Ketika Belajar di Rumah Tak Seindah yang Dibayangkan



Assalamualaikum

Sudah sekitar sebulan ini ya anak-anak belajar di rumah. Bagaimana rasanya? Yang jelas mereka sudah mulai bosan. Sudah sejak kemarin-kemarin. Sudah berbagai cara saya lakukan namun tetap saja rasa bosan itu menyusup pelan-pelan. Mengajak mereka bersenang-senang di rumah ternyata tidak mudah.

Anak kecil rata-rata sama, bosan. Begitu kata ibu-ibu di grup sekolah anak-anak. Merasa “hari libur” yang tak seharusnya ini begitu lama. Kangen sekolah, teman-teman dan kegiatan normal lainnya. Wajar, karena kita makluk sosial yang suka berkumpul dan berbagi cerita.

Selama belajar di rumah, ada saja masalahnya. Banyak tugas hingga penilaian harian yang diberikan oleh wali kelas. Awalnya orang tua semacam saya terkejut, mengeluh dan merasa berat. Seiring dengan berjalannya waktu, saya mulai terbiasa dengan tugas-tugas yang dibebankan anak-anak. Terbiasa menyambut tugas sih, kalau untuk pelaksanaannya tetap ada banyak tanya, kritik, saran dan lelah.



Mungkin terlihat sepele tugas anak, seperti membuat video kegiatan anak. Iya cuma video itu kan gampang. Masalah pertama adalah kapan anak siap untuk difoto atau direkam aktivitasnya? Kapan? Apakah begitu dia membaca perintah langsung mau? Oh, no! Tidak semudah itu Fergusso!

Saya harus tahu kapan mood anak sedang baik sehingga bisa diajak kerjasama. Kalau tidak, hasilnya pasti kacau. Wajah tidak sesuai pencitraan. Pasti tidak nyaman juga jika yang seperti ini. Sebagai solusi, pagi hari menjelang pukul 07.00 saya ingatkan anak kalau hari ini “sekolah” di rumah. Jadi kalau misalnya mau main ya silakan. Nanti dia pasti bilang kapan siap mengerjakan tugasnya.

Masalah kedua, orang tua tinggal merekam aktivitas anak, misalnya sedang membuat snack, membersihkan barangnya sendiri. Terlihat mudah, tapi tunggu dulu. Orang tua sedang ada kesibukan di rumah atau tidak, misalnya mau memasak atau mencuci baju, dsb. Kalau orang tua sudah bisa mengosongkan waktu, tinggal urusan “merayu” anak saja.

Beberapa orang tua sampai pada level ketika harus “merayu” anak. anak tidak mood tapi dikejar-kejar terus. Jadwal pengumpulan tugas sampai pukul sekian. Nah, kalau tidak ada tenggat waktu, bisa dibayangkan saja, anak saya bakal berleha-leha. Kemudian ujug-ujug ditagih wali kelasnya. Ini kok mirip saya ditagih orang!

Kembali ke tugas foto atau video...

Tugas berupa foto atau video memiliki tantangan tersendiri. Tidak semua anak suka pamer foto. Dengan wajah anak yang terlihat sedang melakukan perintah (baca: tugas sekolah). Bukan kegiatan sehari-hari yang dijalani dengan suka cita. Bakal dilihat orang, minimal wali kelas. Minimal loh. Faktanya jika hasil video atau foto tersebut dikirim ke WAG kelas, bakal banyak orang tua dan anak atau mungkin anggota keluarga lainnya yang ikut melihat.

Yang terbaru, tiba-tiba saja wali kelas upload video anak ke channel youtube. See!

Buat anak introvert, ini adalah fase yang menyiksa. Tampil di depan banyak orang yang tak kasat mata. Memang ketika sedang direkam tidak ada orang. Tapi dalam benak si anak, sudah terbayang wali kelas atau guru pengampu yang bakal memberikan penilaian.

Lalu, apakah sekali jepret, sekali rekam langsung beres? Tidak! Kalau tugas membuat snack beres tapi foto kurang memuaskan sedangkan snack sudah habis, sepertinya saya tidak beruntung. Mengulang lagi dong? Tenang, kalau bisa ya tidak perlu. Tinggal bagaimana ngomong sama gurunya. Lebih baik berkata jujur daripada keluar budget yang tidak perlu. Tapi kalau mau mengulang dengan sukarela ya monggo.

Seorang ibu memamerkan foto hasil masakan anaknya (untuk tugas), tanpa ada sekilaspun wajah anaknya. Wali kelas mengusulkan agar wajah anak diperlihatkan. Apa kata si ibu? Anaknya malu.



Oke, itu baru upload foto atau video. Lainnya, sinyal yang kadang tidak bersahabat, form ulangan anak yang mendadak error, orang tua yang gagap menjadi guru anak, pembagian waktu untuk urusan rumah, sekolah dan keluarga. Iya kalau cuma satu anak. Kalau lebih dari satu. Belum lagi semua kumpul di rumah. Termasuk yang sedang kerja di rumah.

Itu baru dari sisi saya sebagai orang tua. Bagaimana kalau gurunya lupa memberikan tugas? Bagaimana kalau lupa menagih tugas?

“Ini tugas zaman apa? Kenapa baru ditagih sekarang?”

Ternyata oh ternyata itu tugas akhir bulan lalu. Sedangkan sekarang tanggal 14 April 2020. Cuma buat reminder saja sih. Jadi, ngeblank semua. Lha, untungnya sudah dikerjakan. Coba kalau orang tua dan anak suka lupa, plus gurunya lupa....

Sekian curhat ibu yang gagap perubahan...

Semoga teman-teman selalu diberikan kesehatan dan kekuatan untuk menjalani hari-hari berat seperti ini. Juga mampu mengatasi masalah-masalah yang timbul selama anak belajar di rumah. Selamat menemani keluarga di rumah. Semoga waktu yang tersisa selalu berharga dan menyenangkan.

^_^

Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

4 Komentar untuk "Ketika Belajar di Rumah Tak Seindah yang Dibayangkan"

  1. Keponakan malah biasa tuh mbak, be happy kalo sebelum ikut bimbel RG sejak dialihkan ke TVRI malah seru juga tuh, nyimak sambil diketik soalnya di laptop, terus di jawab

    BalasHapus
  2. ah begitulah, anak2 memang butuh suasana yang baru lagi untuk menyegarkan

    BalasHapus
  3. pada dasarnya memang manusia makhluk sosial, tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh hidup orang lain untuk bersosialisasi. kalo masih anak anak harus di banyakin kegiatan, tapi sekarang ini bingung juga ya karena lockdown

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel