Selat Solo Tenda Biru, Surganya Kuliner Khas Solo
Assalamualaikum,
Kalian termasuk yang suka bikin itinerary tempat wisata hingga tempat makan sebelum traveling atau tidak? Iya, tidak?
Beberapa kali bikin itinerary, dengan ekspektasi berhasil, tapi faktanya zonk. Ya, bisa jadi ketika ingin berkunjung ke suatu tempat ternyata cuaca sangat tidak bersahabat. Batal dong. Nunggu besok lagi, keburu pulang. Nah, dari kasus seperti ini, ketika plan A gagal, harus bisa menyiasati dengan plan B. Gimana, mending lanjut kan?
Dalam rencana saya, pengen wisata ke satu tempat, demikian juga pengen kuliner di tempat lain. Dan itu seringnya tidak satu jalur. Akhirnya boros waktu dan tenaga. Kalaupun tiba di tempat tujuan, sudah terlalu capek. Atau karena sudah tidak bisa menahan lapar lagi, akhirnya mencari makanan random terdekat. Aduh, mau makan saja kok repot.
Kali ini, saya memang tidak mau pusing mikirin makan. Tapi karena tidak banyak tempat yang akan kami kunjungi saya akhirnya bisa makan makanan yang lama saya incar. Yeah, Selat Solo di rumah makan Tenda Biru. Penasaran dengan selat Solo legendaris ini? Yuk, simak cerita saya!
Suasana Makan Selat Solo Tenda Biru
Bicara tentang Tenda Biru, saya mikirnya kami bakal makan di lokasi yang ada tenda berwarna biru. Bener-bener saklek gitu. Saya tidak sempat goggling dulu, karena memang ingin menikmati perjalanan dan kejutan tanpa sibut buka gadget.
Saya yakin anak-anak saya bisa makan Selat Solo. Karena saya sering membeli galantin yang modelnya sama seperti Selat Solo. Isinya ada sayuran dan irisan galantin dengan kuah dari saus tomat yang dicampur bahan lainnya. Jadi, pasti maulah makan Selat Solo.
Yang menjadi masalah adalah suami saya. Aduh, saya sempat bingung juga mau dikasih makan apa. Tapi dia justru meyakinkan saya, kalau disana nanti pasti ada menu selain Selat Solo. Oke, tapi kalau tidak ada gimana? Tapi sebaiknya kami segera menuju ke lokasi saja. Karena kami bakal tahu menu yang ada kalau sudah berada di tempat.
Malam itu, gerimis tapi rumah makan ini ramai juga. Tempat parkir di depan penuh, tapi kami diarahkan untuk masuk lewat jalan sempit di samping. Jadi, tempat parkirnya lumayan juga. Kami bisa parkir di samping bangunan rumah makan. Biar gampang saja kalau mau pulang nanti. Sementara di belakang masih ada tempat parkir lagi. jadi untuk kalian yang mengendarai kendaraan roda empat, parkiran aman.
Untuk menikmati menu makanannya, kita bisa memilih tempat duduk di dalam atau di luar. Sempat terpikir mau yang outdoor, tapi kemudian pilih yang di dalam saja. Banyak pilihan tempat duduk. Satu meja terdapat 4 tempat duduk. Karena saya berlima, saya pilih dua meja yang berdekatan.
Menu Selat Selat Solo Tenda Biru
Begitu masuk Tenda Biru, saya langsung bisa menemukan menu yang ditempel di dinding. Wah, harganya ternyata bersahabat ya. Alias nggak mahal! Entah porsinya seberapa tapi yang ada dalam pikiran saya ya soal harga yang masuk akal.
Benar juga tebakan suami, ada menu selain Selat Solo. Jadi buat yang pengen makan berat tersedia disini. Buktinya saya memesan nasi gudeg untuk suami. Selain itu ada nasi pecel wader, rica ayam dan nasi ayam goreng. Beberapa menu yang sudah habis juga dinformasikan disini. Jadi pelanggan tetap bisa memantau menu yang ready,
Pesanan kami diproses tidak lama kemudian. Jeda antara minuman yang disajikan dan makanannya tidak lama. Bahkan ketika saya minta tambahan mendoan, segera saja dilayani. Padahal pelanggan sedang ramai. Dengan pelayanan seperti ini, saya suka. Nilai plusnya jadi nambah nih.
Selat Solo yang kami pesan yaitu Selat Galantin dan Selat Daging. Selat Solo terdiri dari wortel, buncis, kentang, selada, telur, galantin/daging/iga, dll, timun, tomat dan mayones. Saya yang agak tidak biasa itu mayonesnya. Sempat nyicip rasanya asem banget. Jadi kurang pas saja ketika dicampur dengan kuah. Atau mungkin karena saya saja yang tidak familiar dengan menu ini.
Disini saya memesan selat galantin dan daging. Kalau galantin sudah tahu sih, cuma ini bentuknya seperti bakso. Sedangkan yang daging, teksturnya empuk dengan kuah yang manis. Makan Selat Solo saja rasanya sudah kenyang. Oh ya, tambah mendoan. Beneran ketika pesan baru digoreng. Jadi pas untuk menemani makan malam kami.
Saya juga suka gudegnya, yang berisi telur, krecek, sayur nangka dan sambal. Gudeg Solo lebih terang warnanya daripada gudeg Yogya. Saya sempat nyicip sedikit. Gudegnya gurih dan sedikit pedas. Tidak terlalu manis. Tapi menurut saya, perpaduan rasa disini pas kok. Kalau manis banget suka eneg.
Secara keseluruhan saya suka menu disini. Meski baru mencoba beberapa tapi saya yakin kalau menu lainnya cocok juga di lidah saya.
Lokasi Selat Solo Tenda Biru
Jl. Dr. Wahidin no.26 Purwosari, Laweyan, Solo.
kalau kesulitan menjangkau lokasinya lebih baik mengandalkan maps. Seperti saya juga sih. kalau ke kota yang jarang-jarang singgah ya kemana-mana dipastikan dengan google maps.
So, buat teman-teman yang pengen menikmati kuliner khas Solo, Selat Solo Tenda Biru bisa menjadi pilihan yang tepat.
^_^
Wah aku baru minggu lalu first time menjajal makanan khas solo ini. Dan menurutku enak pake banget. Tapi belinya gak di Tenda Biru tapi di Vien's pusat daerah banjarsari Surakarta.
BalasHapusRasanya perlu dijadikan komparasi nih.. Hehe