Tips Menyikapi Sikap Dewasa Anak Remaja

anak remaja



Assalamualaikum,

Ada sedikit rasa khawatir ketika anak saya sudah menginjak masa remaja sekitar usia 16 tahun. Tentang pergaulan remaja, pendidikan, kemandirian dan sebagainya. Saya tak akan mengekangnya dengan alasan-alasan yang tak masuk akal. Bisa-bisa si anak akan menghindari saya. Bisa gawat hubungan orang tua dan anak.



Di usia inilah, anak merasa sudah cukup dewasa untuk memutuskan banyak hal untuk dirinya sendiri. Lingkup pertemanannya bisa sangat berbeda dengan saat masih anak-anak. Apalagi jika si anak mulai sekolah di luar kota sehingga memiliki suasana dan teman-teman baru. Baik atau buruk pasti ada pengaruhnya.

Contohnya ketika anak sulung saya mulai sekolah di Malang. Saya melepaskan demi kebaikannya. Saya berharap si anak mulai terbiasa jauh dari orang tua dan mandiri. Masalah pertemanan, sejak awal saya percaya padanya.

Tips Menyikapi Sikap Dewasa Anak 


Orang tua tidak bisa begitu saja mencurigai anak. Entah ketika sedang tidak setuju dengan pilihannya atau ketika si anak memutuskan pilihannya yang kita anggap saja. Bagi saya, itu adalah pelajaran berharga. Saya tidak bisa mendikte anak untuk melakukan semua keinginan saya. Yang ada adalah memberikan kesempatan, mengarahkan dan menerimanya. Tugas orang tua adalah memberikan nasihat yang membantu perkembangan anak. 

Seperti ketika anak saya memutuskan untuk memilih kelas 4 semester ketika SMA. Atau ketika dia memutuskan untuk berlibur Bersama teman-temannya daripada pulang kampung. Ada banyak hal yang ingin dia coba. Karena hidup ini terlalu berwarna untuk dilewatkan begitu saja.

Saya cerita sedikit ketika anak sulung saya memilih kelas 4 semester yang berakibat pada padatnya jadwal belajar sehingga tidak ada celah untuk belajar selain mata pelajaran sekolah. Si anak hanya bisa mengikuti ektra kurikuler pilihan (selain wajib ya) di awal semester saja. Padahal di sekolahnya itu dia sangat tertarik ikut beberapa ekstra. Sepertinya harus memendam keinginan itu karena setiap hari adalah mengejar target nilai sekolah.

Jadi memang semua pilihan itu ada konsekuensinya. Baik atau buruk tinggal bagaimana kita mengambil sudut pandangnya. Saya akan mengatakan ini adalah keputusan yang baik yang perlu didukung orang tua karena anak hanya perlu menyelesaikan sekolahnya selama 2 tahun saja. Tidak perlu membayar uang sekolah, biaya hidup dan sebagainya. Namun akan menjadi buruk karena anak kehilangan masa-masa menyenangkan di sekolah hanya karena mengejar target terus. Atau yang lebih parah, si anak makin stress dengan berbagai tekanan sekolah. Tapi kalua si anak tidak mempermasalahnya alias baik-baik saja, mengapa orang tua justru ribut!

Nah, daripada orang tua galau, khawatir terus-menerus, ada baiknya untuk mendengarkan ceritanya. Menjadi temannya saat dia dengan suka cita bercerita masa remajanya. Nah, berikut ini ada beberapa hal yang saya lalukan agar orang tua tetap dekat dengan anak yang merasa sudah dewasa, sudah mampu membuat keputusan serius untuk dirinya.

Menjadi teman anak


Menjadi tempat curhat anak tidak buruk kok. Meski kadang terlihat konyol, tak apalah. Saya anggap sedang berpetualang ke masa remaja saya. Dengan begitu si anak tidak terlihat canggung bahkan ketika berbicara hal-hal yang tabu dan rahasia. Aih, kalua anak mau cerita tentang rahasianya itu keren loh. Mungkin yang dianggap anak rahasia itu berbeda dengan yang dibayangkan orang tua. Tetap saja itu menarik, kok.

Berempati


Empati adalah kemampuan memahami dan menghargai perasaan orang lain. Kalua orang lain itu adalah anak sendiri, why not? Justru orang tua harus meluangkan waktu untuk dekat dengan anak dan memberikan ruang untuk empati. Karena saya peduli dengan anak tanpa menghakimi.  

Tunjukkan simpati


Meski anak terlihat dewasa dan bisa memutuskan pilihan-pilihan dalam hidupnya, saya tetap memantau anak. Bagaimana ketika dia membuat keputusan A dan ternyata berakibat buruk. Anak kadang terlalu memaksa dan keras kepala dengan keputusannya. di saat seperti ini, orang tua bisa mengulurkan bantuannya. 

Anak-anak harus belajar untuk mandiri dan dewasa dengan atau tanpa orang tua. Karena dalam hidup ini tidak selamanya orang tua menjadi pelindung di segala suasana. Selama itu masih di jalan yang semestinya, tidak masalah jika anak membuat pilihannya sendiri. Suka atau tak suka semua ada resikonya. 

^_^






Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

Belum ada Komentar untuk "Tips Menyikapi Sikap Dewasa Anak Remaja"

Posting Komentar

Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel