5 Warung Legendaris di Tuban
Senin, 26 November 2018
16 Komentar
Saya
menyebutnya warung legedaris karena warung-warung ini telah ada sejak saya
remaja. Bahkan ada yang sudah berdiri sejak 25 tahun yang lalu. Sampai sekarang
masih bertahan dengan menjaga rasa dan tempat yang sama. Kalau sama persis, ya
tidak. Karena untuk tempat makan pasti butuh perawatan dan renovasi meski tak
berubah drastis.
Warung-warung
ini masih bertahan karena mereka memiliki pelanggan setia dan juga pelanggan
baru. Kalau saya termasuk pelanggan setia atau bukan ya? Untuk makan di luar,
biasanya di akhir pekan. Sehari-hari saya lebih suka memasak sendiri di rumah. Makan
di luar untuk selingan saja.
Warung
makan berikut ini saya pilih karena saya beberapa kali mampir untuk makan di
tempat atau dibawa pulang dalam dua bulan terakhir ini. Jadi saya memiliki stok
foto yang mendukung tulisan ini. Beberapa foto sudah pernah saya upload di instagram dan google maps. Begitu saya butuhkan saya bisa mengambilnya untuk bahan tulisan ini. Daripada saya ngubek-ubek stok foto, bisa bikin sakit kepala.
1. Bakso Cak Mukti
Bakso
Cak Mukti ini mulai saya kenal sejak SMA. Saya sekolah di SMAN 1 Tuban yang tak
jauh dari warung Cak Mukti. Anak-anak sekolahan sering nongkrong di warung ini.
Yang mau ulang tahun, kongkow-kongkow, pedekate, atau sekedar ketemu mentraktir
teman satu geng, biasanya memilih warung ini. Karena lokasinya dekat, begitu
pulang sekolah langsung cuss ngebakso ditemani es degan yang segar.
Warung
baksonya biasa saja. Masuk warung, kita langsung memlih bangku kayu dengan meja
panjang. Di atas meja ada camilan seperti macam-macam gorengan, lontong,
minuman, saus dan sambal. Begitu kita memesan, tak lama kemudian, bakso dan es
degan siap di diantar di meja kita.
Lokasi
Jl. WR.Supratman Tuban
2. Sate Ayam Blora
Sampai
sekarang, sate ayam Blora ini favorit saya. Yang menarik adalah bumbu
kacangnya. Berbeda dengan sate ayam lainnya, bumbu kacang ini merupakan
perpaduan rasa gurih, manis dan pedas. Bumbu kacang diolah dengan halus,
sehingga tidak rasa kacang bercampur dengan bumbu-bumbu.
Sate
ayam Blora menggunakan ayam kampung sehingga harganya mahal. Tapi itu sebanding
dengan rasanya yang saya dapatkan. Cara membakar sate masih menggunakan kipas. Butuh
waktu untuk menghasilkan sate dengan tingkat kematangan yang pas namun tidak
keras ataupun gosong.
Sampai
saat ini sate ayam Blora masih mempertahankan daun jati untuk membungkus sate. Setelah
daun jati, kemudian dilapisi daun pisang sehingga bumbu tidak bocor. Jangan khawatir
buat penyuka pedas. Kita masih mendapatkan sambal segar. Kalau tidak ingin
dicampur, sambal akan ditaruh secara terpisah.
Cara
menikmati sate ayam Blora bisa dengan nasi putih atau lontong. Mau makan
ditempat juga bisa. Tapi saya selalu membawa pulang dan makan bersama keluarga
di rumah.
Lokasi:
Jl. AKBP Suroko Tuban
3. Tahu Lontong
Disebut
tahu lontong karena makanan ini terdiri dari tahu dan lontong. Selain kedua
bahan dasar tersebut ada bumbu kacang yaitu bawang putih, kacang tanah yang
sudah digoreng, cabe, garam. Sayur yang dipakai adalah taoge dan daun bawang.
Untuk
menikmati tahu lontong ini, kita cukup membayar Rp 10.000. kadang penjualnya
menggunakan daun jati tapi kadang juga tidak. saya lebih suka dengan pemakaian
daun jati terasa begitu alami. Lontong yang sudah diiris, ditaruh di daun jati,
kemudian tahu goreng, taoge, daun bawang, disiram dengan bumbu kacang yang
diuleg saat kita pesan, kecap manis cap Laron dan terakhir adalah perasan jeruk
nipis. Oh ya, lontongnya buatan sendiri.
Tahu
lontong ini paling pas dengan lidah saya. Entah bagaimana, rasa bumbunya begitu
khas, segar dan tetap menggoda. Untuk tingkat kepedasan, kita bisa memesan
sesuai dengan keinginan, tidak pedas, sedang dan pedas.
Warung
tahu lontong ini kecil dan sempit. Agak memanjang. Kalau ramai bisa-bisa kita
megantre di luar. Ada bangku dari kayu yang bisa digunakan pelanggan yang makan
di tempat. Tapi saya selalu pesan untuk dibawa pulang saja.
Lokasi:
Jl. Lukman Hakim Tuban
4. Nasi Kebuli
Dulu
almarhum ibu suka memasak. Termasuk membuat nasi kebuli. Masakannya enak, dan
selalu bikin kangen. Kalau anak-anak sedang berkumpul, ibu pasti memasak yang
enak-enak. Sekarang kalau kangen nasi kebuli saya bisa membelinya di warung Bang
Amat.
Harga
nasi kebuli per porsi Rp 10.000, terdiri dari nasi kebuli, daging kambing, acar
mentimun dan sambal goreng kentang. Aroma nasi kebuli begitu khas. Soal rasa,
tidak perlu ragu. Enak, rempah-rempahnya terasa hingga butiran nasi terakhir. Nasi kebuli dibungkus dengan kertas koran yang
dilapisi daun pisang. Porsinya termasuk sedikit.
Untuk
nasi kebuli ini tersedia di hari Selasa, Kamis dan Minggu. Selain nasi kebuli
ada gulai kambing. Setiap hari warung ini menghabiskan satu ekor kambing. Hari
Minggu bisa dua ekor karena banyaknya permintaan pelanggan.
Sebaiknya
kalau kesini, pagi sekitar pukul 05.30, saat belum ramai. Tapi tidak mesti. Saya
pernah jam segitu sudah banyak yang pesan bungkus. Sekali pesan bisa 3 bungkus
bahkan lebih. Terbayang juga kalau mengantre lama.
Lokasi:
Jl Pemuda Tuban (depan toko Mutiara Ilmu)
5. Warung Jaya Ni’mat
Jika
ingin menikmati menu prasmanan tapi tak ingin jauh-jauh dari kota, bisa mampir
di warung Jaya Ni’mat. Warung ini sudah berdiri sejak 25 tahun lalu. Saat ini
dikelola oleh anaknya. Racikan bumbu masih mempertahankan resep dari orang tua.
Warung
prasmanan, begitulah si mbak yang meminta saya mengambil sendiri makanan. Pernah
sekali makan di tempat. Tapi saya lebih sering membungkus saja untuk makan di
rumah bersama keluarga.
Menu
paling saya suka adalah urap dan ayam panggang. Bumbu ayam panggang ini meresap
hingga daging ayam. Pedas, manis menjadi paduan yang pas. Selain itu ada garang
asem ikan. Jenis ikannya tidak selalu ikan manyung, kadang juga ikan lain. Rasanya
pedas, asin, khas masakan orang pesisir.
Lokasi:
jl. Diponegoro Tuban
Sebenarnya
kalau warung legendaris masih banyak lagi. Ada sate kambing Sapuan, ayam bakar
Bektiharjo, becek menthok, dsb. Sekali lagi, warung makan legendaris dan
favorit ini adalah versi saya.
Buat
teman-teman yang sedang di Tuban, bisa loh mampir di warung-warung tersebut dan
nikmati masakannya yang khas.
#BPN30dayChallenge2018
#bloggerperempuan
#day7
^_^
Tahu lontongnya kayaknya enak banget.
BalasHapusBanget.
Hapusitu tahu lontongnya pakai daun jati ya? kayak nasi jamblang dong
BalasHapusIya, daun jati.
Hapuspasti harum makanan yang dilapisi daun. harumnya tercium jauuuh….hehehe.
BalasHapusthank you for sharing
Harum aroma daun.
HapusTernyata di Tuban banyak kuliner yang enak-enak ya. saya penasaran sama tahu lontong, sepertinya manyus.
BalasHapusoya, di Tuban sepertinya daun jati banyak digunakan untuk bungkus makanan ya. kalau di kampung saya biasa masyarakat pakai daun pisang untuk bungkus membungkus makanan :)
Masih ada warung yang membungkus dengan daun jati. Tapi tidak banyak sih.
HapusPenasaran makan tahu lontong pakai daun jati...pastinya maknyess ya berasa damai seperti di masa lalu, dekat dengan alam :) Sama seperti menikmati nasi jamblang Cirebon, daun jati nya ini yang bikin beda
BalasHapusAku jadi penasaran dengan nasi Jamblang Cirebon.
HapusMakanan khas daerah gini yg selalu aku incar kalo sdg jalan ke manapun mba :). Untungnya lidahku termasuj yg seneng nyobain makanan baru. Makin unik, aku makin semangat biasanya. Tahu lontong ama satenya tuh yg aku pgn banget :)
BalasHapusBeruntungnya mba Fanny, suka dengan makanan baru. Aku masih mikir2 mbak.
HapusTahu lontong favoritku di Jl. Ronggolawe sama perempatan karang waru ke utara mbak.. Enak ^^ Makanan yang lain belum pernah nyoba.. Sate sama nasi kebulinya bikin penasaran..
BalasHapusKemarin pas nulis mau masukkin beberapa warung di Tuban juga, kayak becek mentok sama belut cemplon, tapi ternyata bahan yang didapat area Lamongan sudah cukup..
Tahu lontong yang kutulis ini lokasinya kalau dari perempatan Karangwaru,ke Utara. Ini sudah ada sejak aku kecil.
HapusWah unik ya mbaz ngebakso pake lontong , belum pernah nyoba, kalo pake sate mah sering :)
BalasHapusIya, jadi makin kenyang pakai lontong.
Hapus