Ibu Menghabiskan Sisa Makanan Anak, Yay or Nay?




Menghabiskan sisa makanan anak menjadi suatu yang wajar di kalangan ibu-ibu. Eman-eman, begitulah kira-kira yang melatarbelakanginya. Tapi apakah menghabiskan sisa makanan anak adalah suatu keharusan? Apakah semua ibu rela melakukan agar tak ada makanan yang bersisa lagi?


Saya sendiri kurang sependapat bahwa seorang ibu seperti memiliki kewajiban menghabiskan sisa makanan anak. Lagi-lagi perkara eman-eman. Kok ya ada makanan tinggal sedikit lalu dibuang. Aduh, itu rezeki, nyarinya dengan tetesan keringat dan perjuangan loh. Tapi mengapa si anak begitu mudah meninggalkan makanan. 


Sebagai ibu yang menyiapkan masakan anak-anak, saya merasa rugi. Sudah capek eh makanan tak dihabiskan anak. Alasannya macam-macam mulai dari tidak selera, sakit (benar-benar sakit dan pura-pura sakit), waktunya mepet, dsb. Lagi-lagi ibu sudah paham. Kecuali kalau anak sedang sakit, biasanya memang tak ada nafsu makan.

Nah, kalau hari-hari biasa dan tak ada masalah dengan kesehatan lalu si anak makan tapi tak habis, rasanya itu jengkel. Tapi menyimpan kejengkelan ini tak menyelesaikan masalah. Ada kalanya saya memilih untuk membuat menu baru yang gampang. Misalnya si anak lagi tidak mau masakan bersantan. Segera saya ganti dengan menu kesukaannya. Kalau di kulkas ada stok frozen food homemade lebih gampang. Saya biasa menyetok frozen food seperti bakso, nugget, kaki naga, dsb untuk keperluan keluarga. Tinggal keluarkan dan goreng. Tapi kalau tidak ada, sedia telur lalu bikin telur ceplok atau dadar.

Menyiapkan menu buat keluarga ini perjuangan banget. Ada banyak keinginan di kepala masing-masing anggota keluarga. Satu ingin pedas, satunya tidak. Satu ingin menu yang tak biasa, satu lagi ingin menu rumahan. Makan gorengan sama kecap buat suami saya sudah cukup nikmat. Tapi tidak menurut anak-anak.

Kadang saya tidak memasak dan memilih untuk membeli masakan saja. lnipun sudah sesuai kesepakatan anak tapi hasilnya kurang memuaskan. Untuk si bungsu saya selalu meminta nasinya dikurangi dari porsi biasanya.

Seperti tadi saya katakan, saya tidak suka menghabiskan makanan anak. Mengapa? Karena makanan anak saya sudah tak berbentuk lagi. Orang Jawa mengatakan mdededek. Nasi yang sudah kena kuah jadi mengembang dan lembek. Kemudian diaduk-aduk tak karuan.

Jujur, saya tak tega melihat makanan seperti ini. Jadi tidak nafsu makan melihat makanan sisa anak. Mau makan bagaimana kalau tak ada keinginan. Tapi membuang makanan juga bukan solusi yang baik.

Saya seperti harus mengulang masa anak-anak. Ketika anak pertama mengalami hal seperti ini kemudian berulang kepada anak kedua dan sekarang anak ketiga. Dengan model yang hampir mirip saya membuat trik agar makanan mereka habis.

Agar makanan dinikmati dengan lahap:


  1. Makan sesuai dengan porsinya
  2. Makan ketika lapar
  3. Makan dalam keadaan gembira
  4. Kreatif mengolah menu
  5. Makan bersama


Ketika makan di luar saya biasanya pesan satu untuk berdua dengan si bungsu. Anak ini makannya tidak banyak. Daripada nanti sisa, lebih baik makan seporsi berdua. Untuk menu makanan yang kering tidak masalah kalau berdua. Asal bukan anak saya yang mengaduk makanan hingga menyerupai bubur.

Kalau untuk makanan dibungkus dan dibawa pulang, saya buka dan lihat seberapa banyak makanan itu. Kemudian untuk si bungsu saya mengambil separo saja. Tapi kalau sudah pesan nasi sedikit biasanya dia habiskan juga. Di saat seperti ini saya lega.

Kalau ada si sulung, biasanya dia mau menerima limpahan makanan adiknya. Tapi dengan syarat, sebelum makanan diaduk-aduk, saya mengambilkan makanan si bungsu sesuai dengan porsinya, sesuai dengan kebutuhan makannya. Kalau tidak, makanan tidak akan berbentuk lagi.

Kalau lauk sekiranya tidak habis, saya ambilkan separo. Yang separo lagi disimpan untuk nanti. Atau dihabiskan kakak-kakaknya. Jadi lebih efektif juga.

Dengan cara seperti ini, tidak ada makanan sisa lagi. Makanan diambil sesuai dengan kebutuhan kita. Yang butuh makan banyak ya mengambil banyak. Aduh anak bujang itu porsinya paling banyak diantara kami berlima.

Saya ingin anak-anak bisa menghargai makanan yang ada. Bukan saja karena proses pembuatannya, namun lebih karena dalam makanan ada rasa syukur kita. Kalau makanan diecek-ecek, bersisa, rasanya sedih juga. Eman-eman, tapi masak  hal ini menjadi tanggung jawab para ibu. Yang kemudian berakibat pada bergesernya timbangan badan. Huhu...

^_^
Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

12 Komentar untuk "Ibu Menghabiskan Sisa Makanan Anak, Yay or Nay?"

  1. Klo aku juga ga harus mb hahaha, mlh cenderung emoh klo bentuke uda scakadut alias mbededeg itu tadi, palagi makanan waktu bayik, bubur homemade...huahaha...ga tau knp aku ga pingin ngehabiskan klo misal nds abis yawes wkkkk
    Pdhl paksu kdg yg ngledek suruh ngabisin yen makanane bayi nyisa, tp aku kan piye ngunu klo liat bubur hadeh

    BalasHapus
  2. Saya pun kalau masakin anak diusahakan yang sesuai selera saya juga tapi less salt, biar kalau nyisa ya saya bisa makan. Sepakat dengan tipsnya mba, mending dibikin porsi seerlunya saja dibandingkan porsi penuh tapi ternyata banyak sisa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itupun kadang masih sisa dengan berbagai alasan. Trus aku rayu, akhirnya makan lagi. Usaha terus deh.

      Hapus
  3. hahahahahha eh malah ketawa duluan :D
    Aku menghindari menghabiskan sisa anak sesuai dengan yg mba tulis, yaitu memberikan porsi makan yg cukup aja, aku selalu bilang sama raya, sedikit dulu kalau memang masih lapar baru tambah, jadi ngga ada makanan yg tersisa & mamih ngga gendut karena harus ngabisin makanan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak mau deh ngabisin makanan anak. Sekali aku mau, eh anaknya keterusan, nggak dihabisin.

      Hapus
  4. Sajikan makanan pakai piring yang bersekat-sekat atau tray bersekat. Jadi nasi, lauk dan sayurnya terpisah supaya nggak nyampur jadi satu. Kalau mau makan tinggal nyendok per bagian aja. Sama saja juga ngandalin telor dadar atau ceplok buat anak-anak hehehe. Juga homemade nuggets

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih idenya. Bener juga dengan begitu, makanan nggak kecampur dan masih berbentuk. Aku kepikiran makanan di wadah bekal yang bersekat.

      Hapus
  5. kupun klo sediain makan seperti mb Intan pake piring yg bersekat jd klo ga abis ga nyampur gitu hahaha krn aku tim habiskan makanan mb ketauan aku gembul 🤣

    BalasHapus
  6. aku jarang ngabisin makan anakku, karena aku selalu memberi porsi makan dikit dulu kalau masih mau baru ditambah, sudah besar aku selalu bilang apapun yang ada di meja makan tolong dohabiskan, alhamdulilah dimaanpun anakku berada selalu dihabiskan ,

    BalasHapus
  7. kalu aku anakku yang kedua itu kan susah makan mbak..cenderung picky eater..mknya aku sukanya ambilin makan dia dulu...bru kalau dia g hbs aku makan...takut gendut he he

    BalasHapus
  8. Aku tergantung bentuknya mba.. klo nasi, paling tak ambil lauk yang masih bisa dimakan. Tp banyak malesnya...tak buang ke belakang, buat makanan ayam

    BalasHapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel