Mengajak Orang Tua Liburan
Selasa, 03 Juli 2018
14 Komentar
Kadang
terselip perasaan sesal ketika saya baru-baru ini bisa mengajak orang tua
jalan-jalan. Betapa tidak, saya baru bisa mengajak orang tua jalan-jalan ketika
usia bapak dan bapak mertua sudah sepuh, ketika fisik tidak sekuat sepuluh
tahun lalu.
Dahulu
kemana saja? Setiap orang pasti memiliki prioritas. Banyak tuntutan ekonomi
yang mesti diselesaikan daripada memikirkan mau jalan kemana. Ya, traveling
tidak pernah terpikirkan di awal menikah. Saya dan suami ingin hidup mandiri
tanpa bantuan orang lain.
Keinginan
untuk mengajak orang tua baik orang tua saya maupun suami itu timbul dan
tenggelam. Kadang ragu dengan segala resiko. Tapi kami hanya ingin menawarkan
secuil kebahagiaan. Sedikit waktu dan dana untuk menikmati suasana di tempat
lain.
Justru
dahulu lebih sering bepergian bersama bapak mertua. Saya ingat ketika pertama
kali ikut suami dinas di Jakarta. Waktu ini bapak mertua sampai menemani kami
pindahan ke Surabaya. Juga ketika sering main ke Surabaya hanya untuk menjemput
suami. Atau mengunjungi saya setelah saya melahirkan kemudian jalan-jalan ke
kebun binatang.
Bagi
saya dan suami mengajak orang tua jalan-jalan itu tidak perlu muluk-muluk. Orang
tua tidak akan memaksa kami untuk pergi kesana dan kemari. Sebaliknya selalu
mengatakan terserah. Kemudian saya dan suami yang bingung mau diajak kemana.
Untuk
anggaran, disesuaikan saja dengan budget yang kami miliki. Tak masalah kota
yang ingin dituju. Lha cuma menjemput suami di Surabaya saja, bapak mertua saya
sudah senang. Pertama, senang karena bisa bertemu dengan anaknya. Kedua, senang
karena diajak jalan-jalan.
Sayang
beberapa tahun terakhir ini kesehatan bapak kurang baik. Bapak sudah tidak mau
lagi diajak pergi ke luar kota. Kecuali ada urusan yang sangat penting. Bulan
Maret lalu, bapak bersedia ke Jakarta karena adiknya mantu.
Saya
masih ingat dahulu ketika bapak mertua menggantikan posisi saya menggendong
bayi. Maklum saja, kalau ada bayi itu mau makan saja susahnya bukan main. Baru
duduk sebentar. anaknya rewel minta digendong. Saya cuma bisa melongo melihat
orang-orang makan. Padahal ya sudah
lapar dan capek dari tadi.
Nah,
bapak mertua yang sudah selesai dulu, gantian menggendong bayi. Juga ketika
sedang jalan-jalan dan anak saya mengeluh, gantian bapak yang menggendong. Menggendong
semampunya saja. Capek diturunkan, kemudian diajak jalan dan digendong lagi.
Berbeda
ceritanya dengan bapak saya. Beberapa waktu lalu, saya mengajak bapak saya
jalan-jalan ke Malang. Ceritanya bapak saya belum pernah saya ajak jalan-jalan.
Bapak saya workaholic. Sudah beberapa kali saya menawarinya main-main ke
Malang. Karena anak saya ke Malang saya jadi sering main kesana. Namun selalu
saja ada alasan untuk menolak. Wah, memang belum jodoh.
Pernah
sama adik saya, bapak diajak ke Yogyakarta. Memang awalnya mengatakan iya.
Kemudian mendekati hari H, mendadal bapak flu. Bapak menolak ikut. Tapi adik
memaksa. Karena memang sudah membelikan tiket kereta api, jadi tidak boleh
dibatalkan. Begitu kata adik yang membuat bapak segera berobat dan
alhamdulillah sembuh. Bapakpun berangkat ke Yogyakarta bersama keluarga adik.
Melihat
keberhasilan adik, sayapun ingin mengajak bapak jalan-jalan. Kalau beberapa
kali ajakan itu ditolak, kali ini saya berusaha membuat semua urusan bapak beres.
Yang dipikirkan bapak memang macam-macam. Mulai dari binatang peliharaan,
hingga pekerjaan. Padahal binatang peliharaan ini sudah ada yang merawat jika
bapak pergi. Sedangkan pekerjaan, asal sebelumnya sudah mulai mengerjakan
maka ketika waktunya jalan-jalan sudah beres.
Faktanya
tidak semudah itu. Ada saja yang menjadi kekhawatiran bapak. Saya berusaha
menenangkannya meski bapak seperti orang bingung. Namanya sedang piknik,
rekreasi, whatever deh, ya demi melupakan sejenak rutinitas kita. Tapi tidak
dengan bapak.
Saya
memang berhasil mengajak bapak piknik ke Malang. Waktu itu masih musim libur
semesteran, dan tahun baru. Urusan binatang peliharaan sudah ditangan si mbak.
Sebelum berangkat bapak sudah memberikan perintah untuk mengurus
binatang-bintang kesayangannya. Namun tetap saja bapak mengeluh tentang ini. Si
mbakpun ditelpon. Tidak diangkat, ditelpon lagi. Aduh galau deh.
Kemudian
pekerjaan, karena hari libur harusnya sudah tidak perlu dipikirkan. Ternyata
bapak lupa ada janji dengan orang. Ya, sudah urusan seperti ini diluar rencana
kami. Bapak sibuk menelpon mbak di toko. Saat itu hari Minggu yang artinya hari
libur. Aduh, pokoknya seru dan perjalanan menjadi tidak nyaman.
Begitu
tiba di lokasi wisata, bapak masih memikirkan banyak hal. Ya Allah, kapan ujian
ini berakhir. Saya hanya bisa mengatakan iya..iya saja. sambil berharap semoga
semua kekhawatiran bapak tidak terbukti.
Yang perlu
diperhatikan ketika mengajak orang tua liburan adalah:
- Mencari tempat wisata yang ramah
- Membuat orang tua nyaman ketika dalam perjalanan
- Menemaninya
Karena
fisik bapak sudah tidak sekuat zaman masih muda, jalan sebentar sudah
ngos-ngosan. Jadi sebaiknya mencari tempat yang ada tempat duduknya. Kalau bisa
ada warungnya biar mudah mencari minum. Atau membawa saja air minum dalam
botol. Agar ketika capek, orang tua mudah untuk istirahat dan mengisi energi.
Tidak
perlu memaksa orang tua untuk mengunjungi semua tempat. Meskipun kita sudah
membelikan tiket untuk keliling lokasi. Ketika sudah menyerah, ya sudah
ikhlaskan saja. Yang penting orang tua senang. Bukankah niatnya untuk
menyenangkan orang tua?
Waktu
itu saya mengajak ke Kusuma Agrowisata. Ketika bapak sudah capek saya memilih
menemani bapak duduk-duduk santai. Sementara suami dan anak-anak sibuk memetik
buah.
Setelah
urusan wisata beres adalah urusan perut. Sejak awal saya sudah sosialisasi
kepada anak-anak bahwa nanti kita akan makan sesuai dengan selera Mbah Kung
yang suka masakan berkuah dan pedas. Tapi anak-anak tidak perlu khawatir karena
mereka bisa memesan menu lain. Atau tetap sama namun tidak perlu pedas.
Hal-hal
seperti ini kelihatannya remeh, namun kadang bisa memicu huru-hara diantara
kami. Yang jelas harus ada toleransi diantara kami. Karena tidak semua
keinginan pasti terwujud harus ada yang mau mengalah demi kebaikan bersama.
Happy
family
^_^
Saya mengalaminya juga soal binatang peliharaan, ortu kalau sudah diajak jalan-jalan apalagi sampai menginap pasti ndak mau, mereka khawatir akan binatang peliharaannya mereka
BalasHapusToss deh.
HapusJadi terharu mbak, hiks..
BalasHapusSeandainya saya bisa mengajak orang tua saya jalan-jalan, sayang mereka tinggal jauh banget dari saya.
Kalau mertua sih jagonya kalau diajak jalan-jalan, meskipun ya sama aja kayak bapaknya mbak, mau liburan teteeep aja mikirin rumah hahaha.
Barakallahu mbak, semoga orang tua kita masih diberi kesehatan selalu, aamiin :)
Aamiin. Terima kasih, mba Reyne
HapusSubhanallah, saya juga pengen mba, klo bisa sih umroh bareng, aamiin tfs mba😊
BalasHapusSemoga bisa terwujud ya mba.
HapusJadi terharu. Jarang sekali anak-anak yang sudah mapan mengajak orang tua nya jalan-jalan. Apalagi sudah berkeluarga, jadi fokus ke anak. Inspiratif sekali!
BalasHapusSelagi ada orang tua, mari membahagiakan dengan cara yang kita mampu.
HapusInspiratif Mbak. Saya belum pernah ajak ortu jalan-jalan. Jadi ingin melakukannya.
BalasHapusPastinya tak mudah jika ada anak2 di sana (dan kita terbiasa mandiri - jauh dari orangtua)
Semoga suatu saat bisa mba. Ikut mendoakan.
Hapussejak baru bisa nyetir mobil, aku juga baru ajak jalan2 mbak
BalasHapustapi paling deket2 aja ya karena berhemat juga belum bisa nyetir jauh2 huhu
yg penting kebrsamaan aja sih dan bisa cari suasana baru
Jalan-jalan bisa jadi meningkatkan bonding orang tua dan anak. Meski orang tua sudah sepuh kalau sesekali diajak pergi, biasanya suka.
HapusKalo aku, ada perbedaan antara mengajak mertua jalan2, ama ortuku sendiri. Kalo disuruh milih, aku lbh seneng jln ama mertua. Krn mereka itu hobinya traveling. Suka nyobain makanan2 yg unik, paking seneng kalo ke tempat yg blm prnh didatangin. Kekurangannya 1 doang, kaki mama mertua udh ga bisa kalo disuruh jalan terlalu lama. Makanya kalo jalan ama mama mertua, aku hrs arrange liburan yg nyaman, pake taxi ato mobil trus2an. Lupakan kendaraan umum.
BalasHapusNah, kalo ortuku, rada ga suka jalan. Tiap kali diajak jalan, papa suka merusak suasana dengan kotbah ttg hal2 ga ptg. Yg ga mau makan kalo ga ada label halal, yg ngomentarin orang2 yg ga pake jilbab ato baju terlalu terbuka, dll. Ya ampuuun, itukan urusan mereka gituloh. Blm tentu juga itu bule2 muslim. Ngapain hrs pake jilbab gitu. Intinya ribet banget, dan aku jd ga fokus nikmatin liburan. Jujurnya, gara2 hal begitu, aku agak menghindar kalo pergi ama papaku :( . Mnding perginya ke tempat2 yg religius deh, baru papa seneng :D. Kalo ngajaknya ke negara2 non muslim, wassalam.. Alamat aku dipaksa bawa ricecooker dan lauk pauk ntr :p.
Kalau orang tua rewel, biasanya masalah makan mba. Kudu perhatian ekstra aja. Yang lainnya kudu maklum.
Hapus