Mengapa Anak Ikut Les?
Selasa, 13 Maret 2018
10 Komentar
Beberapa
waktu lalu, disela-sela menunggu kegiatan anak, saya ngobrol dengan dengan
seorang ibu. Dari awal ngobrol ngalor ngidul tak jelas akhirnya saya tergelitik
ketika masuk ke tema les.
Baca juga Les, Perlu atau Tidak?
Selama
ini saya tahunya kalau anak les karena memang butuh tambahan belajar agar makin
paham. Atau untuk mengejar nilai yang kurang memuaskan jika nilai akademik anak
dibawah rata-rata maka orang tua biasanya langsung sigap untuk mengikutkan
berbagai les. Entah itu ikut les privat atau bimbel.
Ada
juga yang les karena hobi. Misal musik, olah raga, dsb. Kalau anak bungsu saya
yang ikut les menggambar. Masalah hasil masih belum ada.
Ketika
memasukkan anak ke kelas menggambar saya tidak ada target sama sekali. Apakah anak
saya dalam kurun waktu tertentu sudah mahir menggambar dan mewarnai, ataukah
harus mendapat piala dan piagam penghargaan. Tidak! Saya tidak ada tujuan
seperti itu.
Kalau
les menggambar ini murni karena hobi. Untuk bersenang-senang saja. Inipun belum
lama. Hampir setahun. Secara hasil, masih belum maksimal. Sementara teman-temannya
yang lebih muda sudah lama ikut kelas menggambar dengan prestasi yang
membanggakan.
Alhamdulillah
anak saya santai. Senang ketika melihat temannya berprestasi. Takjub ketika melihat
gambar teman-temannya jauh lebih bagus. Harusnya ini memacu si anak agar lebih
giat belajar menggambar. Tapi sayangnya, si anak tetap santai.
Kalau
dulu, masuk ke kelas menggambar ragu-ragu karena temannya baru semua. Tidak ada
yang dikenal. Sekarang sudah nyaman bersama mereka. Sudah kenal dan bisa
bermain bersama menjelang maupun seusai menggambar. Kadang bolos, karena malas
dan mengantuk. Saya anggap masih wajar, saya masih memberikan peluang seperti
ini. (Haha... ibu macam apa ini)
Sementara
ikut lomba, tidak ada target. Saya senang ketika anak memiliki kemampuan lain
selain akademik. Bukan suatu keharusan. Tapi kalau bisa menikmati sisi seperti
ini, rasanya bakat, kemampuan, energi dan pikiran bisa tersalurkan.
***
Nah,
ketika ngobrol dengan si ibu, saya bertanya mengapa anaknya diikutkan les?
“Biar
nggak mainan hape!” jawabnya tegas.
Cukup
kaget juga sih. Di zaman yang cerita tentang anak dan handphone tak bisa lepas
sepertinya sudah menjadi hal yang lumrah, saya menemukan “teman”. Mungkin terkesan
biasa saja kalau alasan untuk les seperti yang saya jelaskan diatas.
Lha,
kalau main sama teman-temannya kan asyik juga?
Ternyata
tidak! Okelah, kalau kita sudah membatasi pemakaian handphone di rumah, sementara
ketika bertemu temannya langsung diajak main handphone. Bagaimana bisa menolak?
Yang ada, pasti anak-anak kecil ini akan dengan riang gembira menggerakkan
jari-jarinya untuk ngegame.
Ah,
anak-anak.... Beruntung ketika si bungsu di rumah, masih mau bermain pasir,
main bola, main sepeda, kejar-kejaran, kadang
menonton film di rumah tetangga.
Kita
tidak mungkin memaksakan prinsip kita kepada orang lain. Tidak mungkin
mengatakan TIDAK kepada handphone. Kemudian melarang anak tetangga main ke
rumah. Kok, rasanya terlalu kejam. Kita bisa memilih cara yang lebih halus
daripada mengusir handphone yang semakin hari semakin merampas waktu anak-anak.
Seperti
si ibu yang memilih ikut les untuk
anaknya.
Pada
kasus seperti ini saya sependapat. Bukan maksud orang tua ingin memaksa masa
kecil anak-anak dengan target demi target nilai akademik. Namun lingkungan tak
mendukung itulah memaksa orang tua mencari solusi kreatif lain.
Kalau
si anak suka, mau ikut les apapun pasti menyenangkan bukan?
Kalau teman-teman yang anaknya ikut les, apa sih alasannya? Sharing dong!
^_^
Saya dulu ikut les karena memang keinginan saya sendiri dan alhamdulillah orang tua saya mendukung
BalasHapusya les juga bukan dalam akademis, tapi les hobby aja
Sama kayak si bungsu ya.
HapusIkut les yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan anak.
BalasHapusIya. Biar sama-sama suka.
HapusSampe sekarang masih ikut kurus padahal sudah bukan anak-anak lagi, demi untuk upgrade diri sendiri. Tapi untuk anak lebih bagus ataas kemauan dia sendiri, dan jika memang orang tua yang berkeinginan jangan terlalu memaksa juga
BalasHapusYa ya sepertinya anak sekarang menjadi adu perlombaan. Demi memenangkan nilai akademis, mengalahkan anak tetangga. Tanpa melihat kemampuan dan perkembangan si anak tersebut. Pokonya demi mengalahkan anak tetangga.
BalasHapusanakku minta les ngaji karena di sana dia bisa ketemu teman, padahal udah ngaji sama bundanya tapi katanya gak seru wkwk
BalasHapuskalau dulu aku ga pernah ikut les mba sekarang anakku pengen tak masukin les nyanyi sih karena emang dy hobi bahkan pas ada acara sekolah lomba nyanyi dia pede banget hahaha
BalasHapusAnak-anak saya ikut les, tapi tidak boleh les akademik. Buat saya dan suami, akademik cukup di sekolah dan sesekali di rumah saja. Mereka sekarang les Taekwondo dan menggambar. Pernah juga les berenang, musik, dan panahan.
BalasHapusSatu-satunya les akademik yang kami izinkan adalah kursus bahasa inggris. Itupun kami carikan yang lebih banyak conversationnya supaya anak-anak sering latihan mengobrol dnegan bahasa inggris.
Anak saya ikut les kumon bahasa Inggris, itu aja.
BalasHapusDulu dia yang merengek-rengek minta ikutan karena liat iklan di TV *sigh
Hasilnya gak bikin dia ngomong bahasa Inggris cas cis cus sih, tapi jadi mencintai yang namanya belajar, menulis, dan membaca saking setiap hari ngerjain PR hahaha.
Emaknya sih awalnya pengen racunin agar dia nambah les renang, taekwondo dsb itu.
Anaknya udah mau ikutan, tapi tetiba emaknya bilang nanti aja.
Ampun deehh, puyeng atur jadwalnya.
Pulang sekolah setengah 3, harus tidur siang bentar, harus sigap saya bangunin di jam 4, belum mandinya, sholat Ashar, ngerjain PR atau les, ngaji dll..
Ampuuunnn... emaknya nyerah hahaha.