Belajar Ikhlas Berkurban ala Anak Sekolah
Selasa, 21 Agustus 2018
6 Komentar
Sudah
adakah yang merayakan Idul Adha? Atau menunggu besok, tanggal 22 Agustus 2018?
Berbeda itu hal biasa, bukan untuk dipermasalahkan. Yang penting jalinan
ukhuwah tetap terjaga dengan baik dan damai. Aamiin.
Saya
ingin cerita tentang kegiatan anak-anak saya dalam rangka merayakan Idul Adha.
Tentang belajar berkurban ini anak-anak sudah diajarkan sejak sekolah. Bahkan
sebelum-sebelumnya orang tua sudah mengenalkan apa sih kurban itu.
Dulu,
ketika si sulung masih SMP saya agak kaget ketika diminta iuran untuk membeli
binatang kurban. Kok? Sebagaimana pengetahuan saya yang masih minim saya
memberikan uang sesuai dengan yang diminta dari sekolah.
Namun
ada yang mengganjal, masak anak-anak satu sekolahan disuruh iuran sih untuk
membeli katakanlah satu ekor kambing besar. Apakah tidak ada wali murid atau
guru yang berkurban di sekolahan? Bagaimana kalau ada anak yang tidak mampu
secara ekonomi? Kok semua iuran disamaratakan? Lalu hukumnya bagaimana?
Sependek
yang saya tahu kurban satu ekor kambing atas nama satu orang. Tapi di sekolah
(SMP negeri), tidak memandang si A atau si B, semua dihimbau untuk membayar
iuran kurban. Kecuali yang tidak mampu tadi.
Kemudian
kegiatan seperti ini berlanjut hingga di SMA si sulung. Sama-sama iuran untuk
membeli hewan kurban. Padahal sekolahnya beda. Tapi mungkin sudah biasa
melakukan program keagamaan dengan maksud pembelajaran berkurban.
Kemarin
saya mampir di sebuah lembaga amil zakat. Waktu yang tepat untuk menanyakan
masalah iuran kurban anak-anak sekolah. Ternyata sudah banyak sekolah yang melakukan seperti
ini. Beliau bercerita tentang proses pembelajaran berkurban bagi anak-anak
sekolah. Bukan bermaksud apa, melainkan hanya sebagai pembelajaran saja.
bagaimana seorang anak akan menyisihkan sebagian uang saku atau meminta uang
dari orang tuanya untuk membayar iuran kurban. Meski satu tahun sekali, namun
kegiatan ini mampu membangkitkan semangat berkurban.
Moment
Idul Adha biasanya digunakan sekolah-sekolah untuk menggelar kegiatan berkurban
dan menyalurkan hewan kurban kepada yang berhak. Dimulai dari sholat Idul Adha
di sekolah, kemudian penyembelihan hewan kurban hingga penyalurannya.
Di
sekolah-sekolah pasti ada yang ikut kurban sapi dan kambing. sapi bisa
dilakukan secara patungan 7 orang, sementara kambing untuk perseorangan. Plus kambing
atas nama sekolah. Dengan iuran tersebut bisa menambah jumlah hewan kurban.
Pernah
saya mengunjungi anak ketika masih sekolah di Malang. Waktu itu hari kedua Idul
Adha. Sekolah sedang mengadakan penyembelihan hewan kurban. Masih proses
penyembelihan saja sudah banyak masyarakat yang mengantre dengan membawa kartu.
Semua pintu sekolah ditutup demi kelancaran proses penyembelihan. Setelah daging
dibungkus, barulah satu pintu dibuka. Langsung disambut dengan serbuan
masyarakat.
Meski
ramai, tapi tetap tertib dan tidak heboh. Karena proses penyembelihan dan
pembagian hewan kurban dilakukan secara bergilir, mulai hari pertama hingga
beberapa hari sesudahnya. Jadi ramainya hanya sebentar. Setelah itu sepi.
Jadi,
memang tidak perlu sih ribut tentang iuran hewan kurban. Anak-anak bisa
mengambil pelajaran berharga dalam ibadah kurban, antara lain:
- Belajar ikhlas
- Belajar beshodaqoh dengan harta
- Mengikuti tuntunan nabi Muhammad saw.
- Kurban bukti cinta kepada Allah dan sesama
Allahu
Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahilhamdu.
^_^
Setuju mba. Minimal mereka jadi tau bahwa dalam islam ada yg namanya qurban.
BalasHapusDengan ikut terlibat dalam kegiatan kurban, anak jadi ngerti ya.
Hapusiya mbak sebagai belajar anak dan yang penting ada rasa senang berkurban meski tidak banyak
BalasHapusnanti klo sduah ebsar dan punya uang jadi terbiasa
lagian kadang dagingnya kembali ke mereka ya dimakan bareng2 hehe
Bagian makan-makan itulah yang menarik,hihi..
Hapusdari sd ditempatku sudah ada iuran semacam ini, dan bener emang tujuannya untuk latihan ikhlas, terus disekolah juga guru agama sempetin kasih materi soal hewan qurban dan penyembelihannya. tiap taun begitu, nah pas dewasa udah tau deh kalo mampu memang harus beli 1 kambing sendiri.
BalasHapusDitanamkan sejak kecil ya mba Agi.
Hapus