5 Kegiatan Agar Lebih Produktif di Rumah
Selasa, 27 Agustus 2019
2 Komentar
Beberapa
hari ini saya ikut suami yang dinas di Gresik. Sebenarnya sudah hampir sebulan.
Cuma saya juga bolak-balik pulang kampung. Anak-anak tinggal bersama bapak
saya. Selama di Gresik itulah saya hanya berdua dengan suami. Mungkin mirip
pengantin baru, yang memiliki banyak quality time bersama pasangannya.
Mengingat
awal pernikahan dulu juga seperti ini. Ikut suami tinggal di rumah petak. Seharian
saya bengong saja di rumah. Sesekali saya main ke rumah tetangga-tetangga. Alhamdulillah
mereka baik semua. Tahu kalau saya pengantin baru dan tidak punya kegiatan
apapun selama menunggu suami pulang kerja, mereka selalu menyambut hangat
kehadiran saya. Ada tetangga Betawi itu yang menganggap saya seperti anaknya
sendiri. Sering mengantarkan makanan karena
saya tidak pandai memasak. Ada juga tetangga orang Padang yang suka menengok ke
rumah, khawatir terjadi apa-apa selama saya di rumah. (Waktu itu saya hamil
muda, sering sakit). Masyaaallah... saya terharu mengenang semua ini.
Meski
tidak pandai memasak, tapi skill standar seperti masak nasi, mie dan telur,
tahu dan tempe pasti bisa, dong. Nah, kadang pengen memasak, kok nanggung ya. Makan
bersama suami cuma pagi dan malam saja. Siangnya dia makan di kantor. Akhirnya
sering membeli saja. Toh, makan di warung tidaklah mahal.
Berbeda
dengan awal menikah dulu, disini saya selalu makan bersama suami karena jarak
kantor dan rumah dinas dekat. Pada jam istirahat, dia pulang sebentar. Kemudian
balik lagi.
Warung
makan hanya seperlemparan kerikil, karena dekatnya. Ditambah toko kue, jajanan
kaki lima, toko baju dan tas dari yang non
branded sampai yang branded yang
menjamur. Minimarket, tinggal buka pintu rumah sudah terlihat dengan sangat-sangat
nyata. Pasar dan supermarket yang tidak sampai 5 menit ditempuh dengan jalan
kaki. Tiap kesini, panjatkan doa yang kuat sambil elus-elus dompet.
Dalam
fase seperti ini saya membayangkan ketika saya dan suami masih dikasih usia,
sementara anak-anak sudah dewasa. Cuma berdua di rumah. Pasti banyak waktu
luang yang bisa digunakan untuk hal-hal positif. Kadang saya berpikir apakah
tidak membosankan jika berada di rumah tanpa huru-hara anak-anak? Apakah saya
bisa menikmati waktu tersebut dengan nyaman?
Saya
ingin mempersiapkan jika waktu itu tiba....
Selama
di Gresik, saya menghabiskan waktu untuk menjalani terapi di sebuah rumah
sakit. Kemudian ikut kegiatan Darma Wanita di kantor suami. Selebihnya saya
berada di rumah, mengetik dan membaca. Malam hari, kadang saya diajak untuk
mencicipi kuliner Gresik. Saya merasa masih memiliki waktu luang yang rasanya
cukup membosankan.
Karena
tidak ada “tetangga”, sosialisasi jadi kurang. Secara fisik ada tetangga rumah,
penghuninya juga. Lha, bangunan-bangunan disini berdekatan. Rumah dinas, berada
di kampung. Tapi posisinya tidak berada di pemukiman pada umumnya. (Karena satu
dan lain hal tidak bisa menceritakan dengan detail)
Pengen
memasak, mencoba resep-resep baru seperti ketika saya sedang berada di rumah, tapi
kemudian suami mengatakan tidak perlu. Ya, ada benarnya juga. Karena memasak
juga butuh waktu dan tenaga, sementara saya hampir setiap hari berkunjung ke
rumah sakit. Itu butuh waktu sekitar 3-4 jam lebih. Kadang 2 kali bolak-balik ke rumah sakit
karena antrean yang mengular.
Beberapa
ide sudah muncul untuk membunuh waktu yang membosankan saat kami makin menua
nanti, seperti dengan memulai bisnis, hobi dan berkomunitas. Setelah tidak ada
balita, saya merasa lebih banyak memiliki waktu. Saat itulah saya bisa
menikmati me time yang menyenangkan. Misalnya
untuk baca novel sampai puas bahkan bisa pergi ke salon, main ke rumah teman
dengan tenang. Setelah me time yang menyenangkan ini jadi semangat buat aktivitas lainnya.
5
kegiatan untuk agar lebih produktif di rumah
- Melakukan hobi
- Memulai bisnis rumahan
- Me time
- Berkomunitas
- Belajar
Belajar
ini penafsirannya luas. Misal dengan
ikut seminar, kursus online untuk meningkatkan skill yang mendukung bisnis dan
hobi. Beberapa kali saya ikut kursus menulis online, food photography, dsb. Saya
senang dan ini berguna banget.
Selain
belajar seperti diatas, saya masih belajar mengaji. Inginnya seumur hidup bisa
belajar mengaji. Karena dari kelompok mengaji tersebut, saya mendapat semangat
untuk menjalani kehidupan lebih baik, saling mengingatkan dan mendoakan dalam
kebaikan.
Yeah,
menua itu pasti. Meskipun segala daya dan upaya dilakukan untuk menolak, tetap
saja usia tidak bisa berbohong. Pada waktu itu saya ingin waktu yang tersisa
tetap bermanfaat. Setidaknya saya tak ingin mengeluh bosan begini dan begitu. Tapi
yah, namanya manusia diciptakan dengan berbagai masalah dan keluhan...
So, bagaimanapun masalah datang dan menghantam, manusia harus siap dengan segala kemampuannya. Tak terkecuali ketika saya berada di fase ini dan selanjutnya.
Terima
kasih sudah membaca postingan curhat nano-nano....
^_^
huhuhu, mengapa ya, orang yang gemar bersosialisasi selalu diberi tantangan diam di rumah, sementara orang yang lebih suka online kayak saya diberi tantangan ngerjakan pekerjaan rumah yang ga ada habisnya hahaha.
BalasHapusKalau saya malah kadang saat capek banget, berpikir, kalau anak-anak udah gede, kira-kira saya kangen ga ya masa gini?
Soalnya saya memang orangnya lebih suka bekerja kantoran atau apa aja yang menghasilkan ketimbang ngerjakan pekerjaan rumah.
Saya kadang merasa iri sama orang-orang yang bingung ga ada kegiatan, sementara saya bahkan tidur pun paling lama 3 jam setiap harinya, itupun tidurnya dicicil hiks.
Memang balik lagi ke bersyukur dan menikmatinya ya mba, karena semua itu akan berlalu juga :)
Duh, saya jadi kangen masa-masa sibuk bersama balita.
Hapus