Janji Kepada Anak, Yay or Nay?
Selasa, 16 Januari 2018
16 Komentar
Adakah
yang pernah berjanji kepada anak? Misalnya seorang ibu yang berjanji akan
membelikan es krim ketika si anak mau melakukan sesuatu. Atau hadiah lainnya
agar si anak menuruti perintah orang tua. Bisa jadi dengan tujuan-tujuan lainnya.
Mungkin
banyak diantara kita yang menemukan kejadian-kejadian seperti itu. Diantara
obrolan ibu-ibu di sekolah. Diantara jadwal belanja bersama anak. Dan diantara
kesibukan mengurus rumah tangga.
Well,
sejatinya memberikan janji kepada anak itu baik atau tidak?
Kalau
saya, tergantung situasi. Saya termasuk jarang membuat janji manis kepada
anak-anak. Takut ditagih seperti debt
collector militan. Mereka ini meski anak kecil tapi yang namanya janji
tetaplah janji. Maka, debt collector
kecil ini jelas-jelas akan berusaha keras menagih janji kita. Tak kenal lelah.
Tak kenal waktu dan situasi.
Saya
seperti diteror....
“Udah,
adek jangan rewel, nanti tak belikan mainan!” kata seorang ibu.
Si
anak masih menangis, menderu, membuat bising telinga yang mendengarnya.
“Tapi
janjinya beli sekarang. Kayak punya teman!” rengek anak.
“Nanti
beli dua. Tapi setelah pulang ya!” bujuk ibu.
Masalah
negosiasi dengan anak menjadi sesuatu yang buntu. Tawaran A gagal, ganti
tawaran berikutnya. Rasanya kok seperti sedang ngeyem-ngeyemi si anak. Menghibur anak. Entah berhasil atau justru
sebaliknya.
Padahal
tujuan sebenarnya agar si anak patuh, semangat belajar dan melakukan sesuatu.
Sayang nilai kepatuhan kadang tak terdefinisikan oleh anak. Beberapa janji
orang tua akhirnya menjadi senjata andalan untuk meredakan emosi anak. Senjata
yang sejatinya tak perlu dikeluarkan sama sekali.
Saya
memilih memberikan janji sebagai reward.
Misalnya ketika si anak sudah melakukan suatu kebaikan, saya rasa sebuah reward pantas diterimanya. Tidak perlu
barang atau makanan yang mahal ataupun mewah.
“Nanti
ibu belikan buku baru kalau bukunya sudah selesai dibaca.”
“Nanti
kita beli es campur di warung bu Asih. Tidak dijalanan, ya. Hausnya ditahan
dulu. Cuma 5 menit, kok.”
Saya
pernah beberapa kali menjanjikan sesuatu karena situasi nggak banget. Ya, seperti ketika si anak sedang haus. Saya lebih
memilih membeli es di tempat-tempat yang saya kenal daripada di jalanan yang
saya ragukan higeinitasnya.
Janji adalah hutang
Yes!
Janji adalah janji. Janji harus ditepati. Janji adalah kesepakatan kita untuk
melakukan sesuatu. Meski ada saja kesibukan atau urusan lain, tetap saja yang
namanya janji mesti ditunaikan. Atau mengganti saja dengan alasan lain. Alasan
yang masih masuk akal ketika si anak kembali berulah.
Ada
kalanya saya memberikan janji untuk memasak sebuah kue atau menu sehari-hari.
Sementara saya kadang malas, kadang sibuk, kadang lupa. Tetap saja ditagih
anak. Kemudian ngeles, aduh rasanya
seperti sedang membuat berderet alasan.
“Besok
ya, ibu bikin.”
Masalah
besok adalah alasan saja. Kecuali ada masalah yang urgent yang tak bisa dihindari. Hal-hal seperti ini mestinya bisa
dihindari dengan mengukur kemampuan dan kejujuran. Kalau sekiranya kita bisa
melakukannya ya tidak apa-apa membuat janji kepada anak. Kalau tidak lebih baik
berkata tegas “tidak”.
Janji
itu seperti memberikan kebahagiaan semu. Mungkin si anak akan diam dan tenang
setelah perhatian kita. Mendapatkan janji kita. Namun kalau sampai kita lupa
untuk menunaikan janji, bagaimana?
Bisa
jadi kita tidak dipercaya lagi. Sekali berjanji kita lupa. Lalu untuk kedua
kalinya tetap berjanji. Sampai kapan? Oh, no! Semoga kita dijauhkan dari
hal-hal buruk yang diakibatkan oleh janji.
Janji
kepada anak adalah masalah keikhlasan kita. Bukan bermaksud lain. Bukan demi
meredakan emosi anak. Bukan pula demi menjaga harga diri kita di depan umum.
Eaaa... berat amat!
Hidup
sudah berat jangan membebani diri dengan janji-janji manis yang tak berujung ....
Seperti
scene berikut ini:
Anak
A memiliki mainan baru. Sementara temannya B tidak. Si B merengek meminta
membelikan mainan tersebut, misal mobil remote. Padahal mainan tersebut tidak
penting juga. Harganya mahal dan butuh tempat yang luas.
Sebagai
orang tua kadang demi gengsi atau demi menyenangkan anak, ya sudah dibelikan
saja. Kasihan kalau temannya memiliki mobil itu sementara dia tidak.
Mungkin
seperti sedang memaksakan diri. Memaksakan kemampuan kita untuk membeli barang
yang tak perlu dan tak sesuai dengan isi dompet. Mengapa tidak memilih untuk
sosialisasi kepada anak. Masih banyak hal lain yang bisa dilakukan untuk
bermain bersama anak. Masih banyak mainan yang murah meriah tanpa memaksa orang
tua.
So,
teman-teman pernah berjanji kepada anak dan bagaimana menyikapinya? Sharing, yuk!
^_^
Menurut saya gak masalah
BalasHapussaya dulu kalo lagi males belajar dan nilai anjlok
selalu di semangati dengan beberapa hadiah
namun hadiahnya tentunta bermanfaat untuk keperluan saya jg
jadi ada motivasi untuk belajar
Senang dong dapat hadiah.
Hapusaku suka ngasih janji tapi yg kira2 aku bisa memenuhi janjinya itu ke anak, misalnya anakku bisa do something, sesekali aku kasih kejutan sebagai bentuk apresiasi "makasih ya nak sudah bisa buang sampah di tempatnya, ibu mau beliin eskrim, kamu maunya rasa apa ?" ato "eh puzzle robocar polinya udah selese ya ? nanti mau dibeliin puzzle apalagi sama ibu ?"
BalasHapusbelum pernah ngasih janji biar anak melakukan sesuatu yg saya mau
Pasti Mada senang banget.
HapusAku liat situasi sama kondisi, Mbak. Kayak mereka abis melakukan sesuatu yang baik , sesekali aku kasih sesuatu. Yang simpel juga sih. Misal ke kedai waktu aku minta tolong mereka buat belanja sesuatu pas aku males keluar. Aku bilang " Ntar mau jajan apa ?" . Tapi gak tiap ke kedai juga siy mereka bisa jajan
BalasHapusKalo pas mereka prestasi belajarnya bagus, ya dikasih sesuatu yang bermanfaat
Reward buat mengapresiasi anak ya.
HapusEm saya kadang suka kasih janji kadang enggak, tergantung janjinya bakalan kepenuhi atau tidak. Contohnya, saya sudah berencana membelikan ice cream sore nanti untuk anak-anak. Trus saya ngajak anak-anak supaya berhenti main, meminta mereka mandi, sholat dan beberes mainan nanti ummi kasih ice cream..heheheee, udah dech setelah mereka mandi dan sholat ashar, ajak dech beli ice cream di warung tetangga. Tapi kalau janji beliin mainan, tapi keknya lagi bokek, ya enggak asal bilang lah, takut sayah
BalasHapusHadiahnya nggak perlu mahal ya.
HapusWah keren bisa ngajak anak-anak jalan-jalan yah. dan ini adalah bukti kasih sayang ibu terhadap anaknya. sehingga sang anak bisa mencontoh ibunya kelak di kemudian hari
BalasHapusSaya kalo janji mengira dulu kira-kira saya bisa memenuhi gak, meski Wan sekarang belum bisa menagih tapi buat persiapan nanti
BalasHapusSekiranya menuhi janji nanti terasa agak sulit ya aku nggak berani janji, karena janji bagiku ya wajib ditepati. Biasanya hal-hal kecil, aku janji gpp. Misal anak-anak tuh minta dimasakin makanan kesukaan mereka, susahnya krn 3 anak, ya kadang kesukaan mereka beda. Janji lah aku, sekarang bikin kesukaan si sulung, besok bikin kesukaan si bungsu. nah ini kalo nggak ditepati bakal ditagih sama anak2 hahaha.
BalasHapusKalau aku ngelihatnya dari sudut pandang seorang anak kok kayaknya nay atau paling nggak diminimalisir. Pasalnya, aku dulu sering banget kecewa karena ibuku sering banget janji apa trus ekspektasiku udah tinggi banget dan konsekuen sama syarat perjanjian yang dikasih tapi janjinya banyak yang nggak dipenuhi. Akhirnya kebawa sampai besar, jadi benci banget sama orang yang enteng berjanji trus nggak ditepati dengan banyak alasan.
BalasHapusDan memori anak2 itu sangat tajam ya Mbak. Kalo udah dijanjiin apa gitu, mereka fasih banget mengingat bahkan mengingatkan kita yang terkadang lupa. Makanya seringkali harus hati2 saat janji sama anak-anak :D
BalasHapusHem, jadi mesti hati-hati terhadap janji ya Mom, terhadap anak sekalipun. Terima kasih, jadi menambah pengetahuan saya, semoga nanti tidak suka janji terhadap anak kami yang kini masih bayi.
BalasHapusanak-anak itu inget terus loh sama janji kita
BalasHapusdulu pas ngajar pernah janji kasih kuis di akhir pelajaran
karena ternyata meterinya belum habis gegara saya dinas luar mereka nagih terus
jadi mesti hati2, sekiranya tak bisa ditepati dan membuat anak semakin terpancung dengan janji kita sebaiknya jangan
lebih baik beri pengertian lain
ini juga jadi pembelajaran agar saat besar mereka besar bisa lebih mengerti kondisi sekitar.
Makasih sharex mba. Abby jadi leingat ma janji2 ke ponakan yg blom sempat terealisasi 😅
BalasHapus