Darurat Membaca, Apakah Anak Anda Termasuk Disini?
Rabu, 10 April 2019
4 Komentar
Kemarin
saya mengambil rapor anak. Pada kesempatan tersebut, saya memiliki banyak waktu
untuk curhat dengan wali kelas. Meski curhat, kami fokus pada pengembangan diri
dan penilaian pelajaran di sekolah. Saya maupun ustadzah tetap ingin mendukung
anak.
Yang
menjadi keluhan setelah terima rapor, saya jadi mengerti kemampuan anak. Sayangnya
ada hal-hal yang mesti dibenahi. Memaksimalkan kemampuan, passion dan
pengalaman si anak memang penting. Namun alangkah baiknya dengan menyeimbangkan
nilai-nilai di rapor.
Ustadzah
menceritakan bahwa akhir-akhir ini nilai anak saya menurun. Saya tidak tahu-menahu
masalah ini karena si anak tidak memberitahu. Tapi saya tidak mau memaksa anak
untuk berterus-terang. Karena “wilayah” nilai adalah hal yang absurd. Lho?
Angka tidak selama mencerminkan kemampuan anak. Masih banyak skill anak yang bisa dieksplorasi untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan kemampuan.
Angka tidak selama mencerminkan kemampuan anak. Masih banyak skill anak yang bisa dieksplorasi untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan kemampuan.
Bagaimanapun
nilai rapor masih penting. Karena dengan nilai tersebut guru, anak dan orang
tua tahu kemampuan. Nilai menjadi tolok ukur yang tak bisa dipisahkan dari
sistem pendidikan.
Untuk
mendapatkan nilai yang bagus, secara umum anak harus belajar, mengerti dan bisa
mengerjakan soal-soal ujian dengan baik. Bagaimana kalau remidi? Tetap
melakukan ujian, dua kali karena yang nilai pertama tidak sesuai dengan harapan
sekolah.
Masalahnya
kalau anak tidak suka belajar, bagaimana bisa mengerti pelajaran yang bakal
diujikan? Okelah kalau nilai-nilai praktiknya bagus. Tapi tetap tidak bisa
disamakan dengan penilaian teori. Di sekolah anak saya ini menggunakan dua
penilaian, yaitu praktik dan teori.
Bagi
anak-anak yang suka praktik, cenderung kesulitan memahami buku-buku pelajaran
sekolah yang full teori. Tapi mau bagaimana lagi?
Wali
kelas anak saya memahami hal ini. Tapi tetap nilai pelajaran harus diusahakan
minimal tidak diambang batas. Satu-satunya cara adalah dengan belajar. Suka tidak
suka belajar dengan cara membaca itu akan membantu perkembangan anak di
sekolah.
Darurat membaca
Bukan
anak saya saja yang mengalami kesulitan belajar. Teman-temannya suka mengeluh
dengan kemampuan membaca yang minim. Kesulitan itu tercipta karena si anak
tidak mau. Tidak mau itu karena tidak suka. Selama tidak bisa kompromi rasa tak
suka dengan pelajaran sekolah, selama itu akan merasa kesulitan.
Untuk
anak seperti ini, cara belajarnya dengan membuat alat peraga agar mudah
dipahami. Kalau hanya sekedar membaca, susah dan mudah lupa. Atau dengan
melihat channel youtube kemudian praktik di lapangan.
Namun, si
anak lebih suka praktik untuk menemukan “sesuatu”. Itupun pakai trial and error
berkali-kali. Okelah, Thomas Alfa Edison melakukan percobaan 999 kali untuk
menemukan bola lampu. Tapi di zaman sekarang, saya yakin dengan membaca, anak
juga bisa menemukan dan melengkapi teori yang ada.
Membaca dapat membangun kemampuan berpikir kritis dan logis. Sayangnya, hal ini masih saja sulit dilakukan. Saya sendiri sudah pernah meminta sekolah untuk membuat program membaca. Sayang responnya kurang. Kalau orang tua ingin anaknya mampu menganalisa suatu masalah dengan membaca, ya harus usaha sendiri.
Saat ini membaca tidak melulu dengan teks dari buku. Ada banyak cara untuk membaca. Meski anak-anak zaman now terbiasa dengan bacaan singkat semacam pesan whatsapps dan status di media sosial, kemampuan membaca dan memahami bacaan tetap dibutuhkan.
Toh,
nanti soal-soal ujian juga diambil dari buku-buku pelajaran sekolah. Entah
kalau sistem pendidikan sekolah secara umum akan berganti ke praktik saja. Mungkin
anak saya akan bersorak-sorak gembira.
Anyway, doa terbaik kepada anak-anak agar menjadi sholih, bermanfaat ilmunya dan penyejuk hati orang tua.
Anyway, doa terbaik kepada anak-anak agar menjadi sholih, bermanfaat ilmunya dan penyejuk hati orang tua.
^_^
Duh... susah bu kalo anak udah keranjinga gajet
BalasHapusJadi males kalau sudah mainan gadget.
HapusSemangat ya mbak, kalau menurun di semester ini semoga semester berikutnya ada peningkatan. Semoga ananda juga nanti menemukan metoda yang tepat untuk belajar ^^
BalasHapusAamiin.
Hapus