Bertanam Buah, Bertanam Kebaikan



Jambu Jamaica


Dahulu saya bercita-cita memiliki sebuah rumah dengan halaman yang cukup luas. Tidak terlalu luas. Yang penting anak-anak bisa bermain di halaman kami. Berkejaran dan bermain tanah.


Baca juga Hadiah Untuk Kebaikan Sang Guru....

Faktanya.... harga tanah itu mahal. Semakin tahun semakin mahal.

Meski saya tak memiliki halaman luas, tapi saya bersyukur masih memiliki sedikit halaman untuk berkebun. Di awal memiliki rumah, rasanya galau mau menanam apa. Sedikit halaman di depan rumah akhirnya dibuat taman mini.

Seluruh tanah tertutup rumput. Ini sangat menyenangkan buat anak-anak. Mereka bebas menginjak rumput hingga berguling-guling di rumput. Maklum anak baru dua, yang bungsu masih balita.

Kemudian rumput kok jadi tak karuan. Ganti rumput lagi dan tak berhasil. Entahlah, masalah tanam-menanam seperti ini saya memang kurang telaten alias pemalas. Kalau lagi senang, suami bongkar taman dan membeli tanaman baru. Setelah itu bubar...

Karena kegagalan demi kegagalan tersebut akhirnya saya dan suami memutuskan untuk bertanam pohon buah saja. Tapi buah apa?

Setelah diskusi dengan penjual tanaman (saya sengaja meminta untuk memilihkan buah-buahan apa yang perawatannya gampang, termasuk kalau kami sedang tidak di rumah), kami setuju dengan pohon jambu Jamaica atau jambu bol atau jambu Darsono atau jambu raksasa. Membeli bibit pohon buah sekaligus mendapat bonus bibit belimbing Tasikmadu, yaitu belimbing lokal yang rasanya manis.

Bertanam pohon buah seperti jambu dan belimbing ini membuat saya penasaran. Kok lama tidak kunjung berbuah. Setahun dua tahun bahkan lima tahun. Adapun berbuah tapi belum maksimal.

Setelah menunggu hampir 6 tahun, akhirnya pohon jambu berbuah juga. Aduh... senangnya bukan main. Sampai saya simpan buahnya, menunggu suami pulang. Tapi tak kunjung dimakan. Karena... kita telah menunggu begitu lama dan rasanya tidak tega.

Panen pertama disusul panen berikutnya. Syukurlah, hasilnya banyak melebihi ekspektasi kami. Buahnya ranum dan menggoda. Setiap saati saya intip, sambil berharap jangan sampai dimakan kelelawar ataupun burung. Jangan sampai kelihatan orang dari luar.

Sebagai bentuk pengamanannya saya membungkus buah-buahan tersebut hingga tiba waktu panen. Kalau dalam satu tangkai ada banyak buah, biasanya tidak maksimal berkembang. Jadi ada yang besar, bahkan ada yang jatuh.

Pohon pisang


Sementara di halaman belakang saya menanam pohon pisang ulin (saya kurang tahu dalam bahasa Indonesia disebut pisang jenis apa). Cukup dibiarkan saja, tanpa perlu banyak perawatan kecuali musim kemarau, mesti menyiramnya. Kalau musim hujan seperti ini, biarkan saja, bisa tumbuh dan berbuah, bahkan beranak pinak.

Bagi saya sangat menyenangkan bisa bertanam pohon buah karena saya tidaka perlu repot merawatnya setiap hari. Cuma karena pertumbuhannya cepat, pohon jambu dan belimbing harus rajin dipangkas agar rapi. Lagipula sampah daunnya juga banyak.

Dengan memiliki pohon buah-buahan ini, anak-anak terlibat secara langsung dalam perawatannya. Mereka ikut memangkas, memberi pupuk dan menyiram, sesekali. Termasuk bermain-main di pohonnya. Batang pohon sudah cukup kuat untuk dipanjat.

Kalau buahnya ada di atas, saya kerap meminta bantuan anak-anak. Tubuh mereka lebih ringan buat memanjat batang daripada saya. Sementara saya bersiap di bawahnya, menerima lemparan buah. Hap... hap masuk keranjang.

Saya mendapatkan banyak manfaat dari pohon-pohon tersebut, antara lain:


  1. Rumah menjadi lebih teduh
  2. Udara segar
  3. Mengenalkan buah-buahan
  4. Belajar merawat tanaman
  5. Menikmati buahnya


Beberapa waktu lalu ada dua kelelawar yang biasa tidur di pohon jambu. Kami bisa mengamati seperti apa sih kelelawar itu kalau tidur. Kami bisa mengenal binatang-binatang pemakan buah. Jadi, kami lebih waspada agar buah tetap matang.

Dari semua manfaat itu, buah-buahan yang dihasilkan bisa digunakan sebagai buah tangan ketika silaturahim ke rumah tetangga, teman, mertua, dan lainnya. Saya tidak perlu mencari sesuatu sebagai buah tangan. Saya tidak perlu membeli. Tinggal memetik dan tara.... berbagi buah segar!

Bahkan pernah saking banyaknya buah jambu, dan saya semakin hari semakin kuwalahan, akhirnya saya bawa ke sekolah. Ada yang pesan, sebaiknya dijual saja. Tapi kalau dijual itu harganya berapa? Saya tidak pernah menemui ada orang yang menjual buah jambu ini. Jadi selama saya masih bisa berbagi ya gratis saja.

Bagaimana teman-teman? Tertarik untuk bertanam buah?

^_^

Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

21 Komentar untuk "Bertanam Buah, Bertanam Kebaikan"

  1. Satu lagi mbak manfaat pohon, bisa berbagi dengan tetangga

    BalasHapus
  2. di rumah mamahku banyak tanaman sayuran yg ditanam di pot, awalnya mamahku iseng naro potongan ujung daun bawang, jahe dll di atas pot dan semuanya numbuh ... jadi tiap mau numis, mamah tinggal motong aja daun bawangnya, lebih seger2 katanya sih

    blom kesampean punya pohon buah2an, karena lahan kosong di rumah blio udah penuh sama sayuran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, kalau sayuran butuh perawatan ya. Saya belum sanggup ini.

      Hapus
  3. Di depan rumah saya juga ada mba pohon Jambu berbuah bisa 4 kali setahun , kalau berbuah lebat minta ampun. Sampai saya bilang siapapun boleh ambil berapa banyakpun. Padahal bukan saya yang nanam tapi keluarga yang sebelumnya menempati rumah itu (kami rumah dinas kantor).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengalaman yang sama mba. Dulu pernah tinggal di rumah dinas, ada pohon mangganya. Yang nanam, orang sebelum aku. Baru beberapa bulan menempati sudah berbuah. Aih senangnya.

      Hapus
  4. Asyik banget yaaa, anak-anak jadi bisa belajar banyak tentang proses menanam dan menunggu buah-buahan tersebut berbuah. Pisang ulin kek pisang lampung yaaa? pisangnya kecil-kecil gitu? kalau aku suka sebut pisang lilin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Entah apa namanya, pisangnya kecil-kecil dan manis banget.

      Hapus
  5. Selain manfaat diatas, asiknya lagi kalau lagi berbuah ya, Teh.
    Bisa dinimati bersama keluarga..

    BalasHapus
  6. Setidaknya kita tidak harus beli jika lagi musimnya
    di pekarangan rumah orang tuaku saja masih bnyak pohon2 buah
    ya cukup untuk di nikmati jika berbuah

    BalasHapus
  7. Halaman dengan rumput hijau dan tanaman buah-buahan wah asri banget ya, sayangnya halaman rumahku udah di papingblok hanya menyisakan pohon belimbing wuluh dan kelengkeng hehe lumayan buat teduhan

    BalasHapus
  8. kalau aku baru dalam tahap tabam cabe atau pohon obat, kalau buah katanya memang harus lebih telaten ya mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dalam hal ini, saya tidak telaten. Makanya saya pilih tanaman buah yang tidak butuh banyak perawatan, hihi...

      Hapus
  9. Tanaman buahku baru 2 mba yang berbuah..jambu biji merah+pepaya.kelengkeng..entah kenapa, cuma berbunga dan rontok.

    Ada 3 pohon alpukat juga di blkng..tapi blm berbuah.

    Yang jelas..aku lbh suka nanem buah dibanding bunga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga punya pohon alpukat, mba. Itu sih kayaknya nggak bakal berbuah. Lha, nanamnya asal. Asal lempar bijinya, kemudian tumbuh. Makanya nggak saya tulis diatas, hihi... Paling sering dipakai main panjat-panjatan sama anak-anak.

      Hapus
  10. saya juga senang menanam tanaman berbuah saat ini yang sudah berbuah banyak pepaya jenis california, kalau berbuah bisa berbagi dengan tetangga

    BalasHapus
  11. Persis seperti di rumah saya yang lama. Ada pohon mangga apel. Pohonnya besar, rindang, dan buahnya manis sekali. Mungkin karna ada pohon itu, tetangga2 pada kumpul sambil berteduh. Buahnya juga kalau panen selalu dibagi ke tetangga2 sekitar, karna ngga mungkin juga habis sendiri.

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel