Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta


benteng vredeburg


Halo teman-teman!

Masih semangat buat menjelajahi alam, menikmati jejak-jejak sejarah, bertemu dengan penduduk setempat ataupun mencicipi kuliner lokalnya? Apapun itu, traveling selalu menghadirkan keunikannya.


Baca juga Ke Yogyakarta, Jangan Lupa Mampir di Malioboro

Sstt... ngomong tentang traveling, saya jadi sedih karena stok tulisan sudah sangat menipis. Akhirnya saya ubek-ubek folder foto. Berharap masih menemukan foto-foto yang layak dipajang di blog. Eh! Lalu, ingat kalau saya belum menulis tentang benteng Vredeburg.

Saya datang ke lokasi sebelum jam buka. Karena tujuan awal memang buat foto-foto di titik 0. Kemudian, sayang saja sudah sampai sini masak tidak sekalian mampir di Benteng Vredeburg yang berada dekat ujung Malioboro. Sambil menunggu buka, saya menunggu di depan benteng. Menikmati parit dengan air yang hijau setelah gagal meminta ijin untuk foto di depan gerbang. Pak petugas tetap pada pendiriannya. Meski gerbang sudah dibuka, selama belum masuk jam kunjungan, tak seorangpun diperbolehkan masuk kecuali para petugas. Ngintip, boleh!!!

parit


***

Bangunan museum identik dengan bangunan kuno dan berbau mistis. Kadang juga agak ragu karena bentuk bangunan yang dibiarkan tak terawat. Tapi... meski kuno begitu, cakep juga buat foto-foto. Bangunan unik karena memiliki gaya arsitektur yang khas.

Berada di area Benteng vredeburg saya mengagumi bangunannya yang masih terawat. Dinding bercat putih dengan tiang, jendela dan pintu berwarna abu-abu. Di depan ruang-ruang diorama ada beberapa kursi jadul berwarna coklat. Sementara deretan meriam, patung serdadu Belanda, Inggris hingga prajurit berdiri dengan gagah. Disampingnya ada keterangan nama mereka.

Melihat banyak patung serdadu, anak saya buru-buru menirukan gerakannya. Lalu cekrek. Dengan mengajak anak-anak berkunjung ke museum, mereka akan mengetahui sejarah. Meski ya namanya anak-anak semua dilakukan sambil bermain-main.  

meriam


Pohon-pohon besar dan tanaman rambatan di kanan dan kiri jalan menjadikan tempat ini rindang. Karena masih pagi dan baru buka, saya melihat beberapa petugas kebersihan sedang membersihkan halaman. Secara keseluruhan tempat ini bersih dan rapi.

Saya menyusuri jalanan di Benteng Vredeburg kemudian berakhir di pintu belakang benteng. Di bagian belakang ini ada tangga di kiri dan kanan. Kita bisa melihat lapangan rumput dan bangunan benteng dari atas.

halaman



Sejarah singkat Benteng Vredeburg:

Baca juga Kerajinan Perak Kotagede Yogyakarta 

Benteng Vredeburg dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono atas permintaan Belanda (Gubernur Nicholas Harting). Pembangunan benteng ini dengan tujuan untuk menjaga keamanan keraton dan sekitarnya. Namun maksud sesungguhnya adalah untuk memudahkan Belanda mengontrol segala kejadian di keraton.

Awalnya bangunan benteng sangat sederhana. Tembok benteng terbuat dari tanah yang diperkuat tiang-tiang penyangga dari kayu pohon kelapa dan aren. Bangunan di dalamnya terdiri atas bambu dan kayu dengan atap ilalang. Bentuknya bujur sangkar dengan empat sudut yang dipakai sebagai tempat penjagaan yang disebut saleka atau bastian.

serdadu perang


Selanjutnya oleh Gubernur Belanda W.H. van Ossenberg mengusulkan agar benteng dibangun lebih permanen. Pada tahun 1767-1787 benteng dibangun, diberi nama Rustenberg (benteng peristirahatan). Pada tahun 1867 di Yogyakarta terjadi gempa yang mengakibatkan sebagian bangunan rusak. Setelah diperbaiki benteng diberi nama Vredeburg (benteng perdamaian) sebagai bentuk hubungan Belanda dan keraton yang tidak saling menyerang.

Pada tahun 1992 hingga sekarang berdasarkan SK Mendikbud RI Profesor Fuad Hasan No. 0475/0/1992 tanggal 23 November 1992 secara resmi Benteng Vredeburg menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta yang menempati tanah seluas 46.574 meter persegi. Kemudian tanggal 5 September 1997 dalam rangka peningkatan fungsionalisasi museum, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mendapat limpahan untuk mengelola Museum Perjuangan Yogyakarta di Brontokusuman Yogyakarta berdasarkan SK Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: KM. 48/OT.001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003.

ruang diorama


Berkunjung ke museum adalah sarana yang baik untuk mengenalkan sejarah kepada anak-anak. “Jadi seperti ini loh sejarahnya....” Antara percaya dan masih berusaha mencerna hal-hal baru, anak-anak akan merekam gambar-gambar di museum.

Sebenarnya kalau mau mencari informasi tentang sejarah kita bisa bertanya kepada petugas atau menonton film dokumenter. Kita menonton seperti bioskop mini. Dari film tersebut lebih mudah dipahami anak-anak. Sayang ketika masuk ke diorama, si bungsu agak rewel.

diorama


Ada 4 diorama yang menggambarkan peristiwa sejarah. Tiap ruangannya diberi nama agar memudahkan para pengunjung.
  1. Ruang Diorama I, terdiri dari 11 buah diorama yang menggambarkan peristiwa sejarah yang terjadi sejak periode Perang Diponegoro sampai masa pendudukan Jepang di Yogyakarta (1825-1942)
  2. Ruang Diorama II, terdiri dari 19 buah diorama yang menggambarkan peristiwa sejarah sejak Proklamasi atau awal kemerdekaan sampai dengan Agresi Militer Belanda I (1945-1947)
  3. Ruang Diorama III, terdiri dari 18 buah diorama yang menggambarkan peristiwa sejarah sejak adanya Perjanjian Renville sampai dengan pengakuan kedaulatan RIS (1948-1949)
  4. Ruang Diorama IV, terdiri dari 7 buah diorama yang menggambarkan peristiwa sejarah periode Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai Masa Orde Baru (1950-1974)

diorama


Tiket masuk:


Dewasa: Rp 3.000
Anak-anak: Rp 2.000




tiket masuk


Jam buka:

Pukul 08.00 – 16.00

Lokasi:

Jl. Margo Mulyo No. 6 Ngupasan, Gondomanan Yogyakarta

Sumber bacaan:

https://www.museumindonesia.com/museum/96/1/Museum_Benteng_Vredeburg_Yogyakarta_Yogyakarta

https://www.hipwee.com/travel/museum-benteng-vredeburg-destinasi-bernuansa-mistis-di-jantung-kota-jogja/


http://vredeburg.id/en/

Happy traveling!
 

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

8 Komentar untuk "Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta"

  1. Wah, keren ya tempatnya mbak..tapi sy suka merinding deh kalau pergi ke tempat2 kayak gini :D

    BalasHapus
  2. Saya kalau ada sodara tak ajak kesini sekalian ke nol KM, Teh..he
    Asiknya memang pagi hari, selain sepi tidak panas juga..

    BalasHapus
  3. Bentuknya hampir sama nih dengan benteng rotterdam di makassar. Saya juga beberapa kali masuk kesini kalau main ke jogja, tempatnya memang asyik apalagi bisa belajar sejarah tentang benteng vredenburg ini. Bener tuh mbak, kalau pagi emang masih sepi, jadi bisa eksplor benteng lebih nyantai.

    BalasHapus
  4. Aku belum pernah kesana malah. Padahal kalo ke Jogja, buat aku mesti wajib ke Malioboro

    Mbak Nur, aku pas baca pembukanya tadi kok langsung inget nasib stok ide sama foto buat tulisanku sendiri ya. Banyak tapi mood aku lagi naik turun buat nulis. Hiks, sungguh menyedihkan

    BalasHapus
  5. Makasiiihhh udh diajak jln2 ke sini mbk. Jd pengobat rindu aku yg kgn bgd sm travelling.

    BalasHapus
  6. Rustenberg, jadi teringat nama font di komputer, hehehee
    tiket masuk ekonomis banget, tapi bisa jadi tempat liburan dan edukasi utk anak2 ya mbak, hehehe
    TFs utk sharingnya Mbak ^_^

    BalasHapus
  7. 10 tahun lalu pernah ke Benteng Vredeburg,
    jadi kangen Jogja , heuheuheu

    BalasHapus
  8. siiip ini lokasinya... aku kemarin yang ke jogja belum sempat ke tempat ini karena padatnya jadwal

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel