5 Warung Legendaris di Tuban

kuliner legendaris di Tuban


Saya menyebutnya warung legedaris karena warung-warung ini telah ada sejak saya remaja. Bahkan ada yang sudah berdiri sejak 25 tahun yang lalu. Sampai sekarang masih bertahan dengan menjaga rasa dan tempat yang sama. Kalau sama persis, ya tidak. Karena untuk tempat makan pasti butuh perawatan dan renovasi meski tak berubah drastis.

Warung-warung ini masih bertahan karena mereka memiliki pelanggan setia dan juga pelanggan baru. Kalau saya termasuk pelanggan setia atau bukan ya? Untuk makan di luar, biasanya di akhir pekan. Sehari-hari saya lebih suka memasak sendiri di rumah. Makan di luar untuk selingan saja.  

Warung makan berikut ini saya pilih karena saya beberapa kali mampir untuk makan di tempat atau dibawa pulang dalam dua bulan terakhir ini. Jadi saya memiliki stok foto yang mendukung tulisan ini. Beberapa foto sudah pernah saya upload di instagram dan google maps. Begitu saya butuhkan saya bisa mengambilnya untuk bahan tulisan ini. Daripada saya ngubek-ubek stok foto, bisa bikin sakit kepala.

1. Bakso Cak Mukti

bakso cak mukti



Bakso Cak Mukti ini mulai saya kenal sejak SMA. Saya sekolah di SMAN 1 Tuban yang tak jauh dari warung Cak Mukti. Anak-anak sekolahan sering nongkrong di warung ini. Yang mau ulang tahun, kongkow-kongkow, pedekate, atau sekedar ketemu mentraktir teman satu geng, biasanya memilih warung ini. Karena lokasinya dekat, begitu pulang sekolah langsung cuss ngebakso ditemani es degan yang segar.

Warung baksonya biasa saja. Masuk warung, kita  langsung memlih bangku kayu dengan meja panjang. Di atas meja ada camilan seperti macam-macam gorengan, lontong, minuman, saus dan sambal. Begitu kita memesan, tak lama kemudian, bakso dan es degan siap di diantar di meja kita.

Lokasi Jl. WR.Supratman Tuban

2. Sate Ayam Blora


sate ayam blora


Sampai sekarang, sate ayam Blora ini favorit saya. Yang menarik adalah bumbu kacangnya. Berbeda dengan sate ayam lainnya, bumbu kacang ini merupakan perpaduan rasa gurih, manis dan pedas. Bumbu kacang diolah dengan halus, sehingga tidak rasa kacang bercampur dengan bumbu-bumbu.

Sate ayam Blora menggunakan ayam kampung sehingga harganya mahal. Tapi itu sebanding dengan rasanya yang saya dapatkan. Cara membakar sate masih menggunakan kipas. Butuh waktu untuk menghasilkan sate dengan tingkat kematangan yang pas namun tidak keras ataupun gosong.

sate ayam blora


Sampai saat ini sate ayam Blora masih mempertahankan daun jati untuk membungkus sate. Setelah daun jati, kemudian dilapisi daun pisang sehingga bumbu tidak bocor. Jangan khawatir buat penyuka pedas. Kita masih mendapatkan sambal segar. Kalau tidak ingin dicampur, sambal akan ditaruh secara terpisah.

Cara menikmati sate ayam Blora bisa dengan nasi putih atau lontong. Mau makan ditempat juga bisa. Tapi saya selalu membawa pulang dan makan bersama keluarga di rumah.

Lokasi: Jl. AKBP Suroko Tuban

3. Tahu Lontong

tahu lontong


Disebut tahu lontong karena makanan ini terdiri dari tahu dan lontong. Selain kedua bahan dasar tersebut ada bumbu kacang yaitu bawang putih, kacang tanah yang sudah digoreng, cabe, garam. Sayur yang dipakai adalah taoge dan daun bawang.

Untuk menikmati tahu lontong ini, kita cukup membayar Rp 10.000. kadang penjualnya menggunakan daun jati tapi kadang juga tidak. saya lebih suka dengan pemakaian daun jati terasa begitu alami. Lontong yang sudah diiris, ditaruh di daun jati, kemudian tahu goreng, taoge, daun bawang, disiram dengan bumbu kacang yang diuleg saat kita pesan, kecap manis cap Laron dan terakhir adalah perasan jeruk nipis. Oh ya, lontongnya buatan sendiri.

Tahu lontong ini paling pas dengan lidah saya. Entah bagaimana, rasa bumbunya begitu khas, segar dan tetap menggoda. Untuk tingkat kepedasan, kita bisa memesan sesuai dengan keinginan, tidak pedas, sedang dan pedas.

Warung tahu lontong ini kecil dan sempit. Agak memanjang. Kalau ramai bisa-bisa kita megantre di luar. Ada bangku dari kayu yang bisa digunakan pelanggan yang makan di tempat. Tapi saya selalu pesan untuk dibawa pulang saja.

Lokasi: Jl. Lukman Hakim Tuban

4. Nasi Kebuli

nasi kebuli


Dulu almarhum ibu suka memasak. Termasuk membuat nasi kebuli. Masakannya enak, dan selalu bikin kangen. Kalau anak-anak sedang berkumpul, ibu pasti memasak yang enak-enak. Sekarang kalau kangen nasi kebuli saya bisa membelinya di warung Bang Amat.

Harga nasi kebuli per porsi Rp 10.000, terdiri dari nasi kebuli, daging kambing, acar mentimun dan sambal goreng kentang. Aroma nasi kebuli begitu khas. Soal rasa, tidak perlu ragu. Enak, rempah-rempahnya terasa hingga butiran nasi terakhir.  Nasi kebuli dibungkus dengan kertas koran yang dilapisi daun pisang. Porsinya termasuk sedikit.

Untuk nasi kebuli ini tersedia di hari Selasa, Kamis dan Minggu. Selain nasi kebuli ada gulai kambing. Setiap hari warung ini menghabiskan satu ekor kambing. Hari Minggu bisa dua ekor karena banyaknya permintaan pelanggan.

Sebaiknya kalau kesini, pagi sekitar pukul 05.30, saat belum ramai. Tapi tidak mesti. Saya pernah jam segitu sudah banyak yang pesan bungkus. Sekali pesan bisa 3 bungkus bahkan lebih. Terbayang juga kalau mengantre lama.

Lokasi: Jl Pemuda Tuban (depan toko Mutiara Ilmu)

5. Warung Jaya Ni’mat

warung jaya ni'mat


Jika ingin menikmati menu prasmanan tapi tak ingin jauh-jauh dari kota, bisa mampir di warung Jaya Ni’mat. Warung ini sudah berdiri sejak 25 tahun lalu. Saat ini dikelola oleh anaknya. Racikan bumbu masih mempertahankan resep dari orang tua.

Warung prasmanan, begitulah si mbak yang meminta saya mengambil sendiri makanan. Pernah sekali makan di tempat. Tapi saya lebih sering membungkus saja untuk makan di rumah bersama keluarga.

Menu paling saya suka adalah urap dan ayam panggang. Bumbu ayam panggang ini meresap hingga daging ayam. Pedas, manis menjadi paduan yang pas. Selain itu ada garang asem ikan. Jenis ikannya tidak selalu ikan manyung, kadang juga ikan lain. Rasanya pedas, asin, khas masakan orang pesisir.

Lokasi: jl. Diponegoro Tuban

Sebenarnya kalau warung legendaris masih banyak lagi. Ada sate kambing Sapuan, ayam bakar Bektiharjo, becek menthok, dsb. Sekali lagi, warung makan legendaris dan favorit ini adalah versi saya.

Buat teman-teman yang sedang di Tuban, bisa loh mampir di warung-warung tersebut dan nikmati masakannya yang khas.

#BPN30dayChallenge2018

#bloggerperempuan

#day7

^_^

Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

16 Komentar untuk "5 Warung Legendaris di Tuban"

  1. Tahu lontongnya kayaknya enak banget.

    BalasHapus
  2. itu tahu lontongnya pakai daun jati ya? kayak nasi jamblang dong

    BalasHapus
  3. pasti harum makanan yang dilapisi daun. harumnya tercium jauuuh….hehehe.
    thank you for sharing

    BalasHapus
  4. Ternyata di Tuban banyak kuliner yang enak-enak ya. saya penasaran sama tahu lontong, sepertinya manyus.
    oya, di Tuban sepertinya daun jati banyak digunakan untuk bungkus makanan ya. kalau di kampung saya biasa masyarakat pakai daun pisang untuk bungkus membungkus makanan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih ada warung yang membungkus dengan daun jati. Tapi tidak banyak sih.

      Hapus
  5. Penasaran makan tahu lontong pakai daun jati...pastinya maknyess ya berasa damai seperti di masa lalu, dekat dengan alam :) Sama seperti menikmati nasi jamblang Cirebon, daun jati nya ini yang bikin beda

    BalasHapus
  6. Makanan khas daerah gini yg selalu aku incar kalo sdg jalan ke manapun mba :). Untungnya lidahku termasuj yg seneng nyobain makanan baru. Makin unik, aku makin semangat biasanya. Tahu lontong ama satenya tuh yg aku pgn banget :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beruntungnya mba Fanny, suka dengan makanan baru. Aku masih mikir2 mbak.

      Hapus
  7. Tahu lontong favoritku di Jl. Ronggolawe sama perempatan karang waru ke utara mbak.. Enak ^^ Makanan yang lain belum pernah nyoba.. Sate sama nasi kebulinya bikin penasaran..

    Kemarin pas nulis mau masukkin beberapa warung di Tuban juga, kayak becek mentok sama belut cemplon, tapi ternyata bahan yang didapat area Lamongan sudah cukup..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tahu lontong yang kutulis ini lokasinya kalau dari perempatan Karangwaru,ke Utara. Ini sudah ada sejak aku kecil.

      Hapus
  8. Wah unik ya mbaz ngebakso pake lontong , belum pernah nyoba, kalo pake sate mah sering :)

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel