal dengan orangtua dan guru. Nah tapi untuk urusan kelas biasanya juga disepakati antara guru dan murid dan dibahas ke orangtua juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya nggak ada hukuman fisik yang sampai gimana gitu. Hanya saja si anak sensitif. Apalagi setiap ada hukuman pasti diketahui teman-temannya. Misalnya saja disuruh menulis, pasti teman sekelas tahu juga. Serba salah ya.

      Hapus
  3. Saat sekolah hukuman saya mah lebih keras , kadang di geplak pipinya tapi gk marah karena emang salah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh... kok pakai kekerasan. Tapi pendidikan zaman dahulu banyak berbeda dengan sekarang.

      Hapus
  4. ya harsulah kalau gak anak gak tahu kl salah tentunya ada hukumannya tgt kesalahannya, sekolah juga ada aturan, kl sekali, gmn, kl sdh dua kalai, kalau sering dipanggil ortunya. Masalahnya banyak ortu yang suka gak terima anaknya salah. Sy pernah didamprat ortu anak krn menurutnya anaknya penurut di rumah, pdhl mbak dia gak tahu kl anaknya sanaknya bandel sekali, sy beri bikti2 dan dr guru yang lain juga memberikan bukti tp tetep saja ortunya gak terima. Sering begitu mbak, kadang jd guru itu ya hrs sabar menghadapi ortu model begini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah pengalaman mendidik anak-anak sekolah memang luar biasa ya. Banyak ujiannya.

      Hapus
  5. kan kita kenal reward n punishment kalo salah jelas punishment yang didapat ntar anak ga belajar jadi klo ada hukuman di sekolah saya rasa sih ga masalah agar membuat anak belajar mengenal ttg kesalahan dan belajar menyadari untuk tidak mengulangi lagi si mba :)

    btw itu anaknya diapain mba?sampe ibunya keberatan ehhehe

    BalasHapus
  6. Memang harusnya sosialisasi dulu ya mba tentang peraturan sekolah pada saat penerimaan murid baru, apa peraturan yang harus ditaati, dan apa konsekuensi yang akan diterima jika melanggar, kalau perlu sih (mengingat zaman sekarang orang tua mudah tersulut emosi saat mendengar anaknya dihukum oleh guru) buat perjanjian sebelum masuk sekolah disitu, kalau setuju dan mau anaknya bersekolah disitu ya harus menerima peraturan nya kan ^_^ jadi ga ada lagi aksi saling tuntut, selama guru tersebut menghukum dengan tujuan mendidik, bukan kekerasan ^_^ saya setuju aja hehe

    BalasHapus
  7. MEnurut aku, justru hukuman bisa jd pelajaran berharga utk anak2. Dimana mereka akan sada klo hal itu adl salah.

    BalasHapus
  8. Akupun setuju mba kalo anak2 yg memang ga mengikuti aturan sekolah, dihukum sesuai hukuman yg berlaku. Dulupun aku prnh ngerasain bbrp hukuman sekolah yg berkesan banget. Mulai dr dijemur hormat bendera, di setrap depan kelas , disuruh hapal juz amma hahahaha.. Hapalan juz amma itu sih yg paling keinget. Mnrutku malah bgs hukuman begini. Anak2 jg jd lbh disiplin, dan ada ilmu baru yg didapat

    BalasHapus
  9. Hukuman siy menurut aku perlu kalau memang anak salah, tapi harus ada batasnya. Supaya anak tahu mana yang salah dan benar

    Jaman SD aku pernah loh ditampar guruku, karena aku gak ngerjain PR prakarya. Aku emang paling gak suka pelajaran itu sama basa Jawa. Pasti stress tiap ketemu dua pelajaran itu. Gimana rasanya saat itu ? Malu siy. Tapi tetep aja gak berani bilang ke ortu. Takut makin dimarahin. Baik diam kan

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel