Bandeng Bakar Pak Elan 1, Gresik
Jumat, 16 November 2018
4 Komentar
Akhirnya,
saya diajak pak suami menikmati menu ikan bandeng di rumah makan Pak Elan. Sejak
suami dinas di Gresik, saya sudah berkali-kali mengajukan proposal (ciyee...)
buat makan di rumah makan ini. Mengapa? Alasannya sederhana teman-teman. Karena
rumah makan pak Elan itu ngehits! Rumah makan ini biasa dipakai jujugan
orang-orang yang ingin menikmati kuliner khas Gresik.
Kalau
ditanya sebaiknya makan di rumah makan yang mana? Asal tahu saja kalau rumah
makan Pak Elan itu ada tiga, yaitu Pak Elan 1, Pak Elan 2 dan rumah makan Pak
Elan yang berada di belakang rumah makan Pak Elan 1. Entah kalau ada lagi,
boleh kasih tahu saya ya! Ini agak membingungkan karena namanya sama semua tapi
saya tidak mau bersusah payah mencari info terlebih dahulu.
Karena
penasaran saya tanya dong kepada mas pelayan yang baik hati dan ramah. Memangnya
semua milik satu orang atau saudara atau keluarga atau bagaimana? Ya, kan saya
tidak tahu. Barangkali bisa dibikin franschise gitu. Ternyata, rumah makan Pak
Elan yang berada dibelakang rumah makan Pak Elan 1 itu berbeda kepemilikan. Si mas
pelayan tidak mau bercerita lebih lanjut. Yo wis, mas, terima kasih.
Saya
manut saja, mau yang pak Elan berapa, monggo. Asal bisa mencicipi menu bandeng.
Entah menunya apa yang penting ada bandeng. Ya kan, jauh-jauh dari Tuban ke
Gresik masak saya mencari menu lain.
Pagi
itu sekitar pukul 08.00 mobil berhenti di rumah makan Pak Elan 1. Agak ragu
ketika tiba di parkiran sepi. Apalagi suasana di rumah makan sama sekali tak
terlihat dari luar. Pintu tertutup rapat karena ruangan berAC. Bangunan rumah
makan biasa saja, bahkan terkesan sudah berumur lama.
Suami
masuk ke rumah makan Pak Elan dan memastikan bahwa rumah makan sudah buka.
Ssst... di pintunya sudah ada tulisan BUKA dan saya masih tidak percaya kalau
sudah BUKA. Maafkan saya kalau begitu.
Masih
sepi atau memang bukan jam makan. Cuma kami yang datang. Lalu memilih bangku. Si
mas pelayan segera menghampiri kami dan menyapa, “Mau makan sini atau bungkus?”
“Makan
sini,” jawab saya kemudian memesan menu. Suami yang sudah pernah mampir disini,
menawarkan bandeng goreng saja. Tidak! Kalau bandeng goreng, saya kan sudah
sering makan. Maka, saya memesan bandeng bakar.
Ternyata
selama saya makan, ada beberapa pembeli yang bungkus bandeng. Makanya, tadi
saya lihat banyak tumpukan kotak untuk bandeng. Hmm... saya tergoda untuk
bungkus bandeng buat d rumah, tapi sudahlah, makan saja dulu.
Sambil
menunggu makanan datang, mas pelayan membawa hidangan pembuka yaitu sate
kerang, pepes telur ikan dan sambal kecap. Dalam hati saya pengen gorengan
saja. Jujur saya agak ragu untuk makan kerang. Saya pernah trauma makan kerang
yang rasanya diluar ekspektasi. Sejak itu saya tidak pernah makan kerang
kecuali memasak sendiri.
Tapi
rasa penasaran mengalahkan segalanya. Kerang berwarna hitam itu pasti cocok
dengan sambal kecap. Saya ambil satu tusuk sate dan menggigit satu kerang, hap....
Ehm... sate kerang ini rasanya gurih dan manis. Sekarang gantian, sate kerang
dicocol ke sambal kecap. Manis. Lebih banyak rasa manisnya daripada pedas.
Bagaimana
dengan pepes telur ikan? Seperti pepes pada umumnya, pepes ini ukurannya kecil
tapi padat isinya. Telur ikan sudah menjadi kesatuan yang utuh ketika daun
pisang pembungkusnya saya buka. Rasanya gurih dan tidak pedas. Kalau pepes
tidak perlu dicocol ke sambal kecap, kecuali kalian ingin mencobanya.
Sate
sudah habis, makanan baru datang. Lalu minumannya mana? Dari tadi saya sudah
makan-makan dan belum ada minumannya. Takut seret di tenggorokan. Untung tidak
pedas, jadi tidak urgent banget dengan air minum. Tapi tetap ya habis makan
kudu minum walaupun seteguk. Eh, kurang ya.
Sejak
tadi saya penasaran dengan penampakan bandeng bakar. Tara... bandengnya dibakar
begitu saja. Tidak ada rasa pedas, manis, cuma gurih dari rasa asli bandeng. Tapi
beneran yang namanya bandeng sesuai dengan pesanan, tidak ada durinya dan
empuk.
Saya
berkali-kali bertanya kepada suami, “Apakah menunya memang seperti ini? Mana
sambalnya? Tidak adakah sambal yang berwarna merah seperti biasanya kita makan
ikan bakar?”
Apakah
saya yang terlalu tinggi ekspektasinya atau lidah saya yang salah? Atau memang
ciri khasnya seperti ini... Setiap satu piring nasi didampingi dengan satu
lepek sambal kecap. Sambalnya semua sama. Tidak ada sambal lainnya.
Selain
menu bandeng, kita bisa memesan menu lain seperti tahu telur. Untuk tahu telur
ini porsinya sedikit. Sepiring sih tidak penuh. Tahunya diiris kecil-kecil
kemudian digoreng dalam telur. Begitu saja. Tidak ada bumbu kacang. Rasa tahu
telur gurih. Cuma saya bingung ini makannya bagaimana. Apakah langsung disantap
atau dicocol sambal kecap. Ehm... sebenarnya yang pesan tahu telur adalah si anak tengah. Kemudian dia tidak mau ya karena tidak ada bumbu kacang. Tidak ada
pedas-pedasnya yang bikin selera makan meningkat dratis. Ya sudah, tahu telurnya
dimakan bersama saja. Dicocol dengan sambal kecap juga oke.
Kalau
ingin makan sayur disini tersedia sayur asam dan urap. Kalau sayur asam ini
saya makan sendiri karena porsinya tidak banyak. Lagipula saya suka makan
sayur, meski rasanya plain, tidak masalah.
Di
rumah makan Pak Elan ini saya menemukan minuman legen. Aduh kalau bicara legen
pikiran saya langsung ke Tuban. Di daerah saya itu legen mudah ditemukan, baik
yang asli maupun tidak. Saya hanya membeli di tempat tertentu, tidak pernah
sekalipun mencoba membeli selain di Tuban.
Sewaktu
pesan minuman, suami mengajak pesan legen satu bumbung (wadah dari bambu). Saya menolak
karena tidak biasa saja membeli legen di tempat selain daerah sendiri. Saya
memilih teh hangat saja. Eh ternyata, legennya enak. Sama seperti legen di
daerah saya. Hampir saja saya menghabiskan es legen suami yang segar banget. “Kenapa
nggak pesen sendiri aja?” protesnya.
Minumannya
lebih menarik daripada minuman saya.
Jadi,
menu yang saya pesan di sini rasanya
sama semua. Tapi saya suka kerangnya. Masalah makan itu tidak bisa disamakan
dengan selera orang lain. Ada kalanya kalau saya merasa kurang sreg tapi orang
lain suka ya biasa saja, deh.
Jam
buka:
Pukul
07.00-19.00
Semua
menu bandeng disini harganya Rp 58.000. Kerang 5 tusuk Rp 15.000. Sayur per porsi Rp 10.000. Sementara nasi putih Rp 7.000 per porsi.
Entah bagaimana saya merasa harga nasi putih disini kok mahal ya. Lainnya sih masih
wajar. Sementara tahu telur ini Rp 15,000. Cuma tahu telur ya, tidak ada sayur
apalagi bumbunya.
Note:
Harga tersebut pada waktu saya berkunjung dan sewaktu-waktu bisa berubah.
Note:
Harga tersebut pada waktu saya berkunjung dan sewaktu-waktu bisa berubah.
^_^
Hmmm, aku td expect bakal enak banget, dgn sambal pedas, tp sepertinya cm B aja ya mba :D. Bingung juga kenapa ga pake sambel bandengnya. Aku pikir td bakal msh ada durinya,krn kliatn utuh. Serius yaa durinya udh dicabutin semua? Aku biasanya ga makan bandeng kecuali udh di presto. Tau sendiri duri bandeng mah sampe keselip di dagin ikannya. Trauma, aku pernah ketelan durinya yg agaj gede dan sakit banget.
BalasHapusBandengnya gak ada durinya mbak Fan. Aman. Anakku yang takut makan bandeng jadi mau makan. Akupun kalau makan bandeng paling yang dipresto.
HapusDekat rumah ini rumah makan bandneg pak elan I. Rumahku dekat sama pasar Sidomoro mabk, kalau nggak salah sampeyan pernah hunting takjil disana.
BalasHapusSejak dibuka rumah bamakn bandeng pak elan 2, yang 1 jadinya sepi karena ya itu, lokasi parkirnya sedikit. Ayoooo lah kopdar sama aku klo pas ke Gresik. oooo pak suami lagi ditugaskan di gresik.
Iya, yang Pak Elan 1 sepi. Entah kalau lagi jam makan siang.
Hapus