Ketika Bermain Menjadi Kenangan Indah Masa Kecil



main petak umpet


Masa kecil saya termasuk biasa saja. Mungkin karena saya anaknya anteng jadi tidak ada yang kejadian luar biasa. Pernah bertengkar dengan teman sampai diam cukup lama (berhari-hari). Padahal teman ini hubungannya cukup dekat dengan saya. Setiap berangkat dan pulang sekolah selalu bersama. Apapun yang terjadi selalu bersama-sama jalan kaki.

Herannya, ibu mengetahui masalah ini. Saya merasa ibu memiliki mata-mata, deh. Kemudian ibu membantu mencairkan suasana. Ibu mencari cara agar saya dan teman itu bisa bersama lagi. Awalnya memang kaku. Tidak ada yang memulai bicara. Sampai esoknya kami mulai saling sapa dan lupa kalau pernah diam-diaman. Lucu saja, ketika mengingat kejadian itu.

Sejujurnya, saya bukan anak dengan segudang prestasi di sekolah. Tidak juga menjadi anak yang populer karena satu dan lain hal. Hanya anak yang biasa saja tetap memiliki keinginan untuk bermain-main. Bermain membuat saya lupa kalau ibu sedang marah dan saya takut masuk rumah. Kesalahan apa coba! Saya bahkan sudah lupa deretan kesalahan itu. Karena tema untuk marah ternyata banyak. Kemudian sadar, jangan-jangan saya masih terbawa pengalaman masa kecil...

Iseng, saya bermain sendiri di luar rumah. Bermain tanah, dengan membuat istana, rumah dan perabotannya. Setelah suasana reda, barulah saya masuk rumah dan berharap suasana memang sudah tenang. Kalaupun belum, buru-buru saya keluar dan bermain. Kadang mencari teman tetangga. Lalu kami jalan-jalan saja sekitar rumah. Tidak boleh jauh-jauh nanti menambah daftar kemarahan ibu lagi.

Mengingat masa kecil, apa saja yang menarik?

Tentunya banyak. Masa SD saya tidak memiliki beban apapun. Belajar ya asal saja. Asal buka buku, asal membaca. Kadang mengerti tapi sering tidak mengerti. Tapi takut dan malu bertanya kepada guru. Sesekali pernah lupa mengerjakan PR. Mengerjakan di sekolah juga pernah. Sambil deg-degan dan merapal doa agar tidak ketahuan guru.

Tapi rasanya saya sangat beruntung. Anak yang nilai akademisnya biasa saja bisa masuk SMP favorit. Anggap saja ini prestasi saya. Ya, setidaknya saya ingin menghargai diri sendiri. Menghargai semua usaha belajar saya yang pas-pasan. Hiks!

Nah, mengingat masa kecil, memori saya lalu terbang ke masa bersenang-senang. Ya, waktu itu memang saya tidak tahu tujuan hidup (Berat amat ngomong tujuan hidup, tujuan sekolah, tujuan belajar, dsb). Bersenang-senang tetaplah menjadi tujuan utama. Caranya dengan bermain bersama teman-teman. Kalau tidak ada, ya bermain sendiri.

Mari mengenang permainan masa kecil, mengenang kebahagiaan yang sangat sederhana. Karena bermain itu manfaatnya luar biasa. Dari mengubah kesedihan menjadi kebahagiaan hingga mengubah kesendirian menjadi kebersamaan.

Beberapa permainan yang saya sukai di masa kecil adalah:

www.chemember.wordpress.com

1. Bola Bekel

Permainan ini menggunakan bola bekel yang terbuat dari karet dan biji bekel yang terbuat dari tembanga atau kuningan. Boleh dibawa ke sekolah. Saya ingat sewaktu masih SD suka bermain bekel saat istirahat sekolah. Permainan ini bisa dimainkan oleh minimal dua anak perempuan. 

2. Pasar-Pasaran

Bermain pasar-pasaran sangat menyenangkan. Biasanya anak-anak perempuan yang melakukannya. Yang dijual biasanya bunga, diambil di pekarangan tetangga, kadang juga bunga liar. Transaksi pakai uang daun. Sampai kelas 6 SD saya masih suka bermain pasar-pasaran. Sampai ada mas-mas yang menegur ketika melihat saya segedhe itu main pasar-pasaran. Abaikan saja! Perasaan saya sih masih anak kecil.

3. Lompat tali

Saya dan teman-teman menggunakan karet. Atau pentil (sepeda) yang diikat menjadi panjang. Kemudian dua anak berdiri memegangi tali (biasanya yang kalah ketika hompimpah, dan kalah ketika meloncat). Anak lainnya meloncat satu per satu (tidak boleh menyentuh tali). Ketika meloncat dan kaki menyentuh tali artinya kalah. Permainan ini bisa dilakukan oleh laki-laki dan perempuan di halaman.

Permainan yang saya benci adalah petak umpet. Entah bagaimana peraturannya, setiap bermain petak umpet ini wilayah bermainnya tidak jelas. Jadi kalau ada satu anak yang “jadi” (jadi mencari teman-temannya), maka teman-temannya ini seenaknya saja mencari tempat persembunyian.

Bisa saja teman-teman ini mencari tempat yang agak jauh. Yang belum terpikirkan akan bersembunyi disana. Biasanya di sekitar rumah, tapi kemudian di rumah tetangga, diantara batas satu rumah dengan rumah lainnya. Bisa pula di pekarangan. Makin lama makin jauh sampai harus berlari-lari untuk sembunyi.

Nah, si anak yang kebagian mencari teman-temannya ini beraksi, berjalan kian kemari dan tidak kunjung ketemu. Tiba-tiba saja dari arah tak terduga satu teman datang dan menyentuh tempat awal dia berdiri. Jelas si anak kalah lagi. Sementara teman-temannya tertawa merayakan kemenangan. Jadi enaknya bagaimana? Tetap kalah berkali-kali itu tidak menyenangkan. 

Untuk permainan petak umpet ini saya masih melakukannya bersama si bungsu. Permainan ini tidak lekang oleh waktu. Tetap menarik dan asyik. Bahkan ketika bermain cukup di dalam rumah. 

Bagaimanapun permainan masa kecil, bagi saya sangat menyenangkan. Saya yang orang rumahan jadi punya teman bermain. Saya bisa bersenang-senang bersama teman-teman. Saya lupa waktu. Tapi batas waktu bermain jelas. Sejelas antara siang dan malam. Dengan cara seperti ini saya belajar untuk menghargai waktu. Kapan waktu bermain, kapan harus beribadah dan belajar. Saya juga belajar untuk menjadi anak yang patuh kepada orang tua. Saya percaya kalau peraturan di rumah dibuat untuk kebaikan saya juga.

Menjelang maghrib, saya harus sudah masuk rumah. Sudah mandi dan menyiapkan pelajaran sekolah untuk esok. Sudah tidak menerima panggilan dari teman untuk bermain lagi. 

Note: 

Tidak ada foto masa kecil yang diupload karena saya selalu memakai rok buatan ibu. Semua rok saya di masa kecil adalah jahitan ibu. Modelnya macam-macam dan selalu cakep tapi diatas lutut. Kecuali baju untuk mengaji (sayang tidak ada fotonya). Sebagai ganti adalah foto bersama si bungsu yang sedang bersembunyi di kebun teh.

Nah, kalau teman-teman, apa saja kenangan di masa kecil? Sharing, yuk!

Tulisan ini diikutsertakan dalam #posttematik KEB

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

14 Komentar untuk "Ketika Bermain Menjadi Kenangan Indah Masa Kecil"

  1. aku juga sama anakku main petak umpet di rumah mba hehehe..lucunya kalau ga nemu2 aku pasti anakku jerit2an :D

    masa kecil emang menyenangkan selain bekel aku juga suka main congklak mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya congklak. Aduh sudah puluhan tahun itu. Tapi setiap mengingatnya jadi senyum-senyum sendiri.

      Hapus
  2. Permainan masa kecil memang bikin kangen. Itu bola bekel kadang-kadang suka saya randam di minyak tanah. Tapi gak bertahan lama. Malah jadinya pecah :D

    BalasHapus
  3. Sama MBak, sayapun anak yang biasa banget jadi jarang dikenal orang. Duh mainan anak kecil sekarang kok jarang dimainin lagi yaaaa? padahal mainan itu bikin nostalgia eeeuy. Saya suka main bekel di ruamh tetangga, padahal keramiknya cuma semen tapi asyik banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kita mah nggak peduli rumahnya seperti apa yang penting bisa main-main.

      Hapus
  4. Jadi beneran bernostalgia deh.
    Kangen masa kecil 😊

    BalasHapus
  5. Aku jadi ingat dulu main bola bekel dan lompat tali. Seruu. Skarang anakku udah nggak main bola bekel sih tapi permainan lain seperti lompat tali :)

    BalasHapus
  6. Aku waktu masih kecil suka main petak umpet sama teman2 tetangga, lompat tali itu yg pake karet gelang disambung-sambung, bekel, engklek, pasar-pasaran, main kelereng juga hahaha. Serunya masa kecil, sekarang anak2 lebih banyak main gadget dibanding mainan seperti masa kecilku dulu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mainan tradisional terkalahkan oleh gadget. Tapi sesekali aku juga main petak umpet sama anak. Pengen main bekel. Tapi anakku laki semua.

      Hapus
  7. Aakkkk bola bekeelll...favorit. dlu sampek ngelancarin atw latihan di rmh biar pas main sm tmn bisa bertahan menang...
    Segitunya yak tapi seruuuu

    BalasHapus
  8. Main benteng itu paling bikin olahraga bgt karena lari2an hahaha.

    BalasHapus
  9. Nostalgia nih mba, hehe
    Walau saya cowo tapi mainan bekel, lompat tali, sunda manda atau apalah itu yang sering di mainin cewe dulu pas kecil sering ikut"an main, hehe

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel