Pantai Cemara, Primadona Wisata Pantai Warga Tuban


ayunan di pantai cemara


Pagi itu, saya ingin menikmati suasana yang beda. Sehari-hari saya sudah banyak menghabiskan waktu di rumah. Sedangkan akhir pekan adalah waktu yang tepat untuk menikmati suasana di luar rumah alias jalan-jalan. pilihan yang terdekat adalah wisata pantai seperti pantai Boom, Pantai Kelapa dan pantai Cemara.

“Kita cuma butuh diajak pergi aja, kok. Asal jangan di rumah terus.”

Intinya ibu minta piknik. Anak-anak yang tadinya bermalas-malasan di rumah ikut juga. Yang katanya masih mengantuk dan ingin tidur lagi. Banyak deh alasannya.

Tujuan kami tidak jauh. Pantai Cemara. Ya, perjalanan tidak sampai setengah jam dengan mobil. Pagi hari jalanan tidak crowded. Sementara itu saya tiba di lokasi pantai belum ramai juga. 

Pantai Cemara menjadi destinasi wisata warga Tuban maupun luar kota karena murah dan sekarang semakin menarik. Meski yang namanya kurang ini dan itu masih ada. Sudah lebih baik daripada sebelumnya. Semoga saja semakin dikelola dengan lebih baik sehingga pengunjung bisa puas menikmati pantai Cemara.

Pantai Cemara

Pantai ini sebenarnya mirip-miriplah dengan pantai lainnya di kabupaten Tuban. Yang berbeda adalah pohon-pohon cemara yang berderet rapi dan rimbun.  Pohon-pohon cemara berdiri dengan kokoh dan memberikan berbagai manfaat antara lain:

  • Untuk rehabilitasi lahan dan konservasi tanah di pantai berpasir.
  • Menahan angin laut yang kencang.
  • Menjadi tempat berteduh yang nyaman.


bermain pasir di pantai cemara

Untuk parkir juga mudah. Semua kendaraan bisa masuk di lokasi. Entah di tepi pantai atau di depan warung. Bahkan ketika kita ingin sekedar bersepeda saja bisa. Tapi kalau mengayuh sepeda jangan di pasir tepi pantai. Berat. Biar Dilan saja. Eaaa....

Anak-anak yang baru turun dari mobil itu ingin segera main pasir. Benar kan, mereka itu cuma awalnya saja mengaku malas ikut. Tapi kalau sudah melihat pasir, pasti betah.

Tunggu dulu, ada dua tiang dan net ala-ala yang dipasang seadanya. Kemudian ingat kalau di mobi ada tiga raket dan kok. Dua anak dan bapaknya segera saja jingkrak-jingkrak main bulutangkis. Si kakak lawan adik dan bapaknya. Asal tepok-tepok kok saja. Asal tubuh mereka bergerak. Karena yang sering kok tidak bisa melewati net kalau si adik yang lempar. Sementara kalau kakaknya yang lempar kok, si bapak yang menangkis. Haha... permainan dengan anak-anak tidak ada benar dan salah, menang dan kalah, asal main saja dan tertawa.

Saya daripada bengong melihat aksi mereka, memutuskan untuk menyusuri Pantai Cemara. Pintu masuk Pantai Cemara ini banyak ya. Kalau saya dimulai dari pintu masuk samping terminal baru. di semua pintu masuk ini sudah ada beberapa laki-laki penjaganya.


menikmati deburan ombak di pantai cemara


Kalau yang dari samping terminal baru ini biasanya dimanfaatkan pengunjung untuk bermain pasir. Selain itu orang-orang suka berada di tepi pantai sambil merasakan deburan ombak. Karena ini ombaknya lagi tenang, jadi pasirnya terlihat luas. Secara keseluruhan, semua tempat aman untuk bermain pasir. Kalaupun lagi pasang ada peringatan bahwa ombak bisa sampai situ. Ada beberapa papan peringatan untuk pengunjung. Tapi kalau pengawasan terhadap para pengunjung sepertinya tidak ada.

Setelah berjalan ke barat saya menemukan banyak tempat untuk foto-foto selfie. Warung-warung juga semakin rapat. Dilengkapi dengan macam-macam tempat duduk mulai bangku, lesehan dan dipan (semacam tempat tidur dari bambu) hingga ayunan tali. Tapi sebagian besar masih tutup.

ayunan pantai cemara


Saya datang sebelum pukul 07.00. Pengunjung sudah ada namun tidak ramai. Saya lebih suka suasana seperti ini. Jadi masih bebas mau jalan bahkan kalau mau foto-foto tanpa terhalang orang orang yang mondar-mandir.  

Kalau dipikir-pikir, beberapa tempat wisata itu akhirnya mirip-mirip juga. Seperti ayunan yang diletakkan di bibir pantai. Rasanya wow banget gitu. Saya bisa menghadap ke laut sambil berayun-ayun. Sementara ombak kecil-kecil datang dan pergi. Ombak berdesir menyentuh telapak kaki. Buru-buru saya angkat dan berayun pelan.

Sayang banget air laut sedang berbuih. Busa bergelung-gelung seolah menutup lapisan laut. Entahlah, rombongan busa ini berasal dari mana. Sepagi ini sudah banyak sekali. Mungkin sudah ada sejak kemarin atau kemarinnya lagi....

warung pantai cemara


Pantai Cemara sudah banyak berubah. kalau dulu saya main kesini cuma untuk melihat pantai dengan deretan pohon cemara yang bergoyang tertiup angin laut. Sekarang sudah banyak tempat-tempat menarik yang layak dijadikan spot foto.

Demikian juga pengelolaan sampah. Pagi itu sudah ada petugas yang membersihkan area pantai. untuk waktu-waktu tertentu ada kegiatan bersih-bersih sampah di pantai yang dilakukan bersama-sama.

sampah botol


Sedangkan sampah dari pemilik warung di buang di belakangnya. Nanti setelah terkumpul banyak, sampah itu dibakar dan menyisakan abu hitam. Tapi sayang penampakannya masih terlihat dengan jelas dan tersebar di belakang warung-warung. Di pasir pantainya sendiri masih banyak sampah yang berserakan. Mulai dari bungkus snack, botol minuman plastik hingga pecahan botol kaca. Sampah daun hingga ranting dan pohon pisang.

Banyak spot instagrammable

spot love


Seperti sudah menjadi trend, kawasan wisata Pantai Cemara dilengkapi dengan spot selfie. Selain itu, juga untuk menarik pengunjung dan membuat mereka betah. Pantai Cemara memiliki beberapa spot foto andalan seperti:

Gazebo, ayunan, tangga dan spot love

naik tangga di pantai cemara


Fasilitas umum:

Warung makan dan toilet

Kegiatan yang bisa dilakukan selama di pantai:

  • Bermain pasir
  • Bermain layang-layang
  • Bulutangkis
  • Voli pantai
  • Sepak bola
  • Bersepeda
  • Sewa ATV

naik atv


Selain kegiatan diatas ada juga yang belajar mengemudi di pantai. Aduh kalau saya kurang setuju karena disini banyak orang. Iya sih masih pagi belum crowded, tapi orang belajar sebaiknya di lapangan atau tidak di tempat umum yang banyak manusianya hilir-mudik.

Bermain air, berenang juga bisa dilakukan di pantai. Namun saya kurang sreg bermain air disiini karena air laut tidak bening. Di beberapa tempat ada busa dan sampah. Sebagai orang tua wajib untuk mengawasi anak. Jangan sampai lengah sedikitpun meski air laut tenang. Anak-anak itu suka mencoba-coba. Seperti kalau mereka sudah merasa aman, ingin maju lagi. Kemudian kena ombak. Pagi itu memang banyak anak-anak yang bermain air laut dengan di dampingi orang tua. Lainnya ada yang membawa mainan dan mengambil pasir.

Seperti dua anak saya sudah sibuk dengan pasir. Katanya mau membangun jembatan yang panjang. Sayangnya lupa membawa serok dan teman-temannya. Mengeruk pasir pakai tangan saja. Biar kotor nanti bisa dibersihkan. Nah, kalau sudah selesai bisa mencuci tangan di toilet. Untuk satu orang membayar Rp 2.000.

Anak-anak setelah mencuci tangan dan kaki mengeluh kalau bagian tubuh tersebut jadi sedikit lengket. Mungkin airnya beda. Kalau air dekat laut biasanya begitu. Berbeda dengan air pada umumnya.

papan peringatan di pantai cemara


Tiket masuk:

Rp 2.000 per orang.

Tiket masuk tersebut tergolong murah. Karena pengunjung bebas menikmati pantai yang luas ini. Dua anak saya tidak masuk hitungan. Total saya membayar Rp 5.000, untuk empat orang. Saya kurang tahu apakah uang tersebut termasuk tiket parkir atau tidak. Begitu kita masuk lokasi, sudah ada dua petugas di pintu masuk. Petugas menyobek tiket masuk dan menyerahkan dua lembar kepada kami. Dari tiket masuk (karcis masuk) itu saya baru tahu kalau pantai Cemara ini dikelola oleh Pemerintah desa Sugihwaras, kecamatan Jenu, kabupaten Tuban.

Harga tersebut berlaku saat saya berkunjung waktu itu. Entah kalau besok ada perubahan harga. Karena semuanya juga kembali kepada pihak pengelola dan fasilitas yang didapatkan pengunjung.

Beberapa waktu lalu ketika pantai Cemara belum berbenah, saya mesti membayar lebih mahal, Rp. 10.000. Saya merasa terlalu mahal untuk ukuran wisata pantai tanpa fasilitas yang layak. Bukankah cuma melihat hamparan laut dan bermain pasir?

gubug gazebo pantai cemara


Namun sekarang sudah banyak berubah. Spot foto tentunya menarik para pengunjung untuk mengabadikan moment di pantai Cemara. Selain itu pertumbuhan warung semakin banyak. Praktis mulai masuk dari timur hingga keluar lewat pintu sebelah barat, berjejer warung-warung. Rata-rata menjual makanan dan minuman yang hampir sama.

Saya sengaja membawa nasi bungkus yang saya beli di warung langganan. Rencananya sih mau makan-makan di mobil saja. Tapi melihat banyak tempat lesehan yang kosong, saya ingin memakai saja. Toh, pemiliknya tidak ada. Warung belum buka.

Sayang banget, tempat seperti ini penuh pasir dan rontokan daun dan ranting. Ada satu, dua warung di dekat saya yang sudah siap sepagi ini. Si penjualnya sengaja buka warung lebih pagi, sekitar pukul 06.00 ketika akhir pekan atau hari libur. Karena di waktu tersebut lebih banyak pengunjung daripada hari-hari biasa.

Saya memilih duduk di tempat lesehan warung saja. Tikar sudah disapu, meski yang namanya pasir masih ada selama angin bertiup. Namun tidak separah tikar di warung yang masih tutup.

Saya memesan dua kelapa muda utuh. Khusus saya tidak minum dingin. Tapi anak-anak itu mau yang dingin. Akhirnya saya pesankan es batu di gelas mereka. Harga satu kelapa muda Rp 15.000.

Saya senang bisa mendapatkan kelapa muda yang benar-benar muda. Karena kalau di tempat wisata segala sesuatu kadang tidak sesuai dengan harapan. Apalagi soal harga. Tapi so far kelapa mudanya pas. Muda banget juga tidak. Jadi pas. Daging kelapa bisa dikerok dengan sendok. Teksturnya kenyal dan rasanya gurih.

Selesai makan ada orang yang menjajakan ikan asap. Orang disini menyebutnya iwak panggang. Kata si ibu penjual, setiap akhir pekan berjualan keliling pantai. Dengan cara seperti ini dagangannya cepat laku. Tadi sudah menawarkan ikan di depan warung sebelah. Kemudian kesini, menawarkan ikan kepada saya.

belanja ikan asap


Saya niat tidak mau membeli. Tapi ikan-ikan itu seolah sedang memanggil saya. Oke, saya lihat-lihat dulu dan berlanjut dengan tawar- menawar. Niatpun berubah. Saya membeli 4 ikan asap dengan harga per ekornya Rp 10.000. Yang besar Rp 20.000.

Saya minta diskon lima ribu, tapi si ibu menolak. Ya sudah beli empat ekor saja, tanpa diskon. Eh, dia bilang kalau beli Rp 50.000 dapat enam ekor. Saya.... cuma bisa geleng-geleng kepala. Kemudian saya membayar 50 ribu dan dapat 6 ekor ikan.

Tadi saya sudah percaya kalau dagangan si bakul ikan tinggal sebakul yang dibawa itu. Namun dalam perjalanan pulang saya melihat masih ada dua keranjang penuh dengan ikan asap. Wow... sementara di bakul masih mondar-mandir menjajakan ikan dengan diboncengkan motor.

Tips bermain di pantai:

  • Pilih waktu pagi atau sore hari.
  • Membawa baju ganti, peralatan bermain atau olah raga.
  • Pilih tempat yang bersih, minimal tidak di tempat tumpukan sampah.
  • Sedia snack dan air minum.
  • Jangan lupa pakai sun block ya.

mural di pantai cemara


Pagi itu cuaca tidak cerah alias mendung. Langit kelabu, angin semilir dan ombak yang cenderung santai. Sampai pulang cuaca belum juga cerah. Ya sudah, foto-foto kami jadinya seperti ini.

Puas bermain dan perut sudah kenyang adalah saat yang tepat untuk pulang. Bye...

Happy traveling!

^_^










Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

6 Komentar untuk "Pantai Cemara, Primadona Wisata Pantai Warga Tuban"

  1. Pantainya flat yah mba. asik untuk bermain pasir. Ikut prihatin dengan pengelolaan sampah dan limbah yang belum maksimal

    BalasHapus
  2. Mba...sama kayak aku...pengennya klo akhir pekan itu keluar rumah...bosan tiap hari di rumah mlulu...masak masakan sendiri terus..

    Tp ya itu...kadang2 pak suami capek, anak2 pengen di rumah... Aku bljr stir biar bisa nggantiin klo suami capek...eh, giliran aku berani pegang stir..suami masih ragu...akses untuk nengasah ketrampilan terbatas.. ah malah curhat

    Btw, murah banget ya tiket masuk ke pantai cemara. Di jogja jg ada, pantai gua cemara tapi namanya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tetap semangat mbak. Kalau bisa nyetir kan bisa gantikan sama suami juga.

      Hapus
  3. Oh, ada juga nama pantai Cemara di Tuban, Jawa Timur ...
    Di Yogya juga ada nama pantai Cemara, kak.

    Sama seperti kak Nur, kalo ke suatu lokasi liburan aku lebih suka saat suasana belum terlalu ramai suasananya, jadi terasa lebih leluasa gitu ..., mau cuek lari-larian di pantai juga ngga ada yang ngelihatin 😁

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel