Ngobrol Tentang Jodoh Bersama Anak-Anak, Yay or Nay?

 

jodoh

Assalamualaikum,

Tema pernikahan di mata anak-anak itu seperti apa? Kalau si bungsu yang masih SD, melihatnya seperti figur orang tua, sementara si tengah yang SMK masih meraba-raba. Sedangkan si sulung yang kuliah di semester lima menanggapinya dengan santai. Beda usia tentu saja beda pemahaman. Namun tak ada salahnya jika saya mengajak mereka bicara tentang jodoh dan pernikahan.

  

Ngobrol tentang jodoh bersama anak-anak adalah salah satu cara untuk mengenalkan tentang pernikahan. Yang ada dalam pikiran anak-anak adalah pernikahan orang tuanya. Melihat hubungan ayah dan ibunya selama seperti ini, maka seperti itulah kondisi pernikahan yang mereka bayangkan. Ngobrol soal jodoh di hadapan mereka seru saja sih. Jadi lanjut, kan?

Menjawab Pertanyaan-Pertanyaan Anak

Diperlukan kesabaran, ketenangan dan kecakapan untuk menjawab Pertanyaan anak-anak tentang seluk-beluk pernikahan ini. Saya ingin mereka bertanya kepada orang yang tepat, bukan mencari jawaban tak jelas di luar sana. Namun kadang orang tua merasa tabu untuk membicarakan ini.

Pernah saya mendapat pertanyaan seperti ini, “Ibu, mbak ABC kok sudah melahirkan ya. Bukannya kalau hamil itu lama ya. Itu nikahnya bulan apa ya?”

Dalam hati saya langsung berpikir, buka aib orang tidak ya. Anak SD juga tahu kok berapa lama orang hamil lalu melahirkan. Lha kalau cuma 5 bulanan lalu melahirkan apa namanya?

Akhirnya saya memberikan jawaban yang aman. Bagaimanapun saya tidak mau membuka aib orang. Apalagi di depan anak-anak yang masih polos. Bukan mau membohongi tapi rasanya kalau ngomong masalah begini saya takut salah paham saja.

Nah, beberapa waktu lalu, si tengah bertanya bagaimana mencari jodoh yang baik. Atau begini, “Ibu kenapa mau menikah sama ayah?” Saya tanya balik, “Kamu naksir temanmu nggak?” Sayangnya tidak ada jawaban. Malah anaknya ketawa.

Ok, pernikahan itu dimulai dengan mencari pasangan yang tepat dengan cara yang tepat. Baik dengan cara perjodohan maupun bukan. Karena saya dan suami mengalami perjodohan, jadi saya cerita prosesnya hingga saat ini, 20 tahun pernikahan. Up and down pasti ada. 

Ketika bicara tentang jodoh maupun pernikahan, pastikan sesuai dengan usia maupun pemahaman anak-anak. Saya percaya orang tua mengerti bagian seperti ini. Meski ada sih setitik ragu ketika menceritakan bagian yang dianggap "tak biasa". Kalau saya lebih memilih bahasa yang halus dan bisa dipahami anak. Selebihnya biarkan si anak belajar mencerna. Biasanya anak-anak saya akan bertanya lagi.

Tapi, tetap saja pertanyaan bagaimana mencari jodoh yang baik masih abu-abu. Ya, jodoh tidak bisa diprediksi dengan pasti. Meski rumus-rumus tentang jodoh serasa sudah khatam sekaligus. Maunya yang begini eh dapatnya justru yang berseberangan. Setidaknya ada pola yang bisa diperhatikan, bahwa orang baik bertemu dengan orang baik. Maka, perbaiki diri kamu agar menjadi orang baik.

Satu lagi, bagaimanapun pertimbangan mencari jodoh, tetap mengutamakan agamanya. Kalau orang Jawa biasa mengandalkan bibit, bebet dan bobot. Dalam beberapa kasus, saya melihat ada benarnya. Misalnya ya, kalau si perempuan berasal dari keluarga menengah keatas, biasa hidup dengan standar tinggi lalu bertemu dengan jodoh yang dibawahnya, memang bisa mengatasi kesenjangan ini? Atau si suaminya mampu membahagiakan seperti keinginan istrinya? Atau istinya bisa mengalahkan ego dan mencari jalan tengah agar happily ever after?

Ingat ya DALAM BEBERAPA KASUS, menurunkan standar atau gaya hidup itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Ada yang berhasil dan ada juga gagal. Saya bisa mengatakan seperti ini karena saya melihat kasus seperti ini. Tak mudah, walaupun jalan terjal sudah dilalui, kerikil tajam tak segan-segan merintangi.

Well, jodoh memang rahasia di tangan Allah. Tapi kita seharusnya mengerti, bahwa sesuatu tidak akan datang dengan sendirinya kalau tidak mau berusaha dan melengkapinya dengan doa. Saya selalu mengatakan kepada anak-anak untuk mencari jodoh dengan cara yang baik, orang yang baik dan mau untuk menjadi baik bersama. Kelihatannya mudah, semudah rumus yang melekat dalam otak. Tapi tak ada salahnya untuk menanamkan ini sejak mereka mengenal tentang jodoh.

Saya suka bertanya kepada teman-teman, bagaimana mereka bertemu dengan pasangannya saat ini. Melihat rona wajah mereka yang berbinar-binar saya menduga bahwa pertemuan pertama atau saat mereka dilamar pastinya menjadi sesuatu yang memorable.

Pernikahan bisa terjadi karena perjodohan orang tua, teman atau guru mengaji. Ada yang bertemu saat masih sekolah, kuliah atau kerja. Bahkan yang taaruf, bertemu beberapa kali dan langsung klik, begitu yakin untuk tidak mengulur waktu untuk menikah. Kadang saya merasa jodoh bisa saja datang begitu cepat tanpa kuasa untuk menolak. Kadang bahkan sebaliknya. Sampai usia senja, jodoh belum juga tampak berkunjung. Lalu, apa yang mesti dilakukan setelah banyak ikhtiar yang bikin sangat frustasi. Jangan...tetaplah berprasangka baik kepada Allah.

Saya ingat teman saya yang menikah di usia 40 tahun lebih. Alhamdulillah, saya ikut senang. Bagaimanapun, untuk seorang wanita dengan usia segitu banyak permasalahannya. Entah dengan anggapan orang-orang hingga masalah pada diri sendiri. Terutama masalah reproduksi. Ya.. ketika jodoh mendekat, sepertinya semesta mendukung.

^_^

 

 

 

Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

1 Komentar untuk "Ngobrol Tentang Jodoh Bersama Anak-Anak, Yay or Nay?"

  1. Bukan perkara mudah ya mbak menjawab pertanyaan anak2 yg kadang ajaib gitu, apalagi yg nikah 5 bulan terus melahirkan, aku bahkan belum terpikirkan apa yg harus aku katakan kalau anakku nanti tanya kaya gitu, aduh.

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel