Jatuh Terduduk, Tulang Ekor Nyeri. Segera Lakukan Pertolongan Ini!
Rabu, 29 Mei 2019
6 Komentar
Halo
teman-teman. Alhamdulillah saya bisa update blog setelah seminggu kosong.
Semoga teman-teman dalam keadaan baik, sehat dan bahagia.
Sebulan yang lalu saya terpeleset di dapur. Kelihatannya sepele. Terpeleset air galon karena anak menuang air dengan sembrono. Dua anak dalam keadaan emosi. Ah, drama anak-anak seperti itu, bertengkar, rukun, bertengkar, rukun lagi.
Kejadiannya
cukup cepat. Tiba-tiba saya terpeleset dan jatuh di lantai. Saya merasa cukup keras menabrak lantai.
Bruk!!!
Tahu-tahu
saya sudah jatuh terlentang. Saya yang tadinya berjalan ke arah barat, eh jatuh
terlentang ke arah selatan. Di dekat saya adalah rak piring, gelas, dan
peralatan memasak lainnya. Alhamdulillah. Saya bersyukur, meski menabrak rak
namun tidak keras. Jadi rak hanya berguncang sedikit.
Setelah
saya jatuh, anak kedua saya segera menghampiri. Mengulurkan tangan. Namun, saya
masih shock, lemas dan tak berdaya.
Sepersekian menit akhirnya saya bisa mengatur nafas. Dengan masih menahan rasa
sakit di area tulang belakang (pantat hingga punggung) dan kepala, saya meraih
tangan si anak. Kemudian saya ditarik untuk bangun. Selanjutnya disuruh
berdiri. Lagi-lagi saya tak sanggup.
Anak
saya segera memberikan air minum. Saya meneguk beberapa kali. Kemudian berusaha
untuk bangun dengan bantuannya. Sayapun berjalan ke kamar dan tiduran.
Esoknya
saya banyak istirahat. Meski masih terbayang saat saya jatuh, namun saya
memutuskan untuk banyak istirahat karena masih terasa sakitnya. Terutama bagian
tulang ekor.
Seminggu
kemudian atas saran teman, saya berangkat ke laboratorium Populer untuk rontgen
tulang ekor. Hasilnya bisa saya dapatkan hari itu juga karena ada teman yang
bekerja disana dan berbaik hati untuk mengurusnya. Jujur, saya tidak bisa membaca
hasilnya.
Saya
meminta teman (orang medis) untuk mencari tahu hasil rontgen. Sampai
disini saya mulai resah. Katanya ada
tulang ekor yang patah. Aduh bagaimana ini?
Esoknya
saya periksa di poli orthopedi di RSUD R. Koesma. Dokter melihat hasil rontgen
dan benar saja, ada tulang ekor yang patah. Tapi kecil dan tidak membahayakan
jiwa. Cuma kondisi ini cukup mengganggu.
Nyeri tulang ekor
Keluhan
saya pada waktu itu adalah tulang ekor yang terasa nyeri. Apalagi kalau saya
sedang duduk. Jadi tidak bisa bertahan lama dan tidak nyaman juga. Fisik saya
juga menurun. Yang awalnya bisa mondar-mandir naik motor kemana-mana, jadi
terbatas. Saya mengurangi banyak aktivitas agar bisa sembuh.
Secara
rutin saya mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan oleh dokter. Kalau masih
nyeri, saya boleh kontrol lagi.
Yang perlu
diperhatikan ketika nyeri tulang ekor
* Kompres
dengan es batu
Kompres
bagian yang nyeri dengan es batu. Begitu kita jatuh dan ada yang nyeri, segera
berikan pertolongan awal. Caranya: es
batu dibungkus dengan kain kemudian ditempelkan di bagian yang sakit. Begitu
terus hingga rasa nyeri berkurang. Tidak ada dosis yang pasti. Bisa tiga kali
atau lebih. Begitu terasa nyeri bisa langsung dikompres.
Untuk
mengompres dengan es batu itu harus
dengan kain. Jangan sampai es batu langsung ditempelkan ke kulit kita. Hasilnya
tidak baik.
* Jangan
dipijat
Pijat
tidak meredakan semua rasa sakit. Mungkin pada waktu itu bisa. Namun tidak
seluruhnya bisa menyembuhkan. Nanti saya bahas lagi masalah pijat dan kegalauan
saya.
* Periksa
ke dokter
Jika
rasa nyeri tidak kunjung berkurang, bahkan sebaliknya semakin menjadi-jadi,
segera saja periksa ke dokter. Sehingga semakin cepat penanganannya semakin
baik.
* Gunakan
bantal ketika duduk di tempat yang keras
Saya
memakai bantal leher untuk duduk di kursi atau bangku yang keras. Bahkan ketika
naik mobil dan motor saya juga memakai bantal. Dengan memakai bantal tulang
ekor saya terlindungi. Bahkan ketika naik motor, dan melewati guncangan entah
polisi tidur atau jalan tak rata, bantal ini membuat tulang ekor saya terasa
lebih aman. Seperti ada tumpuan yang empuk.
Gara-gara
membawa bantal dan memakainya untuk duduk, ada orang yang menganggap saya
sedang sakit ambein.
Selama
sebulan ini saya sudah tiga kali periksa ke dokter orthopedi. Sampai saat saya
menulis ini, masih ada rasa nyeri namun sudah berkurang. Masalah nyeri ini
awalnya cuma di bagian tulang ekor, namun kemudian menjalar ke pinggang bagian
kanan, merebet ke kiri hingga atasnya lagi yaitu sebagian punggung.
Kalau
kumat sakitnya bukan main. Saya elus-elus, sambil meringis, menangis. Obat
pereda nyeri sepertinya tidak cukup ampuh menghalau rasa nyeri ini. Terutama di
malam hari ketika tubuh hendak istirahat. Baru terasa semua aktivitas pagi
sampai malam menyisakan rasa nyeri yang mendera.
Saya
ambil es batu dan mulai mengompres. Begitu terus sampai reda. Sayang, reda
sebentar saja. Tapi karena saya sudah capek akhirmya bisa tidur juga.
Memang
dokter mengatakan tidak membahayakan jiwa, namun rasa nyeri yang sering datang
tiba-tiba itu sungguh membuat saya stress. Rutinitas jadi terganggu. Saya tidak
lagi mampu melakukan pekerjaan rumah seperti biasa. Kadang saya merasa mampu,
tapi ketika rasa nyeri menyerang, saya tak berdaya. Mau bagaimana lagi?
Obat oles pereda nyeri
Sebelum
saya periksa ke dokter, saya memakai obat oles yang dijual di pasaran untuk
meredakan nyeri. Sehari bisa saya pakai berkali-kali. Namun dokter yang saya
temui pertama kali mengatakan obat oles pereda nyeri yang dijual dipasaran tidak ada gunanya. Karena yang sakit
tulangnya kenapa kulitnya yang dioles obat nyeri. Jadi lebih baik mengkonsumsi
obat pereda nyeri. Pengobatan dilakukan dari dalam lebih efektif untuk mengurangi
nyeri.
Sekali
lagi, saya mengangguk dan patuh saja ketika dokter menjelaskan panjang kali
lebar tentang kasus saya.
Ibaratnya
ada tulang yang patah, masa sih langsung bisa sehat seperti sedia kala. Biarpun
ini kecil, tetap saja yang namanya patah itu bikin sakit. Kata dokter, dari
rumah sakit tidak ada tindakan. Karena kasus ini memang sepele tapi sungguh
menyakitkan. Jadi kalau melihat orang sakit (patah tulang) lebih berat dari
saya, ya seperti itu juga proses pemulihan saya.
“Masak
habis patah tulang, besok sudah bisa jalan. Pasti ada proses untuk belajar
jalan. Pakai penyangga hingga akhirnya benar-benar bisa jalan,” kata dokter membuat perumpamaan.
Kemudian
saya datang ke poli untuk kedua kalinya dan dokternya ternyata beda. Saya
dikasih obat oles pereda nyeri. Hasilnya... tidak cukup ampuh mengusir nyeri.
Selain
obat-obat tersebut, saya memakai obat pereda nyeri berupa spray yang dijual di
toko obat Cina. Nama obatnya Dewi Bulan dengan aroma seperti param kocok.
Anak-anak bilang, baunya tidak enak. Ah, biarkan saja! Rasanya panas,
sepersekian menit, rasa nyeri hilang. Tapi cuma sebentar. Kemudian kembali ke
asalnya. Kalau sakit sekali, saya bisa menggunakan berkali-kali.
Periksa ke dokter
orthopedi untuk ketiga kalinya
Karena
sebulan ini tidak banyak perubahan, saya berusaha keras untuk berobat. Pada
dokter ini, saya tunjukkan hasil rontgen dan diberikan resep obat. Pertanyaan
yang sama setiap kali dokter memberikan resep, “Punya sakit maag?”
Saya jawab, “Iya.”
Seperti
dokter-dokter lainnya, saya diberikan obat sekaligus obat maag. Mungkin ada
yang bingung seperti saya. Kenapa saya tidak sedang sakit diberikan obat maag?
Kalau
kemarin saya pasrah saja. Sekarang saya tanya dokternya. Obat maag ini
berfungsi untuk mengurangi asam lambung. Karena semua obat nyeri itu asam.
Kemungkinan besar akan menambah asam lambung saya. Sebagai pencegahannya saya harus mengkonsumsi
obat maag ketika minum obat pereda nyeri.
Rasa
nyeri yang berbahaya itu ketika sudah menjalar ke kaki. Ini bisa menyebabkan kelumpuhan. Jadi kemungkinan karena
ada saraf kejepit. Kalau seperti itu harus dilakukan tindakan. Tapi karena saya
tidak seperti itu, maka saya kudu sabar menunggu sembuh.
Senam untuk
melenturkan otot
Sebenarnya
saya penasaran dengan rasa nyeri di pinggang. Harusnya yang sakit tulang ekor
ya tulang ekor saja. Tidak usah sampai kemana-mana. Maklumlah saya orang awam!
Dokter
mengatakan bahwa penyebab nyeri bisa karena memar di dalam. Jadi bukan
tulangnya saja yang sakit, otot-otot disekitarnya juga sakit. Kemudian dokter
lainnya mengatakan bahwa ototnya ketarik. Sehingga keras, kaku dan menyakitkan.
Untuk
mengurangi rasa sakit, selain obat yang harus diminum dan obat oles, saya
disarankan untuk senam. Akhir-akhir ini saya jalan kaki sebentar saja sudah
sakit pinggang. Bagaimana saya bisa senam?
Ternyata
senam yang dimaksud ini sederhana. Gerakannya bisa dilakukan sambil duduk.
Kemudian membungkuk ke depan dan belakang, menyamping ke kanan dan ke kiri.
Masing-masing 5 kali. Diulang-ulang saja setiap hari.
Pijat dan pengobatan
alternatif lain
Selama
sakit ini saya sering menceritakan kepada teman-teman dekat, kerabat dan
orang-orang yang saya temui. Sebagian besar menyarankan untuk segera pijat
saja. Bahkan ada yang mengatakan untuk tidak usah terlalu percaya kepada
dokter. Pijat lebih ampuh daripada menunggu proses pengobatan dari dokter yang
tak kunjung ada hasilnya.
Ada
juga yang menyarankan untuk berhati-hati memilih tukang pijat. Harus
benar-benar yang bisa menyembuhkan patah tulang yaitu di sangkal putung. Selain
itu ada yang menyarankan untuk periksa ke dokter saraf, terapi di rumah sakit,
akupuntur, kalung, gelang magnet dan terapi lainnya.
Dari
berkali-kali ngobrol dengan orang-orang, ndilalah
saya bertemu dengan kerabat yang juga mengalami sakit serupa. Saya katakan
serupa, karena rasa nyeri yang timbul akibat jatuh terduduk itu tidak hanya di
tulang ekor, namun sampai di pinggang dan punggung. Dia sudah berobat dan masih
sakit. Kemudian pijat dan masih sakit.
Minggu lalu saya ngobrol santai dengan seorang
wanita yang sedang menunggu pasien dokter gigi. Sambil ngobrol saya katakan bahwa
saya habis jatuh. Kemudian obrolan kami semakin hangat karena dia juga pernah
mengalami kejadian serupa. Jatuh terpeleset. Kemudian pijat dan hasilnya tidak
memuaskan bahkan sampai operasi.
Entahlah.
Saya bukannya anti pijat. Bukan! Tapi pengetahuan saya sangat terbatas. Saya pernah
pijat urut sehabis jatuh dari motor. Sampai berbulan-bulan tangan saya masih
ngilu terutama ketika sedang mengangkat sesuatu. Butuh berkali-kali pijat
hingga bisa sembuh.
Nah,
kali ini saya galau. Takut salah mengambil keputusan dan berakibat fatal. Meski
ada juga orang yang pijat sampai beberapa kali dan sembuh.
On progress
Sekarang,
masalah nyeri tulang ekor sudah mulai reda. Namun saya masih memakai bantal
leher untuk duduk di tempat keras. Atau kalau terpaksa duduk, tidak apa, saya
hanya sebentar saja. Saya berusaha mengukur kemampuan saja agar tidak
menambah rasa sakit.
Kata dokter, ini sudah termasuk ada perkembangan lebih baik.
Namun
nyeri pinggang hingga punggung ketika saya beraktivitas masih saja mengganggu.
Saya tidak bisa berlama-lama memasak di dapur. Mau mencuci piring saja saya
harus tahu diri. Sekiranya mulai pegal dan kaku, saya harus menyudahinya. Kalau
diteruskan bisa nyeri sekali.
Lebih
baik banyak istirahat dan mengoleskan obat pereda nyeri atau mengompres dengan es batu.
Demikian juga ketika duduk. Saya tidak sanggup berlama-lama entah itu mau
mengaji, menulis di depan laptop atau membaca buku.
Jatuh terduduk, terpeleset kelihatannya
sepele. Namun kalau tidak segera ditangani bisa mengganggu
kesehatan juga. Saya harus percaya, sekecil apapun perubahannya adalah proses
menuju sembuh.
Teman-teman
yang memiliki kisah seperti saya boleh sharing di kolom komentar ya. Terima
kasih.
^_^
Gambar pertama : islamindonesia
Gambar pertama : islamindonesia
Dulu pernah bercandaan tarik kursi, ternyata pas jatuh terduduk efeknya ngeri juga. Ckckck
BalasHapusNgeri sekali.
HapusWaduh mba saya pikir kemana karena belum ada update menulis lagi, ternyata habis jatuh. Semoga cepat sembuh mba, memang kalau jatuh seperti itu sangat bahaya, mungkin bisa di perbanyak minum susu supaya cepat memulihkan tulang dengan kalsiumnya. Soal param kocok, saya setuju dengan anak mba, saya pun juga ngga terlalu suka sama baunya hehehe.
BalasHapusTerima kasih mas.
HapusSaya pernah juga seperti itu. Saya rutin konsumsi makanan yg mengandung kalsium, seperti brokoli dll, lalu rutin mengkonsumsi kolang kaling, juga vitamin B complex. Kemudian saya senam di kolam renang hampir tiap hari, terapi infrared, kompres dingin siang hari lalu kompres hangat malam hari, rutin pakai minyak kutus di telapak kaki, area punggung kebawah, dan kaki bagian belakang.
BalasHapusWah saya bulan lalu habis kepleset jatuh duduk jg. Mau ke dokter tapi takut 😢
BalasHapus