Bubur Seroja, Bubur Campur Aneka Rasa

bubur campur seroja


Assalamualaikum


Dulu ketika saya masih kecil, sekitar usia SD-SMP, ada seorang penjual bubur keliling yang sering lewat depan rumah. Dia berjalan kaki keluar masuk gang sempit di kampung-kampung. Bertahun-tahuan si ibu ini giat menjajakan buburnya. Hanya ada satu macam bubur yaitu bubur putih dengan saus gula merah yang manisnya pas banget.


Bubur putih atau disebut bubur sumsum ini sudah biasa banget buat jajanan anak kala itu. Memang tidak banyak pilihan sih. Kalaupun ada ya sekitar makanan berat-berat semua. Nah, bubur ini dijamin langsung kenyang tanpa bersusah payah mengunyah. Si ibu akan berteriak nyaring memanggil orang-orang, “Bubur, bu!” Nah, si ibu itu lewatnya siang, pas saya lagi pengen leyeh-leyeh, tidur siang.


Oh ya, bubur ini juga sering digunakan sebagai makanan bayi. Ya, zaman old sih, tidak ada yang jualan bubur bayi seperti yang marak saat ini. Keluar gang saja sudah ketemu rombong bubur bayi. Kalau dulu ya pakai bubur instant atau bikin sendiri. Yang paling gampang ya beli bubur sumsum ini.


Bubur Campur Seroja, Banyak Variannya


Zaman berubah, penjual bubur tradisional juga semakin banyak. Di tempat saya, dengan mudah menemukan aneka bubur. Mulai dari warung bubur, hingga penjual sayur keliling, warung sayur, pasar, dan toko kue. Yang keliling seperti zaman dulu sudah tidak ada lagi. Segalanya mudah saat ini. Bahkan kalau malas, kita bisa pesan dan diantar ke rumah.  


Varian bubur ini juga banyak. Sebagai pembeli pasti senang dong. Kita bisa bebas memilih jenis bubur yang disukai. Atau kalau mau dapat banyak macamnya, bilang saja beli bubur campur. Untuk satu bungkusnya kita bisa mendapatkan berbagai macam bubur manis seperti bubur sumsum, kacang hijau, pati ketela, grendul, sagu, mutiara dan ketan hitam. Bubur campur ini dilengkapi dengan kuah santan. Kalau pesannya dibungkus, santan akan dipisahkan. Sehingga bubur masih tetap aman meski tidak langsung dimakan.

bubur grendul seroja


Penyebutan jenis bubur disini disesuaikan dengan bahan dasarnya. Seperti bubur kacang hijau ya karena bahannya dari kacang hijau. Demikian juga bubur sagu, bubur ketan hitam, dan lainnya. Kecuali bubur sumsum sih karena bahan utamanya adalah tepung beras dan diolah dengan santan. Disebut bubur sumsum karena warnanya yang putih seperti sumsum. Lahir di masa sulit saat penjajahan, bubur ini memiliki simbol kesederhanaan dan rasa syukur. Bubur ini rasanya gurih. Pas banget kan kalau ditambahkan dengan kuah gula merah yang manis. 


Jadi polanya, bubur gurih akan dipadukan dengan uah manis. Sedangkan bubur manis akan ditambahkan kuah gurih. Jajanan tradisonal ternyata keren bukan?


Sebagai pembeli, kita bebas memilih bubur yang kita inginkan. Saya sering membeli satu macam bubur. Seperti ini, bubur grendul. Bubur dengan bulatan-bulatan kecil berwarna kecoklatan ini rasanya manis dan gurih. Bubur grendul atau biasa disebut bubur candil ini terbuat dari tepung tapioca, sedangan bulatan-bulatannya yang disebut biji salak itu terbuat dari tepung ketan. Jadi rasa manis berasal dari bubur sedangkan biji salaknya rasanya gurih.


Meskipun bubur campur isinya macam-macam namun secara umum rasanya manis. Yang bubur sumsumnya kalah dong sama bubur-bubur lainnya. Rasa gurihnya tersisihkan. Tapi ketika kuah santan berbaur, maka rasa manis dan gurih akan menguar, menjadi komposisi yang pas.


Karena jajanan tradisonal, tentu saja tidak bisa dikonsumsi dalam waktu lama. Cukup hari itu saja. Kalaupun masih mau nanti makannya, sebaiknya disimpan di kulkas saja. Ini untuk menghindari bubur cepat basi. Cuma sampai nanti malam saja. 


Tapi kalau saya sih lebih suka bubur di suhu ruang. Jadi ketika membeli memang akan dikonsumsi. Atau minimal satu dua jam berikutnya. Sehingga secara tekstur masih sama. Kalau kelamaan di udara terbuka, bubur akan berair. Jadi tidak menarik dan tentu saja mengurangi selera, meski belum basi.


Bubur Seroja, Cocok Untuk Semua Usia

bubur campur seroja


Kapan makan bubur? Saya rasa tidak ada waktu pasti. Eh, saya sih kalau lagi pengen saja. Atau beberapa waktu lalu ketika saya sedang sakit dan tidak selera makan. Rasanya makan makanan yang halus menjadi lebih meringankan kerja mulut dan gigi saya untuk mengunyah. Makan bubur manis lebih bisa menjadi sumber energi.


Juga ketika orang tua sakit, bubur bisa menjadi pilihan. Asal tidak sedang radang tenggorokan saja. Karena rasa manis dan santannya bisa menyiksa. 


Bubur Seroja dengan berbagai variannya ini disukai banyak kalangan dan usia. Anak kecil biasanya suka yang manis-manis seperti bubur mutiara. Apalagi teksturnya kenyal dan empuk. 


Pelanggan bisa menikmati bubur di tempat atau dibawa pulang. Tempatnya meskipun kecil dan terbuka namun cukup nyaman untuk makan. Lokasinya berada di Jalan Basuki Rahmad Tuban, disamping depot Rahayu.  Karena ini warung kecil tidak alamat jelas seperti nomor. Tapi jangan khawatir, di map bisa dengan mudah ditemukan. Buka mulai pukul 09.00.


Harga per porsi bubur baik satu macam bubur maupun campur sama, Rp 6.000.

^_^


Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

Belum ada Komentar untuk "Bubur Seroja, Bubur Campur Aneka Rasa"

Posting Komentar

Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel