Pengalaman Terapi Skoliosis (Dewasa)

 

pengalaman terapi skoliosis (dewasa)


Assalamualaikum,

Menyambung tulisan minggu lalu, saya akan menceritakan rangkaian terapi skoliosis untuk dewasa. Tujuannya mengurangi bukan benar-benar menghilangkan rasa nyeri. Setidaknya untuk aktivitas sehari-hari bisa lebih mudah.

 

Skoliosis bisa bertambah parah atau tidak? Ada dua pendapat dari dokter rehabilitsi medik, yang pertama mengatakan bahwa skoliosis saya bisa makin parah jika tidak mau menjaganya. Namun dokter kedua mengatakan bahwa di usia saya ini, tingkat lengkungan tulang tidak bisa bertambah dengan mudah. Butuh waktu lama, bertahun-tahun. Bingung juga, kan!

Beberapa kegiatan yang dilarang adalah bersepeda, lari...apapun itu yang menggunakan salah satu tangan. Termasuk senam juga dilarang karena gerakannya satu-satu. Gerakan seperti ini akan memperparah tingkat lengkungan tulang. Harusnya gerakan itu berbarengan. Juga ketika penderita mengangat/membawa beban tidak boleh di satu tangan. Harus dengan kedua tangan. Tapi faktanya jelas tidak bisa!

Saya adalah penggemar sling bag. Hampir semua tas saya model cangklongan, baik kecil maupun besar. Dokter menyarankan untuk mengganti saja dengan ransel. Mengapa ransel? Karena tas ransel itu membuat punggung kita mampu menahan beban sama beratnya. Sungguh berbeda dengan sling bag. Satu bahu hanya memikul beban berat, sedangkan bahu lainnya free. Ini tidak boleh dilakukan.

Mengapa harus terapi skoliosis?

Dokter mengatakan bahwa skoliosis saya tidak parah. Meski tak bisa disembuhnya. Hanya saja, sebagai manusia yang banyak kekurangan ini, saya rasa kabar ini seperti jalan di tempat.

Dokter menganggap ini masih bisa diatasi karena tidak ada keluhan lain selain nyeri di pinggang dan saya masih bisa beraktivitas seperti biasanya. Cuma tidak bisa lama maupun berat. Oke, saya terima saja semua wejangan beliau.

Di RS Petrokimia Gresik, saya mendapatkan jadwal terapi (Fisioterapi) untuk dua minggu, seminggu 3 kali, masing-masing dengan 2 alat terapi. Periksa ke dokter hingga terapi kemudian saya lanjutkan di Tuban agar tidak terus-menerus meninggalkan anak-anak. Terapi di RS Medika Tuban, seminggu 2 kali, masing-masing dengan 3 alat terapi. Saya menebak-nebak apakah terapi ini bisa menghilangkan nyeri tulang belakang saya?

Iya, namun tidak bisa seketika. Harus rutin terapi dan konsultasi dengan dokter. Tapi kalau nyerinya parah lebih baik mengkonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter. Untuk kasus saya waktu itu, nyeri sih nyeri bahkan untuk beraktivitas sehari-hari saja susah. Misalnya berjalan hanya jarak dekat, duduk hanya sebentar dan tidak boleh di lantai. Aktivitas yang memaksa untuk jongkok, saya hindari.

Nah, meskipun bisa menghilangkan/mengurangi rasa nyeri, namun itu tidak berlangsung sepanjang masa. Jadi penyakit ini bisa kumat sewaktu-waktu jika penderitanya abai.

Jika tujuan awal saya terapi adalah untuk mengurangi/menghilangkan rasa sakit, selanjutnya adalah agar derajat lengkungan skoliosis saya terkontrol atau tidak bertambah saja.

Terapi skoliosis yang pernah saya lakukan

Terapi akan dilakukan setelah pasien mendapatkan pemeriksaan fisik dari dokter. Terapi dilakukan berdasarkan usia, derajat lengkungan dan resiko progresivitas. Nah, karena saya awalnya terapi di Gresik jadi ada sedikit perbedaan dengan di Tuban. Tidak masalah sih karena semua itu sudah ketentuan dokternya.

Terapi yang saya lakukan selama ini ada 3 macam yaitu fisioterapi di rumah sakit, penggunaan korset dan senam.

1. Fisioterapi

Sebenarnya saya masih asing dengan istilah terapi, namun mbak-mbak suster biasa menggunakan isitlah lain agar mudah saya pahami. Terapi yang pernah saya jalani antara lain:

Getar – dengan sebuah alat yang ditempelkan di punggung, kemudian saya merasakan adanya aliran listrik, seperti tersengat namun lebih halus.

Gosok – dengan memanfaatkan gelombang suara. Punggung yang terasa nyeri dioles dengan gel, kemudian seperti digosok-gosok perlahan dengan sebuah alat. Tidak terasa apa-apa, justru geli saja.

Tarik – tubuh saya ditarik oleh sebuah alat. Bagian tubuh yaitu ketiak dan dan bahu diikat, demikian juga bagian perut. Rasanya tubuh bagian atas tidak bergerak sedangkan bagian bawah mulai perut ditarik ke bawah.

Biasanya suster akan bertanya seperti ini, “Apakah sudah cukup getarannya? Tarikannya sudah cukup, bu?”

Kalau kurang terasa, saya akan meminta tambah tekanannya. Tapi untuk terapi gelombang suara tidak. Karena memang tidak terasa saja.

Buat teman-teman yang tahu jenis terapi diatas, bisa kasih tahu saya di kolom komentar, ya.

2. Korset

Untuk memudahkan aktivitas sehari-hari, saya menggunakan korset dengan penyangga yang terbuat dari logam. Jujur ini sangat tidak nyaman. Tapi apa boleh buat, dengan penggunaan korset, saya tidak merasakan nyeri. Cuma saya itu kadang lelah dan kulit menajdi gatal meskipun korset tidak langsung mengenai kulit saya. Kalau badan enak, saya malas menggunakan korset. Akibatnya nyeri lagi, pakai lagi. Repeat!

Saya menyadari, untuk kegiatan yang memakan waktu lama, mau tak mau saya harus memakai korset. Rasanya tidak banget kalau dalam sebuah acara, tiba-tiba saya kesakitan.... Mending memakai korset dengan segala konsekuensinya.

3. Senam

Dokter menyarankan dua gerakan senam yang bisa dilakukan sehari dua kali yaitu pagi hari dan malam hari menjelang tidur. Jangan dibayangkan seperti senam-senam di tv atau di manapun. Senam ini gerakannya ringan dan bisa lakukan berkali-kali. Rasanya cukup lumayan seperti ketika saya melakukan peregangan.

Gerakan senam yang pertama adalah berbaring terlentang dengan kaki di tekuk ke dada untuk beberapa saat. Gerakan ini bisa lakukan berulang, ditekuk – dilepas. Gerakan kedua masih dengan tidur terlentang dengan mengangkat pinggul. Angkat pinggul  hingga beberapa saat – lepas, repeat. Mudah ya. Hanya butuh konsistensi, kok.

Oh ya, untuk olah raga yang disarankan adalah renang. Dengan renang, akan mengurangi tekanan pada tulang belakang sehingga mengurangi rasa pegal. Jika dilakukan dengan rutin akan memperkuat tulang belakang.

Sampai sekarang skoliosis saya masih dikatakan “aman”. Maksudnya tidak bertambah parah atau nyeri seperti di awal sakit itu. Saat ini saya masih bisa bertahan dengan rasa nyeri yang kadang menyerang saat kecapekan. Saya tidak mau minum obat pereda nyeri meskipun saya sakit. Saya masih trauma dengan obat semacam itu karena biasanya obat pereda nyeri itu membuat asam lambung saya meningkat tajam. Meskipun sudah dikasih penawarnya yaitu obat maag. Selama saya masih bisa bertahan, lebih baik bertahan. Misalnya dengan memperbanyak istirahat dan menghindari aktivitas yang bisa menyebabkan nyeri tulang belakang saya.

Saya tahu penyakit skoliosis ini tidak bisa disembuhkan sepenuhnya. Beberapa pasien dengan tingkat keparahan tertentu disarankan untuk operasi. Misalnya jika skoliosis ini disertai dengan saraf kejepit, atau memang derajat lengkungannya banyak banget. Dengan operasi itu lengkungan tulang bisa dikoreksi.

Dengan sudut bengkok 45°, keluhan saya adalah nyeri saja. Dokter juga tidak menyarankan operasi pemasangan pen untuk mengembalikan posisi tulang belakang. Padahal kalau saya baca di internet, sudut bengkok lebih dari 40° termasuk parah. Wallahualam....

Intinya harus bisa menjaga diri dan mencegah aktivitas yang memungkinkan nyeri itu menyerang. Rasa nyeri yang saya rasakan masih bisa dimaklumi dan diobati. Saya ingat dokter selalu mensugesti saya untuk tetap berpikir positif dan tenang.

Satu lagi yang tak kalah penting adalah menjaga berat badan tetap seimbang. “Ibu, berat badannya segini aja ya,” begitu kata dokter. Saya mengangguk.

Untuk mempertahankan berat badan sebenarnya ada beberapa makanan yang dihindari seperti santan, lemak, minyak goreng dan sejenisnya. Tapi saya tidak bisa 100% menghindari itu. Paling hanya mengurangi saja. Patokannya sih, berat badan saya jangan sampai naik dan tetap bisa menikmati hidup.

Berat badan stabil itu penting untuk mempertahankan beban tubuh. Penambahan berat badan jelas akan berakibat terhadap sudut lengkungan skoliosis saya. Saya paham. Saya berharap tetap bisa mempertahankannya dengan terapi skoliosis untuk dewasa.

^_^ 

Sumber gambar:

surabayaorthopedi.com

 

 

Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

Belum ada Komentar untuk "Pengalaman Terapi Skoliosis (Dewasa)"

Posting Komentar

Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel