Bertanam Buah, Bertanam Kebaikan
Rabu, 24 Januari 2018
21 Komentar
Dahulu
saya bercita-cita memiliki sebuah rumah dengan halaman yang cukup luas. Tidak
terlalu luas. Yang penting anak-anak bisa bermain di halaman kami. Berkejaran dan bermain tanah.
Baca juga Hadiah Untuk Kebaikan Sang Guru....
Faktanya.... harga tanah itu mahal. Semakin tahun semakin mahal.
Faktanya.... harga tanah itu mahal. Semakin tahun semakin mahal.
Meski
saya tak memiliki halaman luas, tapi saya bersyukur masih memiliki sedikit
halaman untuk berkebun. Di awal memiliki rumah, rasanya galau mau menanam apa. Sedikit
halaman di depan rumah akhirnya dibuat taman mini.
Seluruh
tanah tertutup rumput. Ini sangat menyenangkan buat anak-anak. Mereka bebas
menginjak rumput hingga berguling-guling di rumput. Maklum anak baru dua, yang
bungsu masih balita.
Kemudian
rumput kok jadi tak karuan. Ganti rumput lagi dan tak berhasil. Entahlah,
masalah tanam-menanam seperti ini saya memang kurang telaten alias pemalas. Kalau
lagi senang, suami bongkar taman dan membeli tanaman baru. Setelah itu bubar...
Karena
kegagalan demi kegagalan tersebut akhirnya saya dan suami memutuskan untuk
bertanam pohon buah saja. Tapi buah apa?
Setelah
diskusi dengan penjual tanaman (saya sengaja meminta untuk memilihkan buah-buahan apa yang perawatannya gampang, termasuk kalau kami sedang tidak di rumah), kami setuju dengan pohon jambu Jamaica atau
jambu bol atau jambu Darsono atau jambu raksasa. Membeli bibit pohon buah
sekaligus mendapat bonus bibit belimbing Tasikmadu, yaitu belimbing lokal yang
rasanya manis.
Bertanam
pohon buah seperti jambu dan belimbing ini membuat saya penasaran. Kok lama
tidak kunjung berbuah. Setahun dua tahun bahkan lima tahun. Adapun berbuah tapi
belum maksimal.
Setelah
menunggu hampir 6 tahun, akhirnya pohon jambu berbuah juga. Aduh... senangnya
bukan main. Sampai saya simpan buahnya, menunggu suami pulang. Tapi tak kunjung
dimakan. Karena... kita telah menunggu begitu lama dan rasanya tidak tega.
Panen
pertama disusul panen berikutnya. Syukurlah, hasilnya banyak melebihi
ekspektasi kami. Buahnya ranum dan menggoda. Setiap saati saya intip, sambil
berharap jangan sampai dimakan kelelawar ataupun burung. Jangan sampai
kelihatan orang dari luar.
Sebagai
bentuk pengamanannya saya membungkus buah-buahan tersebut hingga tiba waktu
panen. Kalau dalam satu tangkai ada banyak buah, biasanya tidak maksimal
berkembang. Jadi ada yang besar, bahkan ada yang jatuh.
Sementara
di halaman belakang saya menanam pohon pisang ulin (saya kurang tahu dalam
bahasa Indonesia disebut pisang jenis apa). Cukup dibiarkan saja, tanpa perlu
banyak perawatan kecuali musim kemarau, mesti menyiramnya. Kalau musim hujan
seperti ini, biarkan saja, bisa tumbuh dan berbuah, bahkan beranak pinak.
Bagi
saya sangat menyenangkan bisa bertanam pohon buah karena saya tidaka perlu
repot merawatnya setiap hari. Cuma karena pertumbuhannya cepat, pohon jambu dan
belimbing harus rajin dipangkas agar rapi. Lagipula sampah daunnya juga banyak.
Dengan
memiliki pohon buah-buahan ini, anak-anak terlibat secara langsung dalam
perawatannya. Mereka ikut memangkas, memberi pupuk dan menyiram, sesekali. Termasuk
bermain-main di pohonnya. Batang pohon sudah cukup kuat untuk dipanjat.
Kalau
buahnya ada di atas, saya kerap meminta bantuan anak-anak. Tubuh mereka lebih
ringan buat memanjat batang daripada saya. Sementara saya bersiap di bawahnya,
menerima lemparan buah. Hap... hap masuk keranjang.
Saya
mendapatkan banyak manfaat dari pohon-pohon tersebut, antara lain:
- Rumah menjadi lebih teduh
- Udara segar
- Mengenalkan buah-buahan
- Belajar merawat tanaman
- Menikmati buahnya
Beberapa
waktu lalu ada dua kelelawar yang biasa tidur di pohon jambu. Kami bisa
mengamati seperti apa sih kelelawar itu kalau tidur. Kami bisa mengenal
binatang-binatang pemakan buah. Jadi, kami lebih waspada agar buah tetap
matang.
Dari
semua manfaat itu, buah-buahan yang dihasilkan bisa digunakan sebagai buah
tangan ketika silaturahim ke rumah tetangga, teman, mertua, dan lainnya. Saya tidak
perlu mencari sesuatu sebagai buah tangan. Saya tidak perlu membeli. Tinggal
memetik dan tara.... berbagi buah segar!
Bahkan
pernah saking banyaknya buah jambu, dan saya semakin hari semakin kuwalahan,
akhirnya saya bawa ke sekolah. Ada yang pesan, sebaiknya dijual saja. Tapi kalau
dijual itu harganya berapa? Saya tidak pernah menemui ada orang yang menjual
buah jambu ini. Jadi selama saya masih bisa berbagi ya gratis saja.
Bagaimana
teman-teman? Tertarik untuk bertanam buah?
^_^
Satu lagi mbak manfaat pohon, bisa berbagi dengan tetangga
BalasHapusIya.
Hapusdi rumah mamahku banyak tanaman sayuran yg ditanam di pot, awalnya mamahku iseng naro potongan ujung daun bawang, jahe dll di atas pot dan semuanya numbuh ... jadi tiap mau numis, mamah tinggal motong aja daun bawangnya, lebih seger2 katanya sih
BalasHapusblom kesampean punya pohon buah2an, karena lahan kosong di rumah blio udah penuh sama sayuran
Wah, kalau sayuran butuh perawatan ya. Saya belum sanggup ini.
HapusDi depan rumah saya juga ada mba pohon Jambu berbuah bisa 4 kali setahun , kalau berbuah lebat minta ampun. Sampai saya bilang siapapun boleh ambil berapa banyakpun. Padahal bukan saya yang nanam tapi keluarga yang sebelumnya menempati rumah itu (kami rumah dinas kantor).
BalasHapusPengalaman yang sama mba. Dulu pernah tinggal di rumah dinas, ada pohon mangganya. Yang nanam, orang sebelum aku. Baru beberapa bulan menempati sudah berbuah. Aih senangnya.
HapusAsyik banget yaaa, anak-anak jadi bisa belajar banyak tentang proses menanam dan menunggu buah-buahan tersebut berbuah. Pisang ulin kek pisang lampung yaaa? pisangnya kecil-kecil gitu? kalau aku suka sebut pisang lilin
BalasHapusEntah apa namanya, pisangnya kecil-kecil dan manis banget.
HapusSelain manfaat diatas, asiknya lagi kalau lagi berbuah ya, Teh.
BalasHapusBisa dinimati bersama keluarga..
Bener deh, mas.
HapusSetidaknya kita tidak harus beli jika lagi musimnya
BalasHapusdi pekarangan rumah orang tuaku saja masih bnyak pohon2 buah
ya cukup untuk di nikmati jika berbuah
Bisa makan gratis itu bikin hemat.
HapusHalaman dengan rumput hijau dan tanaman buah-buahan wah asri banget ya, sayangnya halaman rumahku udah di papingblok hanya menyisakan pohon belimbing wuluh dan kelengkeng hehe lumayan buat teduhan
BalasHapusMasih lumayan mba, bisa buat berteduh.
Hapuskalau aku baru dalam tahap tabam cabe atau pohon obat, kalau buah katanya memang harus lebih telaten ya mbak.
BalasHapusDalam hal ini, saya tidak telaten. Makanya saya pilih tanaman buah yang tidak butuh banyak perawatan, hihi...
HapusTanaman buahku baru 2 mba yang berbuah..jambu biji merah+pepaya.kelengkeng..entah kenapa, cuma berbunga dan rontok.
BalasHapusAda 3 pohon alpukat juga di blkng..tapi blm berbuah.
Yang jelas..aku lbh suka nanem buah dibanding bunga.
Aku juga punya pohon alpukat, mba. Itu sih kayaknya nggak bakal berbuah. Lha, nanamnya asal. Asal lempar bijinya, kemudian tumbuh. Makanya nggak saya tulis diatas, hihi... Paling sering dipakai main panjat-panjatan sama anak-anak.
Hapussaya juga senang menanam tanaman berbuah saat ini yang sudah berbuah banyak pepaya jenis california, kalau berbuah bisa berbagi dengan tetangga
BalasHapusWow... ada pepaya california, aduh senangnya.
HapusPersis seperti di rumah saya yang lama. Ada pohon mangga apel. Pohonnya besar, rindang, dan buahnya manis sekali. Mungkin karna ada pohon itu, tetangga2 pada kumpul sambil berteduh. Buahnya juga kalau panen selalu dibagi ke tetangga2 sekitar, karna ngga mungkin juga habis sendiri.
BalasHapus