Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta
Jumat, 11 Mei 2018
7 Komentar
Halo
teman-teman!
Masih
semangat buat menjelajahi alam, menikmati jejak-jejak sejarah, bertemu dengan
penduduk setempat ataupun mencicipi kuliner lokalnya? Apapun itu, traveling
selalu menghadirkan keunikannya.
Baca juga Ke Yogyakarta, Jangan Lupa Mampir di Malioboro
Sstt... ngomong tentang traveling, saya jadi sedih karena stok tulisan sudah sangat menipis. Akhirnya saya ubek-ubek folder foto. Berharap masih menemukan foto-foto yang layak dipajang di blog. Eh! Lalu, ingat kalau saya belum menulis tentang benteng Vredeburg.
Sstt... ngomong tentang traveling, saya jadi sedih karena stok tulisan sudah sangat menipis. Akhirnya saya ubek-ubek folder foto. Berharap masih menemukan foto-foto yang layak dipajang di blog. Eh! Lalu, ingat kalau saya belum menulis tentang benteng Vredeburg.
Saya
datang ke lokasi sebelum jam buka. Karena tujuan awal memang buat foto-foto di
titik 0. Kemudian, sayang saja sudah sampai sini masak tidak sekalian mampir di
Benteng Vredeburg yang berada dekat ujung Malioboro. Sambil menunggu buka, saya menunggu di depan benteng. Menikmati parit dengan air yang hijau setelah gagal meminta ijin untuk foto di depan gerbang. Pak petugas tetap pada pendiriannya. Meski gerbang sudah dibuka, selama belum masuk jam kunjungan, tak seorangpun diperbolehkan masuk kecuali para petugas. Ngintip, boleh!!!
***
Bangunan
museum identik dengan bangunan kuno dan berbau mistis. Kadang juga agak ragu
karena bentuk bangunan yang dibiarkan tak terawat. Tapi... meski kuno begitu,
cakep juga buat foto-foto. Bangunan unik karena memiliki gaya arsitektur yang
khas.
Berada
di area Benteng vredeburg saya mengagumi bangunannya yang masih terawat. Dinding
bercat putih dengan tiang, jendela dan pintu berwarna abu-abu. Di depan
ruang-ruang diorama ada beberapa kursi jadul berwarna coklat. Sementara deretan
meriam, patung serdadu Belanda, Inggris hingga prajurit berdiri dengan gagah. Disampingnya
ada keterangan nama mereka.
Melihat
banyak patung serdadu, anak saya buru-buru menirukan gerakannya. Lalu cekrek. Dengan
mengajak anak-anak berkunjung ke museum, mereka akan mengetahui sejarah. Meski ya
namanya anak-anak semua dilakukan sambil bermain-main.
Pohon-pohon
besar dan tanaman rambatan di kanan dan kiri jalan menjadikan tempat ini rindang.
Karena masih pagi dan baru buka, saya melihat beberapa petugas kebersihan
sedang membersihkan halaman. Secara keseluruhan tempat ini bersih dan rapi.
Saya
menyusuri jalanan di Benteng Vredeburg kemudian berakhir di pintu belakang
benteng. Di bagian belakang ini ada tangga di kiri dan kanan. Kita bisa melihat
lapangan rumput dan bangunan benteng dari atas.
Sejarah singkat Benteng Vredeburg:
Baca juga Kerajinan Perak Kotagede Yogyakarta
Benteng Vredeburg dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono atas permintaan Belanda (Gubernur Nicholas Harting). Pembangunan benteng ini dengan tujuan untuk menjaga keamanan keraton dan sekitarnya. Namun maksud sesungguhnya adalah untuk memudahkan Belanda mengontrol segala kejadian di keraton.
Benteng Vredeburg dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono atas permintaan Belanda (Gubernur Nicholas Harting). Pembangunan benteng ini dengan tujuan untuk menjaga keamanan keraton dan sekitarnya. Namun maksud sesungguhnya adalah untuk memudahkan Belanda mengontrol segala kejadian di keraton.
Awalnya
bangunan benteng sangat sederhana. Tembok benteng terbuat dari tanah yang
diperkuat tiang-tiang penyangga dari kayu pohon kelapa dan aren. Bangunan di
dalamnya terdiri atas bambu dan kayu dengan atap ilalang. Bentuknya bujur
sangkar dengan empat sudut yang dipakai sebagai tempat penjagaan yang disebut
saleka atau bastian.
Selanjutnya
oleh Gubernur Belanda W.H. van Ossenberg mengusulkan agar benteng dibangun
lebih permanen. Pada tahun 1767-1787 benteng dibangun, diberi nama Rustenberg (benteng
peristirahatan). Pada tahun 1867 di Yogyakarta terjadi gempa yang mengakibatkan
sebagian bangunan rusak. Setelah diperbaiki benteng diberi nama Vredeburg
(benteng perdamaian) sebagai bentuk hubungan Belanda dan keraton yang tidak
saling menyerang.
Pada tahun 1992 hingga
sekarang berdasarkan SK
Mendikbud RI Profesor Fuad Hasan No. 0475/0/1992 tanggal 23 November 1992
secara resmi Benteng Vredeburg menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan
nama Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta yang menempati tanah seluas 46.574
meter persegi. Kemudian tanggal 5 September 1997 dalam rangka peningkatan
fungsionalisasi museum, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mendapat limpahan
untuk mengelola Museum Perjuangan Yogyakarta di Brontokusuman Yogyakarta berdasarkan
SK Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor: KM. 48/OT.001/MKP/2003 tanggal 5
Desember 2003.
Berkunjung
ke museum adalah sarana yang baik untuk mengenalkan sejarah kepada anak-anak. “Jadi
seperti ini loh sejarahnya....” Antara percaya dan masih berusaha mencerna
hal-hal baru, anak-anak akan merekam gambar-gambar di museum.
Sebenarnya
kalau mau mencari informasi tentang sejarah kita bisa bertanya kepada petugas atau
menonton film dokumenter. Kita menonton seperti bioskop mini. Dari film
tersebut lebih mudah dipahami anak-anak. Sayang ketika masuk ke diorama, si
bungsu agak rewel.
Ada
4 diorama yang menggambarkan peristiwa sejarah. Tiap ruangannya diberi nama
agar memudahkan para pengunjung.
- Ruang Diorama I, terdiri dari 11 buah diorama yang menggambarkan peristiwa sejarah yang terjadi sejak periode Perang Diponegoro sampai masa pendudukan Jepang di Yogyakarta (1825-1942)
- Ruang Diorama II, terdiri dari 19 buah diorama yang menggambarkan peristiwa sejarah sejak Proklamasi atau awal kemerdekaan sampai dengan Agresi Militer Belanda I (1945-1947)
- Ruang Diorama III, terdiri dari 18 buah diorama yang menggambarkan peristiwa sejarah sejak adanya Perjanjian Renville sampai dengan pengakuan kedaulatan RIS (1948-1949)
- Ruang Diorama IV, terdiri dari 7 buah diorama yang menggambarkan peristiwa sejarah periode Negara Kesatuan Republik Indonesia sampai Masa Orde Baru (1950-1974)
Tiket masuk:
Dewasa:
Rp 3.000
Anak-anak:
Rp 2.000
Jam buka:
Pukul
08.00 – 16.00
Lokasi:
Jl.
Margo Mulyo No. 6 Ngupasan, Gondomanan Yogyakarta
Sumber
bacaan:
https://www.museumindonesia.com/museum/96/1/Museum_Benteng_Vredeburg_Yogyakarta_Yogyakarta
https://www.hipwee.com/travel/museum-benteng-vredeburg-destinasi-bernuansa-mistis-di-jantung-kota-jogja/
http://vredeburg.id/en/
Happy
traveling!
^_^
Wah, keren ya tempatnya mbak..tapi sy suka merinding deh kalau pergi ke tempat2 kayak gini :D
BalasHapusSaya kalau ada sodara tak ajak kesini sekalian ke nol KM, Teh..he
BalasHapusAsiknya memang pagi hari, selain sepi tidak panas juga..
Aku belum pernah kesana malah. Padahal kalo ke Jogja, buat aku mesti wajib ke Malioboro
BalasHapusMbak Nur, aku pas baca pembukanya tadi kok langsung inget nasib stok ide sama foto buat tulisanku sendiri ya. Banyak tapi mood aku lagi naik turun buat nulis. Hiks, sungguh menyedihkan
Makasiiihhh udh diajak jln2 ke sini mbk. Jd pengobat rindu aku yg kgn bgd sm travelling.
BalasHapusRustenberg, jadi teringat nama font di komputer, hehehee
BalasHapustiket masuk ekonomis banget, tapi bisa jadi tempat liburan dan edukasi utk anak2 ya mbak, hehehe
TFs utk sharingnya Mbak ^_^
10 tahun lalu pernah ke Benteng Vredeburg,
BalasHapusjadi kangen Jogja , heuheuheu
siiip ini lokasinya... aku kemarin yang ke jogja belum sempat ke tempat ini karena padatnya jadwal
BalasHapus