Jangan Membandingkan Ibu
Selasa, 29 Januari 2019
6 Komentar
Biasanya
orang tua suka membanding-bandingkan satu anak dengan anak lainnya. Prestasi kakak
dengan adiknya. Kepatuhan kakak dengan adiknya. Kebaikan kakak dengan adiknya. Dan
banyak lagi macam perbandingan yang mungkin tanpa kita sadari telah melukai
hati anak-anak. Namun bagaimana kalau si anak justru yang membandingkan orang
tuanya?
Permasalahan
ini dimulai dengan kata-kata si anak tengah, “Ibu kok nggak seperti mamanya
temanku ya?”
“Memangnya
kenapa?”
“Mamanya
temanku kan bisa ini itu. Sementara ibu nggak sekuat itu. Mama temanku
cantik-cantik kalau sudah pakai make up. Sementara ibu, pakai make up apa saja
tetap nggak berubah.”
Kalau
ada anak yang ngomong seperti ini gemes nggak sih? Memangnya anak saya tahu
keseharian mama temannya sehingga merasa lebih keren daripada saya? Atau anak
saya lebih tahu seberapa kuat mama temannya mengangkat galon?
Langsung
saja tanduk saja keluar, menyeringai menatap wajah anak saya. Bukannya berterima
kasih sudah bersama saya eh kok malah saya dikomplain, ibu loh tidak bisa
begini, tidak bisa begitu.
Jadi
sebenarnya kalau orang tua pernah merasakan anak saya kok biasa saja, mungkin
mirip juga dengan si anak. Dia juga bisa membandingkan orang tua teman-temannya
dan orang tuanya sendiri. Karena si anak lebih tahu keseharian saya maka mana
yang seharusnya dimaklumni eh jadinya menjadi kekurangan yang terlihat nyata. Kekurangan
menjadi bahan pembicaraan yang menyebalkan.
Jujur
saja, saya gemes maksimal. Tapi ngomong sama anak tidak boleh asal ngomong. Boleh
saja dia merasa saya tak sekeren ibu-ibu diluar sana. Memang kenyataannya
seperti itu. Dia merasa seperti itu karena memang kekurangan saya lebih jelas
saja. Ibu saya kok biasa saja. Nyetir mobil saja tidak bisa. Naik motor lama
sedikit sudah tidak enak badan. Lama di dapur bikin punggung pegel. Kerja sebentar
sudah tepar.
“Kalau
sekarang kamu ikut mama temanmu gimana? Nggak usah lama-lama. Tiga hari dulu. Biar
kamu senang punya mama yang cantik, kuat dan keren.”
“Nggak!
Nggak mau. Nanti aku nggak ada yang bikinin masakan dan jajan.”
“Jadi
gimana dong? Ibu kan nggak sekeren ibu-ibu disana?”
“Nggak
gimana-gimana. Aku sama ibu aja.”
Si
anak seperti menguji kesabaran saya. Kesannya kerja keras saya dari mulai
shubuh ke shubuh berikutnya tidak kelihatan, ya. Selama hamil hingga anaknya
segedhe ini tidak merasakan apa saja yang telah saya usahakan untuk merawatnya.
Kok semuanya lenyap begitu melihat orang tua temannya.
Tapi kalem saja. Anak saya ini suka bercanda yang sedikit kelewatan. Ngomong saja sambil nyengar-ngengir kemudian disusul tertawa karena berhasil membuat saya murka. Jiah, sungguh bukan tema yang asyik, Nak!
Jadi
pada intinya, siapapun kita pasti tak suka dibanding-bandingkan dengan orang
lain. Karena kita adalah manusia yang unik. Manusia yang memiliki kelebihan. Sementara
kalau kekurangannya apa, tidak perlu diungkit-ungkit. Cukup menjadikan kita
maklum saja.
^_^
Wahhh pernah banget kayak gitu waktu kecil, terkadang orang lain seperti lebih istimewa dari yang kita miliki. Tapi lama kelamaaan jadi sadar, ada yang lebih istimewa dari ibu yang kumiliki dan tidak dimiliki oleh orang lain, bangga deh..
BalasHapusDuh mulai sekarang saya ngga boleh bandingin anak ya takut karma lol tfs lho mba membuat saya bersyukur dan bercermin 😂
BalasHapusKayak waktu kecil saya juga gitu hehehe. Setelah berumah tangga dan punya anak, baru benar2 saya sadar ibu itu madarasah pertama saya. Banyak hal ilmu dan petuahnya yang menjadi bekal untuk hidup dirantau
BalasHapusHehehe, pasti nyesekk sih kalau dibanding2kan. Jaman makin maju buka ibu atau ayah saja ya yang bisa membanding-bandingkan anak, anak juga bisa membanding-bandingkan orang tua. Atau, apa sejak dulu juga sebetulnya itu sudah terjadi? (anak membanding2kan orang tuanya) hanya saja sekarang anak2 memang sudah lebih berani, daripada anak2 jaman dulu.
BalasHapusTerima kasih, Semoga ini jadi pelajaran buat kita semua, jangan membangding-bandingkan kalau tidak mau dibanding-bandingkan :)
Intinya menerima apa adanya, ya. Tapi sebel juga sih, kalau dibanding-bandingkan begitu.
BalasHapuskalau aku mah suka ditanya, ma, anak itu selalu ditemani saat sekolah kapan aku? saat aku gak ngajar aku temani dia, tp malah aku disuruh pulang, katanya gak bebas ada mama dilihatin terus
BalasHapus