Jika Anak Bertengkar dengan Teman di Sekolah





Memiliki tiga anak laki-laki itu seru. Semua anak tidak ada yang sama persis. Cara menghadapai setiap permasalahan mereka juga berbeda. Ada anak yang sekali saja saya ngomong sudah mengerti. Ada yang sampai berkali-kali untuk kasus yang sama. (Tabahkah hatimu ibu....)



Nah, kali ini saya mengangkat tema seputar pertengkaran yang terjadi diantara anak-anak. Halah, anak-anak bertengkar itu biasa. Namanya juga anak-anak.
Tidak! Masalah pertengkaran dengan teman ini tidak boleh dibiasakan. Efeknya tentu tidak bagus. Sejauh mana pertengkaran tersebut masih bisa ditoleransi dan sejauh mana harus sesegera dihentikan.

Ada yang pernah mengalaminya, baik sebagai korban atau pelaku?

Tulisan ini hanya berdasarkan pengalaman mengasuh tiga anak. Kasus pertengkaran sering terjadi saat masih duduk di bangku sekolah dasar.

***

Jadi ceritanya, saya mendapat keluhan dari anak. “Ibu aku dipukul temanku.”
Aduh ada apa sampai dipukul. Saya jadi khawatir saja. Bisa jadi dia terlalu sensitif, dia mengada-ada atau... memang benar-benar terjadi pertengkaran. Serem juga!

Maka, tak ada salahnya kalau saya menjadi pendengar yang baik. Pendengar yang bersedia menjadi tempat curhat yang menyenangkan. Iya kan, anak butuh bercerita, tetang apa saja. Tentang kejadian-kejadian yang membuat mereka senang maupun sedih.

Yang harus dilakukan orang tua ketika ada kabar seperti itu adalah:

  1. Mendengarkan
  2. Mencari kebenarannya
  3. Mencari solusi

Tiga hal yang bagi saya wajib diterapkan. Jangan buru-buru tersulut emosi! Lebih baik melihat dari sisi yang lain sambil terus berusaha menjalin komunikasi dengan guru-guru di sekolah.

Biasanya saya akan mencari tahu kebenaran cerita anak dari gurunya. Ada kejadian, masalah pukul- memukul dikarenakan tersinggung dengan bahan candaan yang tidak lucu. Atau bisa juga karena perlawanan. Siapa sih yang mau begitu saja dipukul. Insting anak langsung balik memukul demi mempertahankan diri. Apalagi anak laki-laki! Jadi gawat kalau tidak ada yang mengetahui tindakan ini.

Faktanya tidak semua pertengkaran diantara anak-anak itu diketahui oleh gurunya. Ini mungkin menjadi semacam masalah yang berbelit juga. Tapi yang bertanggung jawab disekolah adalah guru. Karena beliau ini yang menjadi orang tua anak di sekolah.

Pada masalah pertengkaran yang diketahui oleh guru, pada saat itu pula langsung diselesaikan. Sehingga anak-anak tidak ada dendam, tidak berkelanjutan. Selesai dan saling meminta maaf serta berjanji tidak mengulangi. Entah besok...

Pada kasus pertengkaran yang parah, misal sampai anak terluka dan takut masuk sekolah, maka orang tua segera ikut terlibat dalam menyelesaikan. Pernah suatu ketika saya mendengar ada kasus seperti ini. Jangan sampai anak menjadi trauma karena pertengkaran semacam ini termasuk tindakan bullying.

Suatu hari ketika si bungsu mengeluh kakinya sakit, saya sudah berpikir pasti bertengkar. Tapi kemudian dia bercerita kalau temannya tak sengaja menyenggol lalu jatuh dan kena ujung meja. Keduanya sudah bermaafan.

Melihat nada bicaranya yang tenang, saya berharap kalau masalahnya sudah selesai. Semoga saja begitu.

Pada kasus-kasus pertengkaran dengan teman sekolahnya, anak akan belajar untuk melindungi diri. Seperti ini kalau kamu dipukul kamu harus balas. Ternyata tidak semua anak setuju dengan balas-membalas ini. ada yang merasa takut melihat lawannya. Kemudian menjadi bulan-bulanan temannya. Ada yang takut jika ketahuan guru sehingga penilaian perilaku jadi berkurang. Belum lagi kalau ada laporan dari guru kepada orang tua.

Memang serba salah ketika anak terlibat pertengkaran. Anak laki-laki lebih suka main fisik. Tapi bagi saya, setiap pertengkaran harus segera dicari penyebabnya. Setiap kasus harus diselesaikan sesegera mungkin. Karena ini menyangkut anak-anak yang masih tumbuh dan berkembang. Termasuk dalam memberikan lingkungan yang nyaman dan aman. Termasuk dalam memilih pendidikan yang baik.

Jadi, jika si anak sekali saja digoda diam tanpa perlawanan, mudah dibully, kemungkinan besar, teman-temannya akan dengan enteng melakukan tindakan tersebut.

Bagi saya penting membekali anak dengan rasa percaya diri, keberanian mengungkapkan pendapat dan kemampuan untuk melindungi diri. Kemampuan untuk memilih lingkaran pertemanan yang baik. Kemampuan untuk membaca situasi tak baik. Misal ada anak yang usil banget, lebih baik tidak perlu berdekatan. Karena bisa jadi korban. Dan anak yang usil ini bisa menularkan keusilannya pada anak yang lain.

Seperti kasus anak saya beberapa tahun lalu. Beruntung, gurunya segera tanggap, sehingga tempat duduk dipisah. Dua anak dijauhkan. Meski kalau bertemu tetap saja, keusilan mereka meningkat. Setelah tidak satu kelas, penyakit usil inipun hilang sudah.

Sharing yuk!

^_^

Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

6 Komentar untuk "Jika Anak Bertengkar dengan Teman di Sekolah"

  1. Yang ga enak klo anak berantem ortunya sampe baper jd berantem juga ya mba x_x setuju bgt, jadi ortu harus bijak dan cari kejelasan cerita dulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pernah mengalami, orang tuanya teman anak nggak mau menerima kenyataan. "Masa sih anakku kayak gitu?" Yang seperti ini jadi masalah.

      Hapus
  2. susah ya menjaga emosi kalo denger anak berantem di sekolah, tapi emang bener harus dicari tahu dulu soalnya anaknya tetanggaku ada yang manipulatif gitu. pas lagi main sama temen-temennya di depan rumahku, dia gangguin salah satu temennya sampe akhirnya si temennya itu stand up dan ngelawan. dan tau nggak mba? dia nangis dong ngadu ke ibunya katanya dijahatin. Langsung deh ibunya baper dan temennya itu dimarahin.

    ((aku yang ngeliat dari dapur sambil masak indomie langsung ngelus dada))

    BalasHapus
  3. Seringnya yg dilihat orang, hasil akhirnya, si korban. Padahal kalo dirunut ulang, si korban inilah yg malah bikin gara2 duluan. Repotnya lagi kalo ortu merasa anaknya selalu benar. Gini ini yg jadi bibit kekerasan anak thd guru. Duh, semoga tak terjadi pada kita ya. Salam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Sebaiknya memang harus bisa intropeksi diri dan legawa.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel