Menikmati Jakarta Tanpa Macet? Coba Saja Naik MRT, Tiket Single Trip!
Selasa, 12 November 2019
40 Komentar
Assalamualaikum,
Jum’at,
8 November 2019 pukul 04.42, kereta api Agro Bromo Anggrek tiba di stasiun Jatinegara.
Hampir 9 jam perjalanan dari Surabaya ke Jakarta, sesuai jadwal yang tercantum
di layar gawai. Kereta hanya berhenti di 3 stasiun yaitu Tawang, Cirebon dan
Jatinegara. Saya, suami dan bapak mertua tergopoh-gopoh mengambil barang
bawaan. Beberapa porter menyerbu gerbong kami. Tanpa berpikir panjang, suami
menerima tawaran seorang porter untuk mengangkut barang-barang kami.
Sepagi
ini ibukota menggeliat. Para penumpang bergegas menuju pintu keluar. Ah, sudah
masuk waktu shubuh. Kami berhenti di mushola. Porter ikut menunggu hingga kami
selesai sholat. Sementara itu keluarga Bulik sudah siap di stasiun, menjemput kami.
Kami hanya memiliki waktu tiga hari di Jakarta. Kurang lama! Tapi kali ini bukan waktunya liburan. Bukan waktunya bersenang-senang. Jadwal ulangan harian si bungsu sudah berderet rapi. Kemarin saja berangkat sambil mengerjakan tugas sekolah. Saya hanya meminta izin 1 hari saja. Sehingga pelajaran sekolahnya tidak banyak terganggu.
Kami hanya memiliki waktu tiga hari di Jakarta. Kurang lama! Tapi kali ini bukan waktunya liburan. Bukan waktunya bersenang-senang. Jadwal ulangan harian si bungsu sudah berderet rapi. Kemarin saja berangkat sambil mengerjakan tugas sekolah. Saya hanya meminta izin 1 hari saja. Sehingga pelajaran sekolahnya tidak banyak terganggu.
Dari balik kaca KA Jakarta - Surabaya |
“Harusnya
seminggu disini. Belum ke Ancol, Taman Safari,...” kata bulik ketika kami
menginap di rumahnya.
Mungkin
nanti kami harus membuat itinerary dulu sebelum berangkat ke Jakarta. Tapi
sudahlah... kedatangan kami ke Jakarta karena bapak mertua yang sudah kangen
dengan kedua saudaranya. Masalah jalan-jalan ke tempat wisata menjadi selingan atau nomor
terakhir buat saya, suami dan anak.
Tempat wisata di Jakarta dan sekitarnya pasti banyak.
Tidak akan selesai hanya dalam tempo 3 hari. Karena Jakarta itu luas. Saya, bukan
saja harus menyiapkan mental untuk bermacet ria, namun juga fisik dan budget. Terbayang betapa kemacetan semakin menggurita. Ini hanya membuat saya tidak mood dan badan capek. Belum lagi memikirkan waktu yang tersita di jalan. Apa
tidak lebih baik saya tinggal di rumah kerabat sambil menonton film?
Tapi kami jauh-jauh datang ke Jakarta cuma buat pindah tidur saja? No!
Setiap
ingin ke luar rumah, saya terjebak rasa
malas dan penasaran. Malas karena jarak satu tempat dengan tempat lainnya itu
jauh. Penasaran karena Jakarta terus berbenah. Ramainya pemberitaan transportasi
umum yang semakin modern dan kekinian setidaknya membuat saya ingin mencobanya.
Jum’at,
hari pertama di Jakarta, kami cukup dengan mengunjungi ke Taman Mini Indonesia
Indah (TMII). Suami sholat Jum’at di masjid At-Tin kemudian lanjut keliling
TMII, satu putaran saja. Hari kedua, saya ingin menyerah. Melihat padatnya kendaraan di jalan
membuat saya malas pergi lagi. Bahkan di jalan kampung saja, mobil berpapasan
dengan mobil itu bikin saya deg-degan. Mau maju atau mundur saja susah.
Harusnya salah satu mengalah. Tapi begitulah, kadang ada yang secara sadar
mengalah dulu, ada juga yang sampai berhimpit, barulah salah satunya terpaksa
mengalah.
Kali
ini bulik menyarankan untuk naik MRT. Tapi kami mau kemana? Saya itu buta peta Jakarta.
Kalaupun mau pergi agak jauh biasanya diantar kerabat saja, beres. Namun, ada
kalanya mereka benar-benar tidak bisa mengantar dan saya tidak ingin memaksa.
Justru saya ingin petualang sendiri. Cuma takut tersesat saja.
Sebagai
orang kampung yang jarang pergi ke ibukota, saya merasa takjub dengan berbagai
moda transportasi umum disini. Semuanya pasti demi memudahkan warga untuk
bepergian dan berinteraksi. Demi perbaikan ekonomi, kesejahteraan hidup atau demi silaturahim. Termasuk kami, keluarga pendatang!
Menjadi
pendatang, apapun alasan dan tujuan kedatangannya sering dianggap sebagai
penyumbang kemacetan. Kedatangan warga diluar Jabodetabek dengan segala aktivitasnya
membuat jalanan yang sudah padat makin padat lagi. Berbagai peraturan dibuat
untuk mengurai kemacetan seperti penggunaan nomor kendaraan ganjil dan genap sesuai
dengan tanggal hari itu.
Nah,
berhubung hari Sabtu itu tidak termasuk dalam aturan ganjil dan genap, saya maupun suami bersedia
diajak keliling ibukota. Sambil berharap jumlah kendaraan tidak sebanyak di
hari kerja. Ah, namanya juga harapan. Tapi faktanya, di beberapa ruas jalan tol,
kendaraan merayap. Jadi kondisi jalan tidak bisa diprediksi.
Lelah
sekali membayangkan jika saya adalah salah satu pekerja disini. Waktu banyak tersita
di jalanan. Sampai ada keponakan yang mengatakan bahwa orang Jakarta itu tua di
jalan. Dia sendiri harus menghabiskan berjam-jam untuk perjalanan dari rumah ke
kantornya. Di akhir pekan digunakan untuk istirahat di rumah. Tidak ada keinginan
untuk pergi kecuali terpaksa.
Keliling Jakarta Tanpa
Macet? Memang Bisa?
Kemacetan
lalu lintas selalu menjadi topik hangat kami. Kalaupun di tempat lain dikatakan
macet, tidak akan separah di Jakarta. Begitulah anggapan kerabat-kerabat di
Jakarta. Saya jelas tak mau terjebak kemacetan. Saya ingin menikmati Jakarta
kekinian tanpa macet.
Salah
satu cara mengurangi kemacetan yang bisa kami lakukan adalah dengan memilih moda transportasi umum. Tapi di Jakarta
banyak pilihan. Ada bus Transjakarta, KRL, LRT dan MRT. Bagaimana mungkin kami paham
rute dalam sekejap!
Dengan
mempertimbangkan efektivitas waktu dan ajakan bulik, akhirnya kami memilih naik MRT (Moda Raya
Terpadu) dari Bundaran Hotel Indonesia. Melihat gedung-gedung bertingkat di sekitarnya, kami hanya bisa berdecak kagum. Proyek-proyek besar sungguh membuat wajah
Indonesia tampak lebih keren dan modern.
Di
depan stasiun Bundaran HI terlihat sepi. Siang yang terik itu desir angin
cukup kencang membuat wajah saya makin kusut dan kemilau. Lagi-lagi keringat
saya mengucur deras. Begitu pula dengan si bungsu yang mulai mengeluh gerah. Ingin rasanya kami cepat-cepat masuk ke ruangan berpendingin sampai
keringat ini hilang tak bersisa.
Keinginan kami terwujud. Stasiun HI ini nyaman karena bersih, sejuk dan dilengkapi dengan
fasilitas umum seperti mini market, musholla dan toilet. Sebagian besar dinding
ditempeli iklan. Namun justru ini menjadi daya tarik bagi anak muda.
Khususnya yang ada foto artis Korea. Di stasiun Lebak Bulus saya melewati ruang baca. Satu anak kecil sedang menikmati bacaan bersama orang tuanya. Sebuah pemandangan yang tak biasa di stasiun.
Tiket Single Trip MRT
Agak
ragu memutuskan membeli tiket apa disini. Jujur, saya tidak ada rencana
mengunjungi tempat wisata, tempat kuliner maupun pusat perbelanjaan. Karena saya lelah! Saya
hanya ingin menikmati betapa moda transportasi yang diresmikan pada tanggal 24
Maret 2019 oleh Presiden Jokowi ini membuat saya semakin bangga dengan
Indonesia, selangkah lebih maju.
Bagi
orang kampung seperti saya, cukup “wow” ketika menginjakkan kaki di stasiun MRT. Suasana
modern terlihat dari lift yang mengantarkan para penumpang yang masuk dan
keluar. Stasiun bersih, rapi dan adem. Keinginan saya agar bebas keringat
tercapai juga.
Para
petugas cukup ramah menjawab berbagai pertanyaan para penumpang. Mulai dari
tempat membeli tiket dan caranya, mushola, toilet hingga rute MRT. Saya merasa
tidak sendiri dalam kebingungan ini. Kemudian saya mencoba untuk tetap santai
dan fokus. Tiket single trip sudah
ada di tangan. Satu kartu untuk satu orang. Karena kami berempat maka ada 4
kartu single trip. Masing-masing
kartu senilai Rp 14.000,00 untuk perjalanan dari Bundaran HI – Lebak Bulus. Ditambah
asuransi sebesar Rp 15.000,00. Asuransi ini bisa diambil setelah penumpang selesai
melakukan perjalanan hingga maksimal 7 hari kemudian.
Karena
waktu cukup terbatas, maka setelah tiba di Lebak Bulus, saya langsung menuju
tempat tiket. Tanpa berlama-lama menjelaskan kepada mbak tiket, kartu tiket
tersebut langsung ditukar dengan uang, masing-masing Rp 15.000,00.
Jadi,
harga tiket MRT tidak mahal alias murah bila dibandingkan dengan ojek online. Sesuai
keputusan Kementerian Perhubungan, tarif (bawah) ojek online Rp 2.000,00 per kilometer. Kalau 16
km (HI – Lebak Bulus) tinggal dikalikan saja. Hasilnya Rp 32.000. Jelas lebih
murah MRT, bukan?
Sepanjang
perjalanan, para penumpang bisa melihat wajah baru moda transportasi modern ini.
Tidak ada kata macet, kereta melaju cepat dan smooth. Tidak ada polusi udara karena
penumpang berada di dalam gerbong yang nyaman, aman, bersih, adem dan wangi. Tidak
perlu takut kebablasan karena setiap menjelang tiba di stasiun pasti ada
pemberitahuan. Begitu juga tulisan stasiun tujuan berikutnya, yang ada di
dinding atas gerbong.
Perjalanan
sejauh 16 km bisa ditempuh kurang dari 30 menit. Berangkat pukul 13.34 tiba di Lebak
Bulus pukul 13.59. MRT melewati 13 stasiun, 7 diantaranya adalah stasiun layang
yang berada di Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M
dan Sisingamangaraja. Sedangkan stasiun bawah tanah berada di Senayan, Istora,
Bendungan Hilir, Setiabudi, Dukuh Atas dan Bundaran HI.
MRT, Moda Transportasi
Unggul Untuk Indonesia Maju
Saya
semakin yakin bahwa moda transportasi ini mampu mendukung sektor ekonomi maupun
pariwisata. Jika kemana-mana jadi mudah dan cepat, buat apa ragu-ragu. Ingin belanja? Penumpang bisa naik MRT dan turun di Blok A atau Blok M. Sektor ekonomi yang
cenderung lesu bisa sedikit demi sedikit terangkat dengan moda transportasi
ini. Buat orang awam akan dimudahkan dengan MRT. Begitu turun, bisa langsung menuju
pusat perbelanjaan untuk melakukan transaksi jual beli. Atau penumpang bisa memilih untuk melanjutkan perjalanan dengan bus Transjakarta.
Mau
jogging dan olah raga lainnya? Coba saja turun di stasiun Istora. Atau ingin
melihat karya seni? Bisa loh, berhenti di stasiun Fatmawati. Penumpang bisa
berwisata di Museum Basuki Abdullah yang terletak di Jalan Keuangan Raya,
Cilandak Barat. Namun jika penumpang hanya ingin bersantai di taman, bisa memilih
stasiun Sisingamangaraja. Di sini ada Taman Ayodya dan Taman Langsat yang
rasanya sayang kalau dilewatkan tanpa berswafoto.
Jalan-jalan ke Jakarta semakin mudah dengan banyaknya pilihan transportasi umum saling terintegrasi hingga di
tempat publik. Semakin mudah bagi warga untuk beraktivas. Harapan saya semoga
MRT menambah rute sehingga bisa menghubungkan lebih banyak tempat di
Jabodetabek. Seperti yang dikatakan Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, "Nanti ada MRT sepanjang 200 km, di Jakarta, ada dari lintas selatan-utara dan barat-timur."
Dalam 5 tahun terakhir ini, pemerintah semakin gencar mengembangkan transportasi umum yang unggul dan maju. Peningkatan pelayanan dan infrastuktur meliputi transportasi darat, laut dan udara. Untuk perkeretaapian, selain fokus pada pembangunan kereta ringan, KAI telah membangun rel 833 km, dan merawat 623 dari target 750 km rel. Selain itu KAI juga membangun 775 stasiun dan merevitalisasi. Saya membayangkan perjalanan dari Surabaya ke Jakarta di tahun-tahun selanjutnya semakin mudah, aman dan menyenangkan. Keliling Jakarta tak perlu ragu karena macet. Ada MRT yang terintegrasi dengan moda transportasi lain. Transportasi unggul adalah milik kita bersama. Indonesia maju adalah cita-cita kita.
Nah, teman-teman bisa ikut memantau info dan program dari sosial media Kementerian Perhubungan berikut:
Instagram: @kemenhub151
Twitter : @kemenhub151
Fanpage: kemenhub151
^_^
Sumber bacaan:
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/03/28/21094721/tarif-mrt-dinilai-mahal-anies-minta-publik-bandingkan-dengan-ojek-online
http://beritatrans.com/2019/10/19/kemenhub-paparkan-capaian-kinerja-5-tahun/
https://kumparan.com/kumparanbisnis/capaian-pembangunan-infrastruktur-transportasi-dalam-4-tahun-terakhir-1540434468807201559
https://ekonomi.bisnis.com/read/20191019/98/1160965/budi-karya-mrt-jakarta-akan-sepanjang-200-kilometer
https://www.beritasatu.com/megapolitan/547711/naik-mrt-jakarta-bisa-jalanjalan-di-10-destinasi-wisata-ini
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190325141954-20-380441/lima-rute-transjakarta-lewat-stasiun-mrt-ramai-penumpang
Dalam 5 tahun terakhir ini, pemerintah semakin gencar mengembangkan transportasi umum yang unggul dan maju. Peningkatan pelayanan dan infrastuktur meliputi transportasi darat, laut dan udara. Untuk perkeretaapian, selain fokus pada pembangunan kereta ringan, KAI telah membangun rel 833 km, dan merawat 623 dari target 750 km rel. Selain itu KAI juga membangun 775 stasiun dan merevitalisasi. Saya membayangkan perjalanan dari Surabaya ke Jakarta di tahun-tahun selanjutnya semakin mudah, aman dan menyenangkan. Keliling Jakarta tak perlu ragu karena macet. Ada MRT yang terintegrasi dengan moda transportasi lain. Transportasi unggul adalah milik kita bersama. Indonesia maju adalah cita-cita kita.
Nah, teman-teman bisa ikut memantau info dan program dari sosial media Kementerian Perhubungan berikut:
Instagram: @kemenhub151
Twitter : @kemenhub151
Fanpage: kemenhub151
^_^
Sumber bacaan:
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/03/28/21094721/tarif-mrt-dinilai-mahal-anies-minta-publik-bandingkan-dengan-ojek-online
http://beritatrans.com/2019/10/19/kemenhub-paparkan-capaian-kinerja-5-tahun/
https://kumparan.com/kumparanbisnis/capaian-pembangunan-infrastruktur-transportasi-dalam-4-tahun-terakhir-1540434468807201559
https://ekonomi.bisnis.com/read/20191019/98/1160965/budi-karya-mrt-jakarta-akan-sepanjang-200-kilometer
https://www.beritasatu.com/megapolitan/547711/naik-mrt-jakarta-bisa-jalanjalan-di-10-destinasi-wisata-ini
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190325141954-20-380441/lima-rute-transjakarta-lewat-stasiun-mrt-ramai-penumpang
Semoga saya bisa ngerasain juga naik MRT, hihihi... Rasanya lihat orang-oramg pada foto dan cerita kok jadi pengen juga 😀
BalasHapusAamiin.
HapusPengeeen nyoba naik MRT. Semoga kesampaian suatu saat nanti. Tapi memang benar sih, kalau ke Jakarta itu minimal 1 minggu ya jadi puas bisa main ke tempat wisata.
BalasHapusBulikku juga bilang minimal 1 minggu. Tapi ini nggak musim liburan, hihi..
HapusJadi pengen naik juga nih..
BalasHapusYuk, main ke Jakarta.
HapusWah, malah udah nyobain MRT. Aku mupeeeeng.
BalasHapusBTW Mbak tinggal di Tuban kan? Met HUT buat kotamu ya, Mbak...
Iya, aku dari Tuban.
HapusTerima kasih mbak.
Luar biasa, semoga semakin maju dan semakin memudahkan masyarakat Jakarta, Indonesia pada umumnya. Sehingga bisa berkurang adanya opini *Jakarta Macet* hehe...
BalasHapusPilih transportasi umum biar nggak macet, ya.
HapusBelum pernah cobain MRT hahaha semoga pas balik kampung Bekasi bisa mampir MRT mba :p
BalasHapusIya mbak nanti coba naik MRT.
HapusMmm ... harus ke Jakarta ini
BalasHapusJakarta makin keren loh, mbak.
HapusWah sama kite. Aku kalau lg piknik murce n seru, naik MRT. Drop mobil di C4 lebak bulus, naik, turun senayan. Makan2 trus labjut ke benhil. Baru balik ke lebak bulus ahahaha.
BalasHapusBtw good luck buat lomba bloggernya
Naik MRT lanjut kulineran ini.
HapusBaru sepekan lalu saya kembali dari Jakarta, dan merasa rugi karena tak sempat mencoba naik MRT padahal sejak jauh-jauh hari sudah berniat ngerasain moda transportasi ini, hiks. Semoga lain waktu.
BalasHapusSemoga di lain kesempatan bisa naik MRT.
HapusDulu tahun 2010 pertama kali ke Singapura terkagum kagum lihat MRT. Tahun 2010 pas liburan ke KL juga takjub naik monorail. Sekarang Jakarta sudah keren. Ada MRT dan LRT juga. Sudah Cobain dua duanya. Kemenhub keren deeh..
BalasHapusTransportasi kita makin unggul dan maju.
HapusNaik MRT kayaknya harus seharian penuh baru puas hehe... Nice travelling
BalasHapusNanti kalau rutenya sudah nambah, bisa lebih banyak menjangkau tempat- tempat di Jakarta. Bisa lebih puas naik MRT.
HapusDannnn, baca ini saya jadi kangen ke Jakarta lagi. Pengin menjelajah menggunakan moda transportasi barunya.
BalasHapusYuk, menjelajahi Jakarta tanpa macet dengan transportasi umum.
HapusBenar, Jakarta panas dan macetnya bikin tidak nyaman. Saya saja tidak betah jika tidak berada di tempat adem. Jadi pengen kleliling Jakarta naik MRT. Asyik banget melihat bagian dalamnya yang bersih gitu. Alhamdulillah, kian modern saja.
BalasHapusBerada di gerbong MRT betah karena adem, bersih dan wangi. Jadi nyaman selama dalam perjalanan.
HapusEmang seru nyoba moda massa baru, ayo coba juga LRT kalau lagi ke Jakarta
BalasHapusSemoga di lain waktu bisa naik LRT. Moda transportasi di ibukota makin keren dan modern.
HapusHuaa kmrn pas ke jkt blm sempat naik mrt..
BalasHapusCm ngerasain kereta bandara saja..
Smg next bs nyobain mrt
Semoga bisa ke Jakarta lagi dan naik MRT.
HapusAku juga baru sekali naik MRT mbak, dan emang senyaman itu... Stasiunnya bagus, rapi, bersih... banyak petugasnya pada ramah-ramah, keretanya sendiri jalannya cepat dan alus banget gak kaya KRL... hehe
BalasHapusSenyaman itu naik MRT, jadi betah ya mbak.
HapusSayang banget aku sekarang tinggal di Cileungsi, belum sempat naik MRT nih 😅 tapi kapan-kapan aku pingin coba!
BalasHapusKudu nyoba nih kalau ke Jakarta.
HapusNyaman bener nih mbak punya MRT, bersih dan modern, wah ada ruangan buku dan baca juga. Kereeen.
BalasHapusDi stasiunnya ada ruang baca. Kita juga bisa nyumbang buku.
HapusSayaaaa belum pernah naik MRT padahal udah lama tinggal di Jakarta...huhu. Kemarin suamik ajakin sekalian main bareng anak-anak, tapi belum ketemu waktu yang pas nih, Mbak...sedih deh..
BalasHapusTinggal diagendakan saja mbak Muyyas.
Hapuswah saya juga baru nyoba nih mbak
BalasHapusAsyik ya Bu, bisa naik MRT, moda transportasi unggul.
Hapus