Ayam Panggang Tirtomoyo 3 (Bektiharjo), Legendaris dan Tradisional



ayam panggang

Assalamualaikum,

Rumah makan ini dulunya berada di kawasan pemandian Bektiharjo. Orang Tuban menyebut Bektharjo dengan Mbeti. Pasti tahulah kalau orang asli Tuban, pemandian itu satu-satunya yang ada di Tuban. Dulu, ya terkenal banget. Pokoknya jadi andalan yang ingin sekedar berendam maupun benar-benar berenang. Kalau sekarang sudah banyak pemandian. Banyak pilihan dan banyaklah fasilitasnya.


Siang yang terik. Saya lupa-lupa ingat dengan rumah makan Tirtomoyo. Halaman parkir yang berpaving, lebih rapi dan nyaman untuk kendaraan roda dua maupun roda empat. Jauh berbeda dengan beberapa tahun silam. Ketika masih benar-benar tanah dan banyak pohon-pohon di sekitarnya.



rumah makan ayam panggang tirtomoyo 3

Sepi. Iya, siang itu tak ada satupun pelanggan yang datang. Padahal hari Minggu. Tak ada kendaraan selain mobil pemiliknya yang diparkir tepat di samping rumah makan dalam keadaan adem dan tentram. Sampai suami saya ragu-ragu, “Jangan-jangan bukan disini tempatnya.”

Dimana lagi kalau bukan disini. Sedikit ke selatan adalah pemandian Bektiharjo. Untuk masuk jalannya saja pasti kami ditarik karcis. Tidak ada tempat makan yang legendaris lagi selain disini.


rumah makan ayam panggang tirtomoyo 3

Baiklah, kami masuk rumah makan. Seorang wanita menyapa kami dengan ramah. Kemudian menanyakan menu yang akan kami pesan. Segera saja saya katakan ayam panggang yang menjadi andalan rumah makan ini. Saya ingatnya cuma satu menu ini. Ternyata tidak! Ada ayam goreng. Tapi porsinya setengah ekor. Kalau anak kita tidak mau menu ayam panggang bisa memesan ayam goreng.

Dari tempat makan ini, saya bisa melihat dapurnya yang luas. Karena pintu di ruang tengah terbuka, jadi aktivitas memasak bisa terlihat oleh pelanggan, meski tidak banyak. Ada dua tungku yang menyala. Satu  dandang besar yang biasa digunakan untuk memasak nasi oleh orang desa. Wajah dandang menghitam karena asap kayu bakar. Satu lagi entah apa.

ayam panggang tirtomoyo 3


Menurut penuturan si mbak, semua menu makanan dimasak dengan menggunakan kayu bakar. Jadi masih mempertahankan sisi tradisionalnya. Mendadak saya khawatir. Apa kabar pesanan saya? butuh berapa lama untuk memanggang satu ekor ayam?

Daripada bete, saya jalan-jalan saja di dalam rumah makan. Ruangan ini dibiarkan setengah terbuka dengan angin sepoi-sepoi yang kita anggap sebagai AC alami. Dinding hanya di bagian bawah sampai keatas separo saja. Pemadangan yang ada adalah jalan raya, dan suasana desa yang tidak begitu ndeso. Ya, kan rumah-rumah di desa sekarang sudah banyak yang bagus-bangus.

Kondisi bangunan rumah makan masih tampak seperti dulu. Tempat makan menggunakan meja panjang dan kursi-kursi dari bahan plastik yang warnanya hijau, senada dengan alas meja. Di meja itu tersedia air minum kemasan, sedotan, tissue, asbak dan tusuk gigi. Dinding dicat hijau lebih muda dan segar. Rak-rak minuman bersoda mengingatkan saja akan warung-warung yang saya temukan di masa kecil.

aneka kerupuk


Mata saya mencari-cari, barangkali ada camilan untuk menghabiskan waktu menunggu ini. Ya, kerupuk. Sepertinya kerupuk cocok untuk menemani siang kami disini.

Pandangan saya tertuju pada tumpukan toples besar kerupuk dan lainnya. Saya bertanya kerupuk apa saja yang ada di dalam toples besar. Ada kerupuk udang dan kerupuk ikan tengiri. Lainnya ada peyek, kacang, melinjo dan usus goreng. Saya mengambil satu bungkus kerupuk udang. Ternyata satu bungkus isinya sedikit. Berbeda dengan kerupuk tengiri yang ukurannya lebih besar.

Belum sempat saya makan kerupuk, pesanan saya datang. Ah, tidak selama yang saya bayangkan. Minuman kami adalah teh dan jeruk. Untuk minuman ini dibuat di depan dapur. Tempatnya kecil, diantara ruang makan dan dapur.

Kemudian disusul dengan ayam panggang satu piring. Karena ditumpuk, jadi tampak kecil dan sedikit. Nyatanya cukup untuk satu keluarga. Ah, untungnya ayam panggang ini tidak butuh waktu yangs uper lama. Meski prosesnya tradisional, tapi tidak bikin jenuh yang menunggu. Semoga saja demikian, baik ketika ramai pelanggan maupun tidak.

ayam panggang tirtomoyo 3


Ayam panggang disini sepertinya sudah disiapkan oleh penjualnya. Ayam sudah matang. Jadi ketika ada yang datang membeli, tinggal menghangatkan sebentar.

Ayam panggang di rumah makan Tirtomoyo terdiri dari satu ekor ayam panggang yang sudah dipotong-potong, irisan mentimun, sambal kecap,  urap dan satu bakul nasi. 

Ayam panggang ini ukurannya sedang plus jeroannya seperti hati dan ampela. Jeroan ini dibikin sate. Beberapa bagian ayam juga ditusuk dengan lidi. Mungkin ya untuk memudahkan proses pemanggangan. Tekstur ayamnya empuk dan bumbunya meresap sampai daging ayamnya berwarna kecoklatan.

Untuk sayuran yaitu urap, satu piring. Rasanya tidak pedas dan cenderung manis. Sedangkan sambal kecapnya aduhai.... enak banget. Sambal ini perpaduan antara kecap lokal, cabe, kacang dan irisan bawang merah. Rasanya manis, pedas dan gurih. Pas banget.

ayam panggang tirtomoyo 3


Anak-anak makan dengan lahap. Setelah makan masih ada yang tersissa, yaitu sambal kecap. Sambalnya memang banyak. Ditaruh di mangkuk. Kira-kira setengah mangkuk. Tadi saya bagi sambalnya menjadi dua bagian, satu masih di mangkuk dan satu lagi di piring. Sehingga saya, suami dan anak-anak tidak kejauhan ketika mencocol sambal. Tidak saling tarik-menarik mangkuk sambal. Favorit banget sambal kecap ini.

Meski 4 orang sudah menikmati sambal, tetap saja ada sisanya. Kalau si bungsu tidak begitu suka sambal. Paling cuma dicelup sedikit sekali, diujung ayamnya, takut kepedasan. Cukup kami berempat saja yang ngos-ngosan antara pengen makan sambal lagi dan kehabisan makanan untuk cocolan.

Meski sambalnya pedas, tapi eman kalau tidak dihabiskan. Tapi masak sambal mau dibawa pulang.... Mau nambah makanannya, kok kita sudah kenyang. Akhirnya kerupuk yang belum termakan tadi dimakan ramai-ramai. Kerupuk dicelupkan ke dalam sambal kecap.

Untuk lima porsi makan, saya harus membayar Rp 186.000. Sudah termasuk satu bungkus kerupuk udang. Menurut saya, harga ini diatas rata-rata. Tapi untuk rumah makan yang berada diluar kota Tuban dan berani pasang harga segini, pastilah sudah memiliki banyak pelanggan. Terbukti rumah makan ini mampu bertahan selama berpuluh-puluh tahun.

sambal kecap, urap sayur


Kalau kita pesan ayam panggang, pasti dikasih ayam panggang, urap, sambal kecap dan timun. Meski di depan tadi ada tulisan menu, saya baru paham kalau disini juga menjual ayam goreng. Karena ada pelanggan yang anaknya tidak mau makan ayam panggang. Akhirnya si ibu memesan ayam goreng.

Untuk menikmati menu ayam panggang, sebaiknya membawa rombongan. Minimal mengajak keluarga. Menurut saya disini porsinya besar. Masak enak makan sendiri. Apalagi tempatnya bukan di kota. Meski hari libur, suasana tetap lenggang. Kecuali kalau ada acara komunitas.

Di hari libur, rumah makan Tirtomoyo 3 tetap buka. Si ibu pemiliknya mengatakan jarang sekali tutup. Bahkan di hari raya saja masih buka. Saya hanya bisa melongo. Tahu begitu, bisa mengajak keluarga makan-makan disini, ya.

Note:

Di Tuban ada 3 rumah makan Tirtomoyo. Bukan franchise, melainkan milik perseorangan. Pemiliknya masih saudara semuanya. Secara rasa dan tekstur ayam panggang semua yang bernama Tirtomoyo sama. Khas banget itu bumbu ayam panggangnya. Ini membedakan dengan rumah makan lainnya. Pedas manisnya orang Tuban banget.

Jam buka:

Pukul 07.00-18.00

Alamat:

Bektiharjo, Semanding, Tuban

No telpon:

085852574748

^_^





Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

1 Komentar untuk "Ayam Panggang Tirtomoyo 3 (Bektiharjo), Legendaris dan Tradisional"

  1. Puas banget makan ayam utuh segitu. Biasanya rumah makan legendaris ini memang terkenal resepnya yang juara turun temurun. Bikin ngiler.

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel