Janji Kepada Anak, Yay or Nay?



family time


Adakah yang pernah berjanji kepada anak? Misalnya seorang ibu yang berjanji akan membelikan es krim ketika si anak mau melakukan sesuatu. Atau hadiah lainnya agar si anak menuruti perintah orang tua. Bisa jadi dengan tujuan-tujuan lainnya.

Mungkin banyak diantara kita yang menemukan kejadian-kejadian seperti itu. Diantara obrolan ibu-ibu di sekolah. Diantara jadwal belanja bersama anak. Dan diantara kesibukan mengurus rumah tangga.

Well, sejatinya memberikan janji kepada anak itu baik atau tidak?

Kalau saya, tergantung situasi. Saya termasuk jarang membuat janji manis kepada anak-anak. Takut ditagih seperti debt collector militan. Mereka ini meski anak kecil tapi yang namanya janji tetaplah janji. Maka, debt collector kecil ini jelas-jelas akan berusaha keras menagih janji kita. Tak kenal lelah. Tak kenal waktu dan situasi.

Saya seperti diteror....

“Udah, adek jangan rewel, nanti tak belikan mainan!” kata seorang ibu.

Si anak masih menangis, menderu, membuat bising telinga yang mendengarnya.

“Tapi janjinya beli sekarang. Kayak punya teman!” rengek anak.

“Nanti beli dua. Tapi setelah pulang ya!” bujuk ibu.

Masalah negosiasi dengan anak menjadi sesuatu yang buntu. Tawaran A gagal, ganti tawaran berikutnya. Rasanya kok seperti sedang ngeyem-ngeyemi si anak. Menghibur anak. Entah berhasil atau justru sebaliknya.

Padahal tujuan sebenarnya agar si anak patuh, semangat belajar dan melakukan sesuatu. Sayang nilai kepatuhan kadang tak terdefinisikan oleh anak. Beberapa janji orang tua akhirnya menjadi senjata andalan untuk meredakan emosi anak. Senjata yang sejatinya tak perlu dikeluarkan sama sekali.

Saya memilih memberikan janji sebagai reward. Misalnya ketika si anak sudah melakukan suatu kebaikan, saya rasa sebuah reward pantas diterimanya. Tidak perlu barang atau makanan yang mahal ataupun mewah.

“Nanti ibu belikan buku baru kalau bukunya sudah selesai dibaca.”

“Nanti kita beli es campur di warung bu Asih. Tidak dijalanan, ya. Hausnya ditahan dulu. Cuma 5 menit, kok.”

Saya pernah beberapa kali menjanjikan sesuatu karena situasi nggak banget. Ya, seperti ketika si anak sedang haus. Saya lebih memilih membeli es di tempat-tempat yang saya kenal daripada di jalanan yang saya ragukan higeinitasnya.

Janji adalah hutang

Yes! Janji adalah janji. Janji harus ditepati. Janji adalah kesepakatan kita untuk melakukan sesuatu. Meski ada saja kesibukan atau urusan lain, tetap saja yang namanya janji mesti ditunaikan. Atau mengganti saja dengan alasan lain. Alasan yang masih masuk akal ketika si anak kembali berulah.

Ada kalanya saya memberikan janji untuk memasak sebuah kue atau menu sehari-hari. Sementara saya kadang malas, kadang sibuk, kadang lupa. Tetap saja ditagih anak. Kemudian ngeles, aduh rasanya seperti sedang membuat berderet alasan.

“Besok ya, ibu bikin.”

Masalah besok adalah alasan saja. Kecuali ada masalah yang urgent yang tak bisa dihindari. Hal-hal seperti ini mestinya bisa dihindari dengan mengukur kemampuan dan kejujuran. Kalau sekiranya kita bisa melakukannya ya tidak apa-apa membuat janji kepada anak. Kalau tidak lebih baik berkata tegas “tidak”.

Janji itu seperti memberikan kebahagiaan semu. Mungkin si anak akan diam dan tenang setelah perhatian kita. Mendapatkan janji kita. Namun kalau sampai kita lupa untuk menunaikan janji, bagaimana?

Bisa jadi kita tidak dipercaya lagi. Sekali berjanji kita lupa. Lalu untuk kedua kalinya tetap berjanji. Sampai kapan? Oh, no! Semoga kita dijauhkan dari hal-hal buruk yang diakibatkan oleh janji.

Janji kepada anak adalah masalah keikhlasan kita. Bukan bermaksud lain. Bukan demi meredakan emosi anak. Bukan pula demi menjaga harga diri kita di depan umum. Eaaa... berat amat!

Hidup sudah berat jangan membebani diri dengan janji-janji manis yang tak berujung ....

Seperti scene berikut ini:

Anak A memiliki mainan baru. Sementara temannya B tidak. Si B merengek meminta membelikan mainan tersebut, misal mobil remote. Padahal mainan tersebut tidak penting juga. Harganya mahal dan butuh tempat yang luas.

Sebagai orang tua kadang demi gengsi atau demi menyenangkan anak, ya sudah dibelikan saja. Kasihan kalau temannya memiliki mobil itu sementara dia tidak.

Mungkin seperti sedang memaksakan diri. Memaksakan kemampuan kita untuk membeli barang yang tak perlu dan tak sesuai dengan isi dompet. Mengapa tidak memilih untuk sosialisasi kepada anak. Masih banyak hal lain yang bisa dilakukan untuk bermain bersama anak. Masih banyak mainan yang murah meriah tanpa memaksa orang tua.

So, teman-teman pernah berjanji kepada anak dan bagaimana menyikapinya? Sharing, yuk!

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

16 Komentar untuk "Janji Kepada Anak, Yay or Nay?"

  1. Menurut saya gak masalah
    saya dulu kalo lagi males belajar dan nilai anjlok
    selalu di semangati dengan beberapa hadiah
    namun hadiahnya tentunta bermanfaat untuk keperluan saya jg
    jadi ada motivasi untuk belajar

    BalasHapus
  2. aku suka ngasih janji tapi yg kira2 aku bisa memenuhi janjinya itu ke anak, misalnya anakku bisa do something, sesekali aku kasih kejutan sebagai bentuk apresiasi "makasih ya nak sudah bisa buang sampah di tempatnya, ibu mau beliin eskrim, kamu maunya rasa apa ?" ato "eh puzzle robocar polinya udah selese ya ? nanti mau dibeliin puzzle apalagi sama ibu ?"

    belum pernah ngasih janji biar anak melakukan sesuatu yg saya mau

    BalasHapus
  3. Aku liat situasi sama kondisi, Mbak. Kayak mereka abis melakukan sesuatu yang baik , sesekali aku kasih sesuatu. Yang simpel juga sih. Misal ke kedai waktu aku minta tolong mereka buat belanja sesuatu pas aku males keluar. Aku bilang " Ntar mau jajan apa ?" . Tapi gak tiap ke kedai juga siy mereka bisa jajan

    Kalo pas mereka prestasi belajarnya bagus, ya dikasih sesuatu yang bermanfaat

    BalasHapus
  4. Em saya kadang suka kasih janji kadang enggak, tergantung janjinya bakalan kepenuhi atau tidak. Contohnya, saya sudah berencana membelikan ice cream sore nanti untuk anak-anak. Trus saya ngajak anak-anak supaya berhenti main, meminta mereka mandi, sholat dan beberes mainan nanti ummi kasih ice cream..heheheee, udah dech setelah mereka mandi dan sholat ashar, ajak dech beli ice cream di warung tetangga. Tapi kalau janji beliin mainan, tapi keknya lagi bokek, ya enggak asal bilang lah, takut sayah

    BalasHapus
  5. Wah keren bisa ngajak anak-anak jalan-jalan yah. dan ini adalah bukti kasih sayang ibu terhadap anaknya. sehingga sang anak bisa mencontoh ibunya kelak di kemudian hari

    BalasHapus
  6. Saya kalo janji mengira dulu kira-kira saya bisa memenuhi gak, meski Wan sekarang belum bisa menagih tapi buat persiapan nanti

    BalasHapus
  7. Sekiranya menuhi janji nanti terasa agak sulit ya aku nggak berani janji, karena janji bagiku ya wajib ditepati. Biasanya hal-hal kecil, aku janji gpp. Misal anak-anak tuh minta dimasakin makanan kesukaan mereka, susahnya krn 3 anak, ya kadang kesukaan mereka beda. Janji lah aku, sekarang bikin kesukaan si sulung, besok bikin kesukaan si bungsu. nah ini kalo nggak ditepati bakal ditagih sama anak2 hahaha.

    BalasHapus
  8. Kalau aku ngelihatnya dari sudut pandang seorang anak kok kayaknya nay atau paling nggak diminimalisir. Pasalnya, aku dulu sering banget kecewa karena ibuku sering banget janji apa trus ekspektasiku udah tinggi banget dan konsekuen sama syarat perjanjian yang dikasih tapi janjinya banyak yang nggak dipenuhi. Akhirnya kebawa sampai besar, jadi benci banget sama orang yang enteng berjanji trus nggak ditepati dengan banyak alasan.

    BalasHapus
  9. Dan memori anak2 itu sangat tajam ya Mbak. Kalo udah dijanjiin apa gitu, mereka fasih banget mengingat bahkan mengingatkan kita yang terkadang lupa. Makanya seringkali harus hati2 saat janji sama anak-anak :D

    BalasHapus
  10. Hem, jadi mesti hati-hati terhadap janji ya Mom, terhadap anak sekalipun. Terima kasih, jadi menambah pengetahuan saya, semoga nanti tidak suka janji terhadap anak kami yang kini masih bayi.

    BalasHapus
  11. anak-anak itu inget terus loh sama janji kita
    dulu pas ngajar pernah janji kasih kuis di akhir pelajaran
    karena ternyata meterinya belum habis gegara saya dinas luar mereka nagih terus
    jadi mesti hati2, sekiranya tak bisa ditepati dan membuat anak semakin terpancung dengan janji kita sebaiknya jangan
    lebih baik beri pengertian lain
    ini juga jadi pembelajaran agar saat besar mereka besar bisa lebih mengerti kondisi sekitar.

    BalasHapus
  12. Makasih sharex mba. Abby jadi leingat ma janji2 ke ponakan yg blom sempat terealisasi 😅

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel