Mengajak Orang Tua Liburan

piknik di agrowisata kusuma batu


Kadang terselip perasaan sesal ketika saya baru-baru ini bisa mengajak orang tua jalan-jalan. Betapa tidak, saya baru bisa mengajak orang tua jalan-jalan ketika usia bapak dan bapak mertua sudah sepuh, ketika fisik tidak sekuat sepuluh tahun lalu.


Dahulu kemana saja? Setiap orang pasti memiliki prioritas. Banyak tuntutan ekonomi yang mesti diselesaikan daripada memikirkan mau jalan kemana. Ya, traveling tidak pernah terpikirkan di awal menikah. Saya dan suami ingin hidup mandiri tanpa bantuan orang lain.

Keinginan untuk mengajak orang tua baik orang tua saya maupun suami itu timbul dan tenggelam. Kadang ragu dengan segala resiko. Tapi kami hanya ingin menawarkan secuil kebahagiaan. Sedikit waktu dan dana untuk menikmati suasana di tempat lain.

Justru dahulu lebih sering bepergian bersama bapak mertua. Saya ingat ketika pertama kali ikut suami dinas di Jakarta. Waktu ini bapak mertua sampai menemani kami pindahan ke Surabaya. Juga ketika sering main ke Surabaya hanya untuk menjemput suami. Atau mengunjungi saya setelah saya melahirkan kemudian jalan-jalan ke kebun binatang.

Bagi saya dan suami mengajak orang tua jalan-jalan itu tidak perlu muluk-muluk. Orang tua tidak akan memaksa kami untuk pergi kesana dan kemari. Sebaliknya selalu mengatakan terserah. Kemudian saya dan suami yang bingung mau diajak kemana.

Untuk anggaran, disesuaikan saja dengan budget yang kami miliki. Tak masalah kota yang ingin dituju. Lha cuma menjemput suami di Surabaya saja, bapak mertua saya sudah senang. Pertama, senang karena bisa bertemu dengan anaknya. Kedua, senang karena diajak jalan-jalan.

Sayang beberapa tahun terakhir ini kesehatan bapak kurang baik. Bapak sudah tidak mau lagi diajak pergi ke luar kota. Kecuali ada urusan yang sangat penting. Bulan Maret lalu, bapak bersedia ke Jakarta karena adiknya mantu.

Saya masih ingat dahulu ketika bapak mertua menggantikan posisi saya menggendong bayi. Maklum saja, kalau ada bayi itu mau makan saja susahnya bukan main. Baru duduk sebentar. anaknya rewel minta digendong. Saya cuma bisa melongo melihat orang-orang makan.  Padahal ya sudah lapar dan capek dari tadi.

Nah, bapak mertua yang sudah selesai dulu, gantian menggendong bayi. Juga ketika sedang jalan-jalan dan anak saya mengeluh, gantian bapak yang menggendong. Menggendong semampunya saja. Capek diturunkan, kemudian diajak jalan dan digendong lagi.

Berbeda ceritanya dengan bapak saya. Beberapa waktu lalu, saya mengajak bapak saya jalan-jalan ke Malang. Ceritanya bapak saya belum pernah saya ajak jalan-jalan. Bapak saya workaholic. Sudah beberapa kali saya menawarinya main-main ke Malang. Karena anak saya ke Malang saya jadi sering main kesana. Namun selalu saja ada alasan untuk menolak. Wah, memang belum jodoh.

Pernah sama adik saya, bapak diajak ke Yogyakarta. Memang awalnya mengatakan iya. Kemudian mendekati hari H, mendadal bapak flu. Bapak menolak ikut. Tapi adik memaksa. Karena memang sudah membelikan tiket kereta api, jadi tidak boleh dibatalkan. Begitu kata adik yang membuat bapak segera berobat dan alhamdulillah sembuh. Bapakpun berangkat ke Yogyakarta bersama keluarga adik.

Melihat keberhasilan adik, sayapun ingin mengajak bapak jalan-jalan. Kalau beberapa kali ajakan itu ditolak, kali ini saya berusaha membuat semua urusan bapak beres. Yang dipikirkan bapak memang macam-macam. Mulai dari binatang peliharaan, hingga pekerjaan. Padahal binatang peliharaan ini sudah ada yang merawat jika bapak pergi. Sedangkan pekerjaan, asal sebelumnya sudah mulai mengerjakan maka ketika waktunya jalan-jalan sudah beres.

Faktanya tidak semudah itu. Ada saja yang menjadi kekhawatiran bapak. Saya berusaha menenangkannya meski bapak seperti orang bingung. Namanya sedang piknik, rekreasi, whatever deh, ya demi melupakan sejenak rutinitas kita. Tapi tidak dengan bapak.

Saya memang berhasil mengajak bapak piknik ke Malang. Waktu itu masih musim libur semesteran, dan tahun baru. Urusan binatang peliharaan sudah ditangan si mbak. Sebelum berangkat bapak sudah memberikan perintah untuk mengurus binatang-bintang kesayangannya. Namun tetap saja bapak mengeluh tentang ini. Si mbakpun ditelpon. Tidak diangkat, ditelpon lagi. Aduh galau deh.

Kemudian pekerjaan, karena hari libur harusnya sudah tidak perlu dipikirkan. Ternyata bapak lupa ada janji dengan orang. Ya, sudah urusan seperti ini diluar rencana kami. Bapak sibuk menelpon mbak di toko. Saat itu hari Minggu yang artinya hari libur. Aduh, pokoknya seru dan perjalanan menjadi tidak nyaman.

Begitu tiba di lokasi wisata, bapak masih memikirkan banyak hal. Ya Allah, kapan ujian ini berakhir. Saya hanya bisa mengatakan iya..iya saja. sambil berharap semoga semua kekhawatiran bapak tidak terbukti.

Yang perlu diperhatikan ketika mengajak orang tua liburan adalah:

  • Mencari tempat wisata yang ramah
  • Membuat orang tua nyaman ketika dalam perjalanan
  • Menemaninya

Karena fisik bapak sudah tidak sekuat zaman masih muda, jalan sebentar sudah ngos-ngosan. Jadi sebaiknya mencari tempat yang ada tempat duduknya. Kalau bisa ada warungnya biar mudah mencari minum. Atau membawa saja air minum dalam botol. Agar ketika capek, orang tua mudah untuk istirahat dan mengisi energi.

Tidak perlu memaksa orang tua untuk mengunjungi semua tempat. Meskipun kita sudah membelikan tiket untuk keliling lokasi. Ketika sudah menyerah, ya sudah ikhlaskan saja. Yang penting orang tua senang. Bukankah niatnya untuk menyenangkan orang tua?

Waktu itu saya mengajak ke Kusuma Agrowisata. Ketika bapak sudah capek saya memilih menemani bapak duduk-duduk santai. Sementara suami dan anak-anak sibuk memetik buah.

Setelah urusan wisata beres adalah urusan perut. Sejak awal saya sudah sosialisasi kepada anak-anak bahwa nanti kita akan makan sesuai dengan selera Mbah Kung yang suka masakan berkuah dan pedas. Tapi anak-anak tidak perlu khawatir karena mereka bisa memesan menu lain. Atau tetap sama namun tidak perlu pedas.

Hal-hal seperti ini kelihatannya remeh, namun kadang bisa memicu huru-hara diantara kami. Yang jelas harus ada toleransi diantara kami. Karena tidak semua keinginan pasti terwujud harus ada yang mau mengalah demi kebaikan bersama.

Happy family

^_^

Nur Rochma Assalamualaikum. Mengasah ilmu, berbagi rasa, asa dan cerita lewat tulisan. Happy reading! ^_^

14 Komentar untuk "Mengajak Orang Tua Liburan"

  1. Saya mengalaminya juga soal binatang peliharaan, ortu kalau sudah diajak jalan-jalan apalagi sampai menginap pasti ndak mau, mereka khawatir akan binatang peliharaannya mereka

    BalasHapus
  2. Jadi terharu mbak, hiks..
    Seandainya saya bisa mengajak orang tua saya jalan-jalan, sayang mereka tinggal jauh banget dari saya.
    Kalau mertua sih jagonya kalau diajak jalan-jalan, meskipun ya sama aja kayak bapaknya mbak, mau liburan teteeep aja mikirin rumah hahaha.
    Barakallahu mbak, semoga orang tua kita masih diberi kesehatan selalu, aamiin :)

    BalasHapus
  3. Subhanallah, saya juga pengen mba, klo bisa sih umroh bareng, aamiin tfs mba😊

    BalasHapus
  4. Jadi terharu. Jarang sekali anak-anak yang sudah mapan mengajak orang tua nya jalan-jalan. Apalagi sudah berkeluarga, jadi fokus ke anak. Inspiratif sekali!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selagi ada orang tua, mari membahagiakan dengan cara yang kita mampu.

      Hapus
  5. Inspiratif Mbak. Saya belum pernah ajak ortu jalan-jalan. Jadi ingin melakukannya.
    Pastinya tak mudah jika ada anak2 di sana (dan kita terbiasa mandiri - jauh dari orangtua)

    BalasHapus
  6. sejak baru bisa nyetir mobil, aku juga baru ajak jalan2 mbak
    tapi paling deket2 aja ya karena berhemat juga belum bisa nyetir jauh2 huhu
    yg penting kebrsamaan aja sih dan bisa cari suasana baru

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jalan-jalan bisa jadi meningkatkan bonding orang tua dan anak. Meski orang tua sudah sepuh kalau sesekali diajak pergi, biasanya suka.

      Hapus
  7. Kalo aku, ada perbedaan antara mengajak mertua jalan2, ama ortuku sendiri. Kalo disuruh milih, aku lbh seneng jln ama mertua. Krn mereka itu hobinya traveling. Suka nyobain makanan2 yg unik, paking seneng kalo ke tempat yg blm prnh didatangin. Kekurangannya 1 doang, kaki mama mertua udh ga bisa kalo disuruh jalan terlalu lama. Makanya kalo jalan ama mama mertua, aku hrs arrange liburan yg nyaman, pake taxi ato mobil trus2an. Lupakan kendaraan umum.

    Nah, kalo ortuku, rada ga suka jalan. Tiap kali diajak jalan, papa suka merusak suasana dengan kotbah ttg hal2 ga ptg. Yg ga mau makan kalo ga ada label halal, yg ngomentarin orang2 yg ga pake jilbab ato baju terlalu terbuka, dll. Ya ampuuun, itukan urusan mereka gituloh. Blm tentu juga itu bule2 muslim. Ngapain hrs pake jilbab gitu. Intinya ribet banget, dan aku jd ga fokus nikmatin liburan. Jujurnya, gara2 hal begitu, aku agak menghindar kalo pergi ama papaku :( . Mnding perginya ke tempat2 yg religius deh, baru papa seneng :D. Kalo ngajaknya ke negara2 non muslim, wassalam.. Alamat aku dipaksa bawa ricecooker dan lauk pauk ntr :p.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau orang tua rewel, biasanya masalah makan mba. Kudu perhatian ekstra aja. Yang lainnya kudu maklum.

      Hapus
Taraa! Akhirnya tiba disini. Terima kasih Anda telah membaca blogpost ini. ^_^

Mohon maaf, jika ada link hidup, anonymous atau broken link akan saya hapus!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel