Surga Tersembunyi di Arosbaya


bukit kapur arosbaya


Surga... apakah saya tahu bentuk surga, suasana dan kenikmatan didalamnya? Tidak! Namun saya tetap memakai kata “surga” untuk menceritakan Arosbaya. Saya hanya ingin mendiskripsikan bahwa Arosbaya ini diluar ekspektasi saya. Ya, bukit kapur Arosbaya ini megah dan berbeda dengan bukit kapur-bukit kapur yang pernah saya kunjungi.



Perjalanan menuju Bukit Kapur Arosbaya bisa dikatakan mudah. Masih dalam rangkaian jalan-jalan ke Madura, mengenalkannya kepada anak-anak. Mengenalkan bahwa wisata di Indonesia itu cantik dan masih banyak yang alami.

Megahnya Bukit Kapur Arosbaya

GPS menunjukkan tanda bahwa tujuan kami sudah dekat. Tapi saya ragu. Di tempat yang ramai ini orang-orang berjalan meniti tangga menuju Aermata. Di dekatnya ada jalan kecil. GPS menuntun kami untuk menuju ke jalan tersebut. Masih ragu, jalan sekecil itu apakah layak dilewati mobil, sementara banyak orang lalu lalang.

Si tukang parkir sejak tadi sudah memerintahkan kami untuk memarkir kendaraan di tempat yang kosong. Tapi kami malah berhenti seenaknya. Saya bergegas menemui seorang bapak yang menjaga toilet. Meski saya menangkap info yang sepotong-sepotong akhirnya saya tahu bahwa  tempat ini adalah wisata religi.

Ada tulisan besar Aermata yang berarti air mata Ratu Ibu yaitu Syarifah Ambami, istri Raden Praseno, penguasa Madura yang memiliki gelar Cakraningrat I. Info yang saya dapatkan hanyalah tentang pesarean saja. Lainnya bisa googling ya. Jadi banyak peziarah yang mengunjungi Aermata ini daripada yang datang ke bukit kapur Arosbaya. Terlihat dari deretan mobil hingga bus pariwisata yang memenuhi lahan parkir.

Setelah yakin, kami berangkat menuju bukit kapur Arosbaya. Melewati perkampungan dengan jalan yang sempit tadi. Jika ada mobil di depan bisa dipastikan kami kesulitan bergerak. Tapi karena sudah biasa dikunjungi, makan jalan inipun menjadi satu-satunya akses ke bukit kapur Arosbaya.

Untuk akses jalan ini memang susah. Kalaupun mau dilebarkan sulit karena ngepas banget dengan rumah-rumah warga. Sementara jalannya berliku dan banyak anak kecil bermain.

Saya pikir kalau ada bukit kapur pasti terlihat dari kejauhan. Namun disini tidak. Seperti bukit yang terlindung, tak terlihat dari jalan masuk. Jauh dari keramaian, jauh dari kampung. Ah, faktanya, bukit ini bersebelahan dengan kampung. Warga biasa hilir-mudik di bukit kapur Arosbaya.

Semakin mendekati bukit kapur Arosbaya, jalan semakin menyempit. Kemudian ada tikungan yang tak bisa diduga. Apakah ada kendaraan atau orang didepan sana. Tiba-tiba seorang ibu membunyikan peluit. Priiiit! Sambil berlari men jangkau mobil kami, memberi aba-aba untuk segera maju. Oke, perjalanan aman setelah memberi uang Rp 5.000.

Akhirnya kami tiba juga di bukit kapur Arosbaya. Sepi. Ada makam dan bukit-bukit kapur yang menjulang.

Deretan bebatuan kapur di Arosbaya ini tampak kokoh dan tinggi. Ada yang berbentuk cekungan hingga dinding-dinding bekas tambang. Yang berbeda dengan bukit kapur lainnya adalah warna batuan kapurnya. Disini batu kapur berwarna kemerahan. Mirip warna tanah yang kemerahan. Kadang ada gradasi warna yang membuat bukit ini tampak khas. Bukan putih bersih seperti yang saya lihat selama ini.

Parkir

bukit kapur arosbaya


Sudah memasuki lokasi bukit kapur, kemudian bingung mau parkir dimana. Iya, parkirnya disini saja. Tidak ada tempat parkir khusus. Lha dari lokasi parkir saja kita bisa narsis habis-habisan.

Dari kanan dan kiri parkiran saya bisa menikmati view bukit kapur Arosbaya. Dinding bukit yang tampak rata ini, mungkin bekas penambangan. Ada gurat-gurat persegi membentuk potongan-potongan batu kapur yang biasa dipakai untuk bahan bangunan. Di beberapa dindingnya berwarna hijau lumut hingga menghitam. 

Selain bukit ada danau dengan air yang tampak kehijauan (foto pertama). Menurut warga, air danau ini merupakan sumber mata air. Tapi sayang airnya kotor. Kalau dilihat dari jauh tidak masalah. Foto kita masih tampak natural.


bukit kapur arosbaya


Sayang, tangan-tangan tak bertanggung jawab melukai dinding batuan kapur. Contohnya goresan yang membentuk huruf hingga abstrak. Kalau saja warga tahu, pasti tak akan terima begitu saja. Kejadian seperti ini diluar pengamatan warga. Who knows?

Dari dinding bebatuan ini ada yang membentuk lorong sempit. Yang lebih luas adalah goa. Ini masih harus berjalan kaki lagi. tidak jauh. Hanya saja kita perlu mengeluarkan uang untuk membayar tiket masuk.

Ada kalanya saya merasa Arosbaya ini seperti reruntuhan sebuah bagunan kuno. Kok jadi ngayal gini. Beberapa batuan jatuh dalam sebuah lubang mirip goa. Saya berhenti sampai mulut goa. Bagaimapun menjelajahi wisata alam, saya mesti waspada. Tidak ada yang bisa menjamin keselamatan kita, meski orang-orang mengatakan tidak apa-apa. Tapi demi kebaikan bersama, saya menengok sekeliling, memastikan tidak ada pertanda buruk. Seperti bekas longsoran batu tadi.

bukit kapur arosbaya


Ini baru di area parkir. Pemandangannya saja sudah membuat saya deg-degan karena kagum akan ciptaan Allah, juga karena saya bisa merenungi diri. Sejatinya diri ini lemah, kecil tak ada apa-apanya.

Di area parkir ini ada papan nama sebagai penanda bahwa inilah Bukit Kapur Arosbaya yang eksotis itu. Sayang papan sederhana ini sama sekali tidak mencerminkan seperti apa Arosbaya. Mungkin bisa membuat nama dengan memasang huruf-huruf saja, lebih netral seperti di Bukit Jaddih. Daripada membuat papan dengan tokoh kartun Spongebob dan Mr. Crab.


papan nama arosbaya

Dinding-dinding bebatuan yang kokoh ini ada yang berlubang-lubang. Saya perhatikan ada batuan yang menempel diatas dua dinding. Sempat berpikir kok bisa ya, jadi seperti ini. Padahal batu-batu disini gedhe. Entah karena tangan manusia atau kehendak alam. Yang pasti lubang, maupun batuan yang tumpang tindih ini tetap menghadirkan keindahannya sendiri.

Goa

Bukit kapur Arosbaya ini luas banget. Saya tidak menjelajahi semua tempat karena keterbatasan waktu. Setelah memasuki goa saya dan keluarga memutuskan untuk pulang.

Mendekati jalan menuju goa, ada seorang bapak yang dengan senang hati memandu kami memasuki goa. Menurut penuturannya, di goa ini dilarang memotret dengan kamera. Kalau kamera handphone tidak apa. Ada kasus sejoli yang membuat foto pre wedding disini. Tiba-tiba kameranya pecah sendiri, jatuh terburai.

bukit kapur arosbaya


Aroma mistis mulai berkibar. Bismillah, niat saja hanya berkunjung tidak ada lain karena ingin mengagumi bumiNya. Kami tetap diantar ke dalam goa. Menurutnya goa ini yang paling luas. Jalur masuk dan keluar sama saja. Seperti suasana goa pada umumnya, agak gelap saja.

Karena ini bukit kapur yang masih ditambang, beberapa lubang goa membuat pancaran sinar matahari masuk, memberikan penerangan. Meski telah mendengar cerita mistis tadi, tapi memasuki goa ini rasanya biasa saja. Tumbuhan liar menjalar dari atas goa hingga turun ke bawah, menggantung. Saya bahkan bisa memegangnya.


goa di arosbaya

Lantai goa tidak rata. Tapi jalan tetap nyaman. Sementara itu si bapak menyentuh dinding goa bagian atas. Ada tetes-tetes air dari batuan kapur yang memberikan kesan yang adem. Tidak banyak. “Saya kalau lagi banyak masalah, bingung, saya ambil air ini. Sudah, tenang rasanya,” katanya dengan logat Madura yang kental.

Berada di goa ini tidak seseram goa pada umumnya. Karena ada beberapa lubang cahaya. Besar pula. Suasana memang masih asli. Banyak tumbuhan di dalam goa. Batu-batuan yang menghitam karena faktor alam. Tidak ada yang berubah selama puluhan tahun, mungkin lebih. Kecuali dinding-dinding kapur yang masih ditambang.

goa di arosbaya


Menurutnya, goa ini dulunya sering dijadikan sebagai tempat pertapaan Cakraningat, penguasa Madura. Masih ada hubungannya dengan Aermata yang kerap menjadi jujugan ziarah.

Selama di dalam goa, si bapak inilah yang memotret dengan handphone saya. Saya pasrah ketika dia menyentuh tombol klik dan menyodorkan hasilnya kepada saya. Bukan karena apa, tapi demi menghargainya. Bukankah wilayah ini sudah sangat dikenalnya dengan baik. Terserah kita mau percaya atau tidak dengan semua ceritanya.

Setelah puas berkeliling goa, kami keluar. Beberapa pengunjung mulai berdatangan. Tapi si bapak memerintahkan untuk tidak ribut-ribut di goa. Fotonya bergiliran saja. 

Ketika hendak pulang kami menemukan seorang tukang yang bekerja di bukit kapur ini. Menggali batu kapur kemudian dijualnya. Teknik menggali menggunakan alat seadaanya. Agak heran juga karena zaman sudah maju masih ada yang manual. Kami diajak memasuki lubang. Disini ada linggis, senjata untuk menggali, memotong dan membentuk batu kapur agar rata. Bapak yang menggali batu kapur ini masih kerabat guide kami.

goa di arosbaya


Keluar dari goa, saya mampir di warung. Sekedar mencicipi es degan untuk melegakan dahaga. Per gelas Rp 5.000. Harganya masih wajar. Oh ya, teman-teman bisa membeli rujak Madura dan oleh-oleh disini. Ada kacang, bawang merah goreng dan kerupuk singkong (maaf tidak tahu namanya). Sayangnya tidak ada tester. Kalau ingin mencoba dulu bisa membeli yang bungkusan kecil. Per bungkus Rp 5.000.

Note:

Untuk toilet tidak ada. Semoga segera dilengkapi demi kenyamanan para pengunjung.

Tiket:

Bayar parkir di jalan masuk Rp 5.000

Parkir di lokasi Rp 5.000

Tiket masuk per orang Rp 5.000

Happy traveling!

^_^ 







Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

15 Komentar untuk "Surga Tersembunyi di Arosbaya"

  1. Guratan dan pahatan batu kapur eks penambangan selalu keren ya ...
    Cakep buat foto-foto.

    Lokasinya agak berdekatan dengan bukit Jaddih ya ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Satu kabupaten. Kalau berselang sih nggak. Dari jembatan Suramadu ke Bukit Jaddih ambil arah kiri. Sedangkan bukit Arosbaya kanan.

      Hapus
  2. Wah tempatnya awesome banget ya mbak, masih alami gitu, kayak di luar negri :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau alami, nggak juga. Karena tiap hari ada penambangan.

      Hapus
  3. Sepintas memang seperti runtuhan bangunan di luar negeri-luar negeri sana mbak. Ditambah lagi sama guratan bekas kapur yang ditambang itu. Tapi selama berkunjung disini, apa ya ketemu sama orang-orang yang masih menambang, mbak? Kok sepertinya di foto-foto, kondisinya udah sepi dan murni buat objek wisata aja.

    Setuju itu. Spongebob dan Mr.Crab di papan nama nggak ada hubungannya sama sekali dengan Arosbaya XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ketemunya sama penambang yang manual itu. Disini untuk wisata.

      Hapus
  4. wahhh tempatnya oke banget tuh buat sesi pemotretan euy..
    duhh kemarin ke Madura belum sempat kemana-mana euy.. mesti balik ke Madura lagi nih

    BalasHapus
  5. Tempatnya bagus, untuk tiket masuknya murah juga, tapi ya itu kalau tidak ada toilet saya rasa masih kurang ya, Teh. Semoga kedepan bisa diperbaharui jadi ada. Biar para pengunjung lebih banyak lagi.

    BalasHapus
  6. Bawa anak2 aman ya mbk? Aku agak riskan bawa anak main tempat wisata alam gini. Tahu sendiri kan kalau ada yg berbau mistis gitu, anak2 lebih sensitif.
    Btw tapi beneran bukit kapurnya keren mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aman. Asal selalu dalam pengawasan kita dan nggak macem2.

      Hapus
  7. Cakep tempatnyaa...
    Asyik buat tempat foto2 nih. Trus tiketnya murah meriah pulak. Sukakkk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku terpesona dengan bukit kapurnya yang tinggi.

      Hapus
  8. keren mbak, semoga wisata kapur dituban bisa seperti ini, atau obyek wisata yg masih tersembunyi bisa dimanfaatkan

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel